Mentari pagi memantulkan cahaya ke celah-celah jendela kamar Calysta, cahaya nya terpancar tepat terkena wajah cantiknya.
Sinar mentari yang semakin menyengat menandakan waktunya beranjak dari tempat tidur dan memulai kembali menjalankan aktivitas.
Di bawah sana makanan sudah tersaji penuh di atas meja waktunya sarapan sebelum memulai aktivitas.
''Angel sayang, bangun waktunya sarapan.'' Mami Calysta memanggilnya sembari mengetuk pintu kamar.
''Iya sebentar, aku siap-siap dulu Mi.'' jawabannya dari dalam kamar.
Semua telah berkumpul di meja makan,
Calysta bersama Mami dan Papinya.
Cukup sepi memang, di rumah yang besar hanya ada mereka bertiga di tambah dengan dua orang asisten rumah tangga.
''Sayang nanti malam selesai bekerja kamu pulang jangan telat, ada teman Papi yang mau berkunjung, sekalian Papi mau kenalin kamu sama anaknya.'' ujar Papi memulai pembicaraan.
''Perjodohan lagi?'' Jawab Calysta kesal.
Yang menjawab pertanyaan Calysta sekarang Mami nya.
''Setidak nya kamu menyapa dan berkenalan dulu lah sama anaknya teman Papi, sedikit menghargai kedatangan nya, siapa tahu juga bisa cocok kan!'' Mami sedikit membujuk Calysta.
Calysta langsung beranjak dari tempat duduknya karena tidak mau mendengar kata-kata perjodohan itu lagi, dia hendak melangkah untuk pergi ke kantor,
''Awas jangan pulang terlalu malam.'' Tegas Papi menekankan.
''Anak ini, seperti kamu watak nya keras kepala.'' Mami menggelengkan kepala.
"Haiss... seperti kamu juga Mi." sanggah suaminya.
Tiba di kantor Calysta memasang wajah cemberut karena masih kesal dengan kejadian saat sarapan tadi.
''Selamat pagi!'' Sapa Rossa.
''Pagi Calysta!'' Sapa Aldo dan geng nya.
''Pagi semuanya,'' jawab Calysta dengan senyum yang di paksakan dan wajah yang masih terlihat murung dan kesal.
''Ada apa dengan nya?'' Rossa yang heran melihat teman nya bertingkah tidak seperti biasa.
''Mungkin dia enek melihat muka Danu kali,'' Candaan Beni.
''wkwkwkwk....'' Yang lainnya menertawakan dengan terbahak-bahak.
''Sialan, awas lo ya,'' sambil Danu kemudian mengejar Beni, yang akhirnya mereka jadi kejar-kejaran.
Suasana dingin dan hening di ruangan CEO, selaras dengan apa yang sedang di rasakan oleh Calysta.
Hati yang kacau bingung, rasa kesal dan marahnya membuat Calysta semakin jengkel dan tidak banyak berbicara.
Calysta hanya berfokus dengan laptop nya.
''Buatkan saya kopi.'' Perintah Justin kepada Nya.
Tanpa menjawab dan tanpa banyak bicara, Calysta beranjak dari tempat duduknya kemudian langsung pergi untuk membuatkan kopi.
''Kenapa tuh cewek? biasanya dia cerewet,'' gumam Justin ikut heran dengan sikap Calysta.
''Hmmm... mungkin dia sudah takluk dan takut dengan ku, karena sekarang dia sudah tahu kalau aku adalah seorang CEO,'' pikirnya di tambah dengan senyum menyeringai, Justin seperti merasa puas.
Tidak lama Calysta datang dengan membawa secangkir kopi, dan langsung meletakkan nya di atas meja direktur.
Calysta pun kemudian duduk di bangkunya dan melanjutkan pekerjaannya.
Justin hanya melirik, melihat apa yang di lakukan oleh sekertaris nya.
Sembari menyeruput kopi, lagi-lagi Justin melirik dan memperhatikan ke arah sekertaris nya.
''Tapi, dilihat dari ekspresi wajahnya dia bukan seperti takut kepada ku? terlihat seperti orang yang sedang kesal. oh, atau mungkin kesal karena dia satu ruangan dengan ku dan tidak mau melihat wajahku?.'' gumam Justin menebak-nebak.
"Gak mungkin, gak mungkin, tidak pernah ada orang yang tidak ingin melihat wajah tampanku." pikiran narsis di otak Justin.
''Hei, kamu kenapa? nggak terima saya suruh buat kopi? Jangan pasang wajah seperti itu ya kepada bos mu, mengerti tidak.'' Justin yang tiba-tiba tidak berhenti mengomel karena pikirnya Calysta kesal padanya.
Calysta yang dari tadi sedang memainkan laptop nya bekerja, dia hanya melirik dan tidak menjawab satu pertanyaan pun dari Justin, karena dia memang tidak dalam Mood yang bagus.
''Hei, kalau saya ngomong tuh dengerin dan jawab.'' Justin yang kesal.
''Aduuhhh... apa sih? kenapa kamu jadi cerewet sekali, berisik tahu gak.'' Amarah Calysta menjadi membludak.
''Kamu, kamu berani ya bentak saya.'' Justin yang tidak terima karena di bentak Calysta,
ia langsung bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri meja Calysta dengan tatapan yang tajam.
''Apa? gak terima.'' Calysta menantang, dan membalas tatapan nya dengan mata yang melotot,
tetapi mata itu bersinar indah dengan bulu mata yang lentik dan panjang, semakin terpancar aura kecantikannya.
Semakin memperhatikan, Justin malah menjadi salting ( salah tingkah ),
''Sial, kenapa aku malah merasa dia cantik dan imut banget sih?!.'' gumam Justin dalam hatinya saat bertatapan dengan Calysta.
''Kenapa, mau pukul?'' ujar Calysta semakin menantang nya.
Justin tersadar dari lamunannya.
''Sa...saya tidak memukul seorang wanita,
terus kenapa hari ini kamu terlihat kesal seperti itu?'' ungkapan Justin yang gagap dan mencoba menyembunyikan salting nya.
''Bukan urusan anda.'' Jawab Calysta tegas.
''Jelas ini urusan saya, karena mempengaruhi pekerjaan tahu,'' Justin bersikeras.
''Haduuhh... benar-benar deh, kenapa sih hari ini kamu jadi cerewet banget, kepo lagi urusan orang, memangnya kalau saya cerita kamu bakal bantuin.'' Tegasnya.
"Oh ya satu lagi, kekesalan saya sama sekali tidak berpengaruh dengan pekerjaan," jelas Calysta.
''Ya... ya baiklah, dan buang wajah kesal mu itu. saya akan membantu melunasi hutang-hutang Mu.'' Jawab Justin sangat pasti.
"Hutang? saya TIDAK PERNAH berhutang pada siapapun." Tegasnya.
"Lalu apa masalahmu? bukannya karena kamu banyak hutang dan tidak bisa membayar?"
"Apa? haiss... sudah lah aku malas untuk berdebat dengan mu. untuk mengurangi ke kepoan bos kita, akan aku kasih tahu,"
"Jadi saya mau di jodohkan sama orang tua saya, dan saya ingin menolaknya.'' Jelas Calysta singkat dan sedikit malu untuk menceritakan nya.
''Hahahahaa....'' Justin yang tertawa terpingkal-pingkal setelah mendengar pengakuan dari Calysta.
''Cih, tuh kan malah ketawa boro-boro bantuin yang ada malah meledek.'' Calysta kesal dan mengerucut kan bibirnya.
''Aduh, sorry-sorry kelepasan, abis lucu sih." Justin masih sedikit tersenyum.
"Kenapa kamu di jodohkan? nggak laku? nggak ada yang mau sama kamu? pantas aja sih soalnya kamu cerewet.'' Masih sambil menahan ketawa.
''Seenaknya aja kalau ngomong, sudahlah gak ada gunanya emang bercerita sama kamu.'' Calysta kembali mengerucut kan bibir.
''Ya...ya semoga berhasil Calysta, orang tua mu melakukan nya demi kebaikan putri kesayangan.'' sambil cekikikan lagi-lagi meledek.
tiba-tiba,
Braakkk...
Farrel mendorong pintu dengan sangat tergesa-gesa.
''Pak, Tuan dan Nyonya besar pulang dari luar negeri sekarang sedang dalam perjalanan menuju kesini, katanya akan segera mengurus perjodohan anda dengan anak temannya.'' Farrel dengan ngos-ngosan berbicara.
''wkwkwkkwkkwk....'' Calysta tertawa mendengarnya, dan sekalian membalas Justin karena tadi telah menertawakan nya juga.
''Kenapa di jodohkan? nggak laku ya? pantas gak laku sombong sih.'' sambung nya masih sambil menertawakan Justin.
Farrel menunduk, menyadari seharusnya dia tidak berbicara dengan keras, sehingga Calysta mendengar nya.
Perasaan Justin campur aduk, kesal dengan perjodohan, dan malu karena tadi dia menertawakan Calysta, dan pada akhirnya dia juga berada di posisi yang sama dengannya.
Dan lagi tidak tahu harus dengan cara apa menolak nya, Justin tidak bisa membantah keinginan Mami nya.
''Kamu saja yang pergi jemput.'' Justin menyuruh Farrel dengan nada kesal, bingung.
''Baik pak.'' Turut Farrel.
Farrel pun berangkat ke Bandara untuk menjemput Mami dan Papi nya Justin.
Sementara itu Calysta masih cekikikan karena merasa puas bisa membalas perlakuan Bos nya tadi.
''Ketawa saja terus sampai puas, kamu senang kan karena bisa membalas saya.'' Kata Justin ketus.
''Oh, senang banget malah, hihi....'' Masih tidak bisa menahannya untuk tidak tertawa.
''Heran, masih gak ngerti kenapa jaman sekarang masih ada jodoh-jodohan.'' gumam Justin kesal.
''Tahu kan sekarang rasanya di posisi seperti itu.'' Ucap Calysta.
Suasananya menjadi hening, berpikir untuk nasib mereka.
''Calysta.'' Justin memecah keheningan itu.
''Hmm,'' Calysta menyahut.
''Kamu jadi pacar pura-pura saya bagaimana?,''
''Apa?.'' Calysta kaget dengan ucapan Bos nya itu.
''Iya, saya tidak mau di jodohkan. kamu jadi pacar pura-pura saya, nanti saya gaji kamu dan di hitung lembur bagaimana?.'' Usul Justin.
''Tidak mau, cari saja orang lain, kenapa harus saya?.'' ujar Calysta.
''Tahu sendiri kan kalau penyakit saya tidak berefek sama kamu.'' Jelasnya.
'Calysta berfikir sejenak'
''Baiklah, tidak perlu di gaji, kita barter bagaimana!? kamu juga berpura-pura menjadi pacarku di depan orang tuaku.'' Jelas Calysta.
''Ok deal.'' Kesepakatan Justin.
Mereka berdua sepakat untuk berpura-pura menjadi pasangan kekasih di depan orang tua mereka.
Next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ani
Akhirx mereka benar"berjodoh kan yang mau di jodohkn sama Calysta ya si Justin bgtu juga sebalikx Akhirx jodohg kemn"
2021-03-06
1