Setelah pertemuan pertama kami, hari-hariku berlalu seperti biasa. Perjalanan kantor dan rumah. Itu-itu aja. Perasaan monoton yang benar-benar membosankan. Aku menginginkan suasana yang berbeda. Ingin keseruan rumah, bahkan Aku mulai menginginkan kehadiran anak Kecil saat diriku melihat anak tetanggaku sedang berlari-lari didepan rumah. Ah betapa Senangnya andai itu anak ku. Aku bisa ikut berlarian dengannya. Soalnya saat ini kedua anak ku sudah besar, yang satu sudah kuliah dan bekerja. Dan satu nya lagi sudah dibangku SMA. Yang bekerja bernama Kevin dan yang kuliah bernama Adam.
Si Kevin sudah tidak usah ditanya lagi, pagi-pagi sudah berangkat Korja, sore baru pulang ke rumah. Terkadang malam hari pun bisa keluar buat janjian sama teman-teman nya alias nongkrong. Buatku untuk menghabiskan ngobrol dengannya saja sangat lah sulit. Waah memang anak laki-laki. Sudah besar jarang di rumah pikirku. Sedangkan Adam, karena masih SMA, jiwa eks kul nya masih membara. Apa lagi eks kul yang diikuti adalah basket. Tidak jarang banyak anak-anak ce yang datang ke rumah. Tapi sikap cuek Adamlah yang membuat mereka tetap keukeuh mengidolakan Adam. Yang ini neh, ketampanan nya turunan dari Aku. Sekali-kali narsis boleh donk. Saya walau sudah Bapak-bapak, tetap lah gaya ga kalah dengan yang muda.
Semakin hari, Aku semakin merindukan kapan bisa bertemu Susi lagi. Setiap hari chat yang di tunggu adalah kabar dari nya. Aku ingin bisa mengutarakan niat keseriusanku dengan Susi. Tapi Aku takut Susi akan menolakku karena kami baru saja mengenal.
Saat di kantor Aku terlihat lebih pendiam dari biasanya. Sampai akhir nya teman sekantor yang satu ruangan dengan ku, sebut saja Pak Badrun mengagetkanku. " Yahya, kalau ada masalah itu jangan cuma dipikirkan, dipendem bulat-bulat. Ga akan selesai. Ayo sini, ceritakan sama diriku, siapa tahu Aku bisa bantu. Kalau tidak bisa, paling ga kamu bebannya sedikit ber kurang karena sudah cerita sama Aku", coletehnya panjang lebar. Di jam istirahat, Aku mengajaknya Badrun makan siang bersama. "Badrun, sibuk ga? Makan siang bareng yuks! ", ajakku. " Aku mah ga nolak kalo ditraktir bro", jawabnya.
Aku memilih warung bakaran tempat makan ku dengan Badrun. "Waaah, makan besar ini", Serunya. Aku cuma tersenyum. " Ayoo di pilih kamu mau makan apa, hari ini kutraktir kamu", kata ku. "Aku ga sungkan kalau begitu", jawabnya lagi. Selesai memilih menu makanan. Akhir nya Badrun berkata, " Ya, ku tahu kamu ga mungkin sampai mengajakku personal ke sini kalau tidak ada hal-hal yang tidak ingin kamu bicarakan denganku. Apakah masalah anak-anak?", tanyanya lagi. Aku langsung menjawab, "Bukan... Tapi ini masalah ku".
Aku langsung menceritakan kisah bagaimana pertemuan ku dengan Susi sampai akhir nya bertemu. Aku bingung harus bagaimana. Aku ingin serius me lanjutkan hubungan ini tapi Adam ketakutan dalam diriku. Diriku sendiri juga tidak memahami nya. Badrun cuma mengatakan, sebaiknya dirimu ber bicara dari hati ke hati dengan anak-anak mu dulu. Aku tahu sedikit banyak itu juga berpengaruh. Karena me lanjutkan hubungan baru tidak hanya memikirkna perasaan pribadi mu sendiri, tetapi juga perasaan anak-anak dari istrimu yang baru meninggal. Aku yakin pasti mereka kaget dengan keinginan mu. Tapi paling tidak kamu bisa mengutarakan dengan mereka dan dengarkan saja pendapat mereka. Karena mereka juga punya hak suara. Toh mereka juga sudah dewasa. Tentu nya mau mengerti.
Aku masih mencari-cari waktu yang tepat untuk mengutarakan buatku dengan kedua anak ku. Tibalah hari minggu, saat kuliat kedua anak ku saat ada di rumah. Ku ajak anak pertama ku Kevin ngobrol didalam setelah ku melihat dirinya sudah selesai memberi makan pada kucing-kucing anggora kesayangannya. Si Adam sedang asyik me nonton tv. Akhir nya kami bertiga ber kumpul di ruangan tengah keluarga, sembari tv yang masih menyala.
" Kevin, Adam, bagaimana kalau abah ada rencana menikah lagi? ", Tanya ku. Kedua anak ku ber pandangan, sepertinya sudah lama mereka akan menduga bahwa suatu hari nanti Aku pasti akan mengutarakan niat ku untuk menikah lagi. Kevin berkata, " Ga masalah, selama abah bahagia. Tapi apa kah abah sudah tidak mencintai almarhumah mama. Mama belum setahun meninggal lo Bah", pungkasnya lagi. Adam hanya terdiam.
Aku tahu keinginanku ini terlalu cepat dan sulit untuk menerima nya. Aku menjelaskan lagi, kalau diriku merasa kese pian setelah ditinggal almarhumah mama mereka. Aku butuh seseorang untuk menemaniku. "Apa kami tidak dianggap menemani? Aku ga butuh ibu baru! ", bentak Adam dan langsung masuk ke kamar nya. Suara keras pintu kamar yang ditutup terdengar. " Braaaak.... ".
Aku terdiam, bingung harus bagaimana... Kevin langsung sibuk kembali mengurus kucing-kucing nya, seolah meanggap niat menikah yang baru saja kubicarakan seperti angin lalu. Aku sedih, galau harus bagaimana. Aku tahu bagi mereka, tidak ada yang bisa menggantikan posisi ibu mereka di hati. Aku sadar betul, dengan niat ku ingin menikah lagi sama saja anggapan Aku sudah tidak mencintai almarhumah ibu mereka...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Raudatul zahra
di bab 1 atau 2, yg judulnya pilihan cinta,, diceritakan kalau anak pak Yahya 2, 1 kerja. 1 kuliah di ULM.. tp disini 1 nya malah masih SMA
2023-10-07
0