Rumor rumahku

Aku baru keluar dari sekolah pukul setengah 6 sore, entah kenapa saat kalya sudah memberitahuku masa lalunya ia tak menemuiku. Aku sudah mencarinya di segala tempat tapi nihil, langit jingga menghilangkan kesan asri dari sekolah ini. Sangat menakutkan, lorong yang panjang dan terlebih sudah mulai gelap.

Jalanku dihadang oleh sesosok hantu wanita berpakaian SMA, tapi hantu ini berbeda dari kalya. Kulitnya mengelupas dan gosong seperti terbakar, sorot matanya sayu dan penuh amarah. Oh tidak, aku salah! Hantu ini adalah kalya tapi di wujud yang berbeda.

"Ka-kalya" Ujarku terbatah batah. Kalya mendekatiku dengan tatapan penuh amarah.

"Ka-kalya aku akan membantumu" Kataku, kilat amarah dimatanya kian membara.

"AKU TAK MEMINTA BANTUANMU!!" teriaknya penuh emosi, ia mengangkat tangan seketika itu juga angin kencang datang.

"Ka-kalya please" Kataku mulai jatuh terduduk, memang ini bukan pertama kalinya menghadapi makhluk seperti mereka, tapi tetap saja ada ketakutan yang kurasa.

Wajahnya melemah, angin kencang mulai hilang bersama dengan hilangnya sinar mentari. Kulihat raut wajahnya yang kedinginan nampak sedih dan kecewa.

"Aku hanya ingin jadi temanmu, aku tak mau kau masuk dalam urusan balas dendamku lia" Katanya sayu, pelan perlahan seperti debu tersapu angin. Kalya hilang menyisakan diriku sendiri.

Setelah menghapus air mata yang tadi membanjiri mataku, aku bangkit menuju gerbang untuk pulang, kuharap kak dita atau kak Andy sudah menungguku diluar.

Keadaan di depan gerbang sangat sepi, satpam pun tak ada. Oh Tuhan bagaimana aku pulang sekarang? Aku bahkan tak tau arah menuju rumahku.

Tin!!!

Suara klakson mobil mengejutkan ku, aku sedikit memincingkan mata karena sinar dari lampu mobil, tadinya kurasa itu adalah mobil kak Andy, tapi ternyata bukan! Saat mobil itu berhenti persis di sebelahku ternyata pria yang memperhatikanku selama di kelas tadi.

"Ayo naik" Katanya, aku hanya terdiam.

"Gak mau? Yaudah aku duluan aja, oh ya kalo belum pulang juga buruan cari tempat sembunyi! Disini biasanya banyak preman" Aku meneguk ludahku susah, kalau yang kuhadapi sebangsa hantu aku sudah terbiasa, tapi apabila manusia aku sangat takut! Percayalah, menurutku manusia lebih menakutkan dari hantu

"Ah gak, aku mau" Ia nampak tersenyum kecil, saat aku sudah dimobil ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Namaku Vano" Ujarnya, aku hanya membalas dengan anggukan kepala, ah tuhan? Kenapa makhluk disampingku ini tak bisa berhenti tersenyum!

"Kamu mau bawa aku ke mana?" Tanyaku, karena sedari tadi aku belum mengatakan alamat rumahku, tapi dia dengan santainya membawa mobil.

"Pulang"

"Kemana?"

"Ya kerumahmu lah!" Oke! Sampai kapanpun aku tak akan pernah pandai berdebat, aku memilih diam dan mengikuti kemanapun mobil ini melaju.

Dengan bosan aku memalingkan wajahku ke arah jendela dan menyandarkannya disana, dingin kaca menyentuh pori pori kulit wajahku sangat menyejukkan.

Aku memejamkan mata sejenak sampai mataku terbuka, aku melihat hantu berambut panjang tepat di hadapan kepalaku, hantu itu memiliki kulit putih pucat, matanya tertutupi oleh rambut panjangnya.aku menjerit reflek memeluk Vano di sebelahku.

Aku merasakan Vano menghentikan mobilnya kemudian membalas pelukanku, ia mengelus punggungku.

"Kau kenapa?" Tanyanya khawatir, oh tidak! Apa yang kulakukan! Bodoh kau lia! Aku buru buru menarik tanganku yang melingkar di lehernya dengan canggung.

"Kenapa?" Tanyanya lagi, aku Menggelengkan kepala dan kembali menatap lurus ke depan. Ia menarik napas panjang dan melajukan mobilnya lagi dengan kecepatan sedang.

"Maaf" Kataku dengan gugup, ia tak membalas perkataanku tapi malah tersenyum lagi, ah! Kali ini semakin manis! Tunggu kenapa aku memikirkan senyumnya?

Setengah jam berlalu, akhirnya mobil yang ku tumpangi berhenti di depan pagar rumahku.

"Kok tau rumahku?" Tanyaku padanya, ia kembali tersenyum.

"Aku juga tau kapan ulang tahunmu, aku juga tau siapa Tuhanmu" Balasnya.

"Kok kayak dilan sih!"

"Karna kamu suka dilan"

"Siapa bilang? Gak tuh"

"Oh ya lupa, kamu kan sukanya aku" Aku tersenyum kepada, oke! Vano cukup asik untuk kujadikan teman, eum.. Setidaknya sekarang.

"Duluan ya" Aku mengangguk, lalu dia meninggalkan rumahku dengan mobilnya. Aku menatap kepergian mobil itu sampai menghilang di pertigaan.

Setelah kurasa cukup memandang kepergian Vano, aku memasuki pekarangan rumah. Huh bahkan kak dita belum pulang, terbukti dari lampu yang belum dinyalakan. Lah dimana pula pak Karto?

Setelah menyakan lampu utama, aku berjalan menaiki tangga dengan menenteng tas punggungku. Sebenarnya aku ingin kak Dita menjual rumah ini, menurutku rumah ini terlalu besar kalau hanya untuk kamu berdua tinggali. Tetapi kakakku bilang, kalau nenek mewasiatkan untuk tidak menjual rumah ini.

Setelah membersihkan badan, aku pergi ke dapur untuk memasak makanan. Eww perutku sangat lapar.

Ku tengok isi kulkas dan ternyata kosong, entahlah kenapa kak Dita tak menyiapkan persediaan makan. Aku keluar dari rumah mencari warung atau sejenisnya diluar, hm.. Seperti perkiraanku! Rumahku ini sangat jauh dan terpencil, bahkan tak ada satupun rumah didekat sini apa lagi warung.

Terpaksa aku kembali memasuki rumah, sebaiknya aku menunggu kak Dita pulang.

Tek tek tek

Apa aku tak salah dengar? Ah aku melihat pedagang nasi goreng dari depan gerbang, syukurlah setidaknya aku tak kelaparan malam ini

"Mang nasi goreng satu ya" Penjual nasi goreng itu langsung mengeluarkan bahan bahan memasaknya membelakangiku, tunggu... Kenapa aku sangat sesak? Jangan bilang ada hantu disini! Setidaknya jangan sekarang! Aku sangat lapar.

Langit memerah mendung, mungkin sebentar lagi akan turun hujan deras. Aku menengok pesanan ku yang masih dimasak, sesekali menengok langit berharap hujan tak turun.

"Non lia"

Aku membalikkan badan mendapati pak karto.

"Non ngapain diluar, mau hujan"

"Ini pak beli nasi goreng, bapak mau?"

"Lealah Non lia ki piye toh? Disini gak pernah ada penjual keliling, " Aku mengernyit heran, jelas jelas penjualnya ada dibelakangku

"Lah ini kan a-

Mataku membulat sempurna, penjual tadi hilang bersama gerobaknya. Ya Tuhan apa yang kulihat tadi!

"Non"

Panggil pak Karto, aku kembali sadar akan lamunanku dan masuk kerumah diikuti pak Karto.

"Non kalau mau apa apa cari saya aja ya? Jangan sering sering keluar malam, bahaya" Jelas pak Karto saat kami memasuki rumah

"Kenapa pak?" Tanyaku

"Ada rumor di warga sini kalau rumah ini berhantu" Pak Karto mulai bercerita

"Dulu penyewa rumah ini sesudah nyonya besar meninggal, adalah orang yang memberi pekerjaan kepada orang jadi TKI. Banyak banget yang datang ke rumah ini, saya melihat sendiri. Tapi orang orang itu tak pernah tampak lagi sampai sekarang, sampai rumah ini disergap polisi dan dia ditangkap. Katanya sih, polisi menemukan potongan tubuh manusia di ruang bawah tanah! Orang itu menjual organ dalam manusia!" Ah bukankah saat meninggalnya nenek mama yang mengurus rumah ini?

"Sejak saat itu banyak warga yang mengatakan melihat dan mendengar jeritan manusia dari arah rumah, dan konon katanya setiap penghuni baru rumah ini akan hilang seperti orang-orang dulu" Lanjut pak Karto, aku larut dalam cerita pak Karto tapi kemudian ia tertawa.

"Hahaha non, non.. Jangan pikirkan perkataan saya, itu cuman mitos! Warga sini sangat penakut sampai mengosongkan wilayah sekitar haha"

"Eum.. Maksutnya pak Karto bohong tadi"

"Iya, saya yang menjaga rumah ini selama berpuluh-puluh tahun tak pernah merasakan keanehan seperti itu," Lanjutnya. Aku menganggukkan kepala mengerti.

"Non Lia laper? Mau bapak carikan makanan?" Tawarnya.

"Ah tak usah repot pak"

"Tak papa Non, saya juga mau keluar menjemput anak saya di terminal" Jelasnya.

"Apa bapak punya anak?"

"Ada Non, perempuan. Katanya mau cari kerja di sini" Aku mengangguk paham, seketika ada ide tercetus di kepalaku.

"Pak bagaimana kalau anak bapak tinggal disini saja? Bapak sama keluarga pindah juga saja, saya kesepian kalau seperti ini"

"Tak perlu Non, akan sangat merepotkan"

"Ayolah pak, apa bapak tak kasihan melihatku sendiri dirumah?" Rengek ku memelas.

"Apa tak masalah non?" Akhirnya ia mengangguk dan mengatakan anak dan istrinya akan datang besok sore, akhirnya aku tak sendirian lagi!

Setelah berpamitan, pak Karto meninggalkanku sendiri lagi, aku berbalik bermaksud melanjutkan perjalananku memasuki rumah. Tapi saat aku berbalik.....

"Mama"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!