INDIGO: Lia'S Story
Namaku Lia, lengkapnya Casselia Cassandra. Yah seperti yang kalian tebak aku seorang indigo, entah kalian percaya atau tidak. Aku bisa melihat mereka yang telah tiada, masuk dalam dunia mereka, membaca pikiranmu ataupun mengetahui masa lalu dan masa depanmu.
Kalau kau pikir anak indigo hanya melihat hantu maka aku tidak, ah aku hampir lupa menceritakan pandangan buruk orang padaku, si wajah pucat, si dingin es, atau si aneh. Mereka menghujatku tanpa mau mengerti rasanya jadi diriku. Rasanya diteror mereka, diminta tolong, atau diancam. Haha
Sayangnya aku tinggal sendiri di rumah peninggalan nenekku dengan kakak perempuanku. Usia kami terpaut 8 tahun. Orang tuaku meninggal 1 tahun yang lalu karena kecelakaan mobil, itu jelas membuatku terpuruk karena hanya mereka yang mengerti spesialnya diriku.
Ngomong ngomong pasal kakak perempuanku, namanya Andita Cassandra. Dokter psikolog lulusan Singapura, kakakku sangat tidak mempercayai hantu karena terlalu lama di negeri orang. Hubunganku dengannya juga tidak terlalu dekat, tapi percayalah aku mencintainya.
Terkadang pacar kakakku, Andy. Juga sering mampir kerumah untuk menemani kakakku, setidaknya aku bisa bernafas lega kakak tak terpuruk karena kematian mama papa karena kehadiran kak Andy.
Setelah kematian orang tuaku, aku berubah jadi lebih pendiam. Bahkan untuk berbicara pun aku tak mau, aku masih bisa melihat kedua orang tuaku tersenyum hangat di rumah dan terkadang tampak bersimbah darah menyeramkan sembari merintih kesakitan. Mama juga meminta tolong padaku, tapi aku tak tahu untuk apa. yang kutahu, setelah kecelakaan yang kami alami beberapa bulan yang lalu, mama dan papa meninggal.
Saat pertama kakakku pulang ke Indonesia, perusahaan papa bangkrut dan rumah kami disita. Untung saja nenek mewarisiku dan kakakku rumah di tempat kelahiran mama.
Oke sekarang aku akan menceritakan tentang rumahku, rumah ini lebih besar dari rumahku di jakarta. Disini terdiri dari 3 lantai dengan perabotan lengkap dan masih bagus, sayangnya saat kami datang rumah ini sangat tidak terawat dan kotor. Hawa disini sangat panas dan pengap. Ah anggap saja karena lama tak terawat.
"Non Lia mau berkeliling?" Kaget sebuah suara serak dari belakangku, aku menengok dan ternyata adalah pak Karto, penjaga rumah ini. Aku menganggukkan kepala dan dibalas senyuman darinya
"Hati hati, saya ada di kebun belakang"
Aku menelusuri rumah saat para pekerja memperbaiki rumah. Aku melihat sebuah piano tua tepat di bawah tangga. Piano itu tertutup dengan kain putih yang sudah penuh debu. Aku menyibakkan kain itu dan mulai memainkan piano itu. Musik indah mengalun mengikuti tarian jemariku diatas tuts piano. Ah lagu ini adalah lagu pertama yang mama ajarkan padaku, ia bilang lagu ini selalu nenek mainkan agar mama dapat tertidur pulas.
Saat musik selesai aku tersenyum kecil lalu meninggalkan piano itu menaiki tangga disamping dengan pelan perlahan. Rumah ini sangat sepi, entah kemana pekerja yang tadi berada bersamaku. Suara langkah kakiku terdengar nyaring dari tangga menuju lantai dua. Tepat di tangga ke 12 bau anyir darah menusuk indra penciuman ku, aku mencari sumber bau itu tapi nihil, aku tak menemukan apapun.
Aku kembali melanjutkan perjalananku hingga suara tuts piano mengagetkan ku. Aku menengok ke arah piano itu, masih sama! Aku tak melihat satupun makhluk halus disana. Aku mencoba mengalihkan pikiran negatif ku kemudian melanjutkan perjalananku. Tepat di tangga paling atas, aku melihat hantu anak kecil tengah menatap kosong kedepan sembari memegangi tangan kirinya yang terluka sampai tulang lengannya keluar dan darah merembes dari sana.
Aku mencoba untuk tak melihat kearahnya dengan harapan ia tak mengetahui kalau aku bisa melihatnya. Tepat di anak tangga yang sama dengan tempatnya duduk, aku merasakan kakiku berat melangkah ke anak tangga selanjutnya. Aku mendengar isak tangis kesedihan dari arah anak kecil itu. Aku mencoba menghiraukan nya dan mencoba menarik kakiku.
Usahaku berbuah nihil, kakiku sangat berat untuk digerakkan.
"Apa kau bisa melihatku?"
Tanya hantu anak kecil itu, aku tetap berusaha tak menghiraukan nya dan mencoba menarik kakiku lebih keras lagi
"Aku tau kau bisa melihatku!" Kini suaranya meninggi membuat bulu kuduk ku meremang, hantu kecil ini memiliki aura yang besar. Dadaku terasa sesak berada didekatnya, dengan perlahan aku menengok kearahnya dengan takut. Percayalah hantu ini tidak seseram hantu wanita yang kutemui di rooftop sekolah lamaku yang memiliki wajah yang hancur dan membusuk, tapi aku takut melihat masa lalunya yang tragis.
"Tolong aku.." Katanya dengan sedih, kata klasik yang sering kudengar saat menjumpai makhluk sebangsa mereka.
"Lenganku sangat sakit kakak" Katanya dengan isak tangis yang menyeramkan bila didengar dengan seksama, hantu ini buakan hanya menangis, ia juga sesekali tertawa menyeramkan yang bisa membuat bulu kuduk meremang seketika.
"Pe-pertama lepaskan kakiku" Kataku terbatas batah, pelan perlahan ia mengendurkan pegangannya dengan kakiku, aku menghembuskan nafas gusar.
"Apa yang bisa kakak bantu"
"Kak, aku tinggal disini 5 tahun yang lalu dan-
" Ya aku tahu, cepat katakan apa maumu" Potong ku. Ia pelan perlahan mendekatiku dengan terseot seot, ah aku menyadari kakinya yang patah dan membiru.
"Em, bisa kau rubah tampilan menyeramkan ini?" Lanjutku, kulihat ia menutup matanya dan kemudian hantu itu hilang, lama aku menunggu ia tak kunjung muncul kembali. Kuputuskan untuk melanjutkan penelusuran ku kedalam rumah. Di lantai dua ini didominasi oleh lantai dan atap kayu, disini juga dikelilingi jendela kaca yang membentang dari ujung lorong ke lorong lainnya. Aku membuka tirai putih agar cahaya matahari sore ini masuk kedalam. Lantai ini sepertinya sudah dibersihkan para pekerja, terlihat indah dan menenangkan saat sinar jingga memasuki lorong ini.
Aku mulai membuka ruangan ruangan di lantai ini, tak ada yang spesial. Hanya ada 3 kamar dan 2 kamar mandi besar. 1 ruang kerja yang terdapat balkon dengan mengarah langsung ke taman belakang yang terdapat kolam renang besar.
Ah sebenarnya aku melihat hantu wanita berpakaian putih di pohon beringin didekat kolam renang. Ia memandangku dan mulai tertawa melengking.
Keadaan mulai menggelap, aku berniat untuk keluar mencari kakakku dan menanyakan tempat kamarku. Lorong ini mulai gelap karena cahaya matahari mulai tenggelam. Dengan pelan aku menelusuri lorong untuk menuju tangga yang akan mengantarku ke lantai dasar.
Langkah kakiku terdengar menggema di lantai kayu ini, ah kurasa aku salah. Saat aku menghentikan langkahku, suara ketukan kaki itu tetap terdengar. Aku merasakan sesak di dadaku, pasti salah satu dari mereka ada di dekatku!
Tess
Aku merasa ada yang jatuh tepat di dahiku, darah! Saat ku periksa itu adalah darah! Lalu aku mendengar suara serak dari arah atasku, semakin lama semakin keras dan melengking. Aku mengarahkan kepala melihat keatas.
Sesosok hantu dengan rambut panjang menjuntai ke bawah tengah berjalan merayap di atap rumah. Darah yang menetes itu jatuh dari wajah rusaknya yang mengeluarkan belatung di beberapa sisi, daging di wajahnya makin menghilang menampakkan tulang pipi dan bola mata yang kosong.
Hantu itu kembali mengeluarkan suara melengking nya dan menjatuhkan diri kearahku, dia mulai menyerangku dengan mencakar dan berusaha untuk menggigit ku.
Kegelapan menelanku, yang terakhir kulihat adalah wajah hantu itu yang mendekat dan seakan memakan ku, bau busuk sangat menusuk indra penciumanku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Uchicha Rindiyani
hmm
2021-07-21
0
DSixx
Horor, Ya? Hmm... 🤔
2021-02-14
1
Alan Alanshorie
baru pertama buka yng horor nih
2021-02-08
3