bab 3 Menghilang Tanpa Jejak

"Apakah anda kenal beliau itu yg terluka pak?" kata Fatia sambil menendang bos laki-laki yang berpakaian jeans tersebut.

"Ya beliau bos saya, dan kalian ayo bantu gadis itu meringkus nya" jawab Ardi dengan sedikit teriak kepada ketiga pengawalnya itu.

"Baik bosss" jawab ke tiga pengawal itu serempak.

Karena ada bantuan yang datang, terpaksa kedua anggota perampok itu mencoba berdiri membantu bos nya dengan susah payah.

Terjadi pertempuran kembali, tendangan pukulan dan teriakan terus saja tidak ada hentinya.

"Hyaaaaaaat.....hah.....huk...".

Dengan cekatan Fatia dan ketiga pengawal itu melawan laki-laki berpakaian jeans itu, sehingga keadaan terbalik yang tadinya Fatia kewalahan melawan nya sendiri, setelah ada bantuan dari pengawal itu bisa di kalahkan dengan mudah.

Ardi menelepon kantor polisi di mana teman mereka bertugas, walaupun teman dekatnya itu belum datang, tetapi polisi datang dengan cepat setelah mereka di telepon nya.

Akhirnya keempat laki-laki itu di giring ke kantor polisi yang tidak jauh dari TKP di jalan Mohammad Hatta tersebut.

Fatia hanya memandangi para petugas kepolisian itu dengan cekatan memborgol mereka dengan tangan yang di arahkan ke belakang.

Melihat ikat pinggang tergeletak di aspal yang agak jauh dari posisi nya berdiri, Fatia berjalan kearah ikat pinggang itu.

Fatia mengambil ikat pinggang yang sudah tergeletak di aspal, berjalan mendekati laki-laki berwajah indo itu dengan perlahan.

Memandang wajah nya sekilas tampan tetapi dengan sorot mata yang dingin dan sayu mungkin karena menahan rasa sakit di lengan sebelah kiri nya yang terkena timah panas.

"Terima kasih ya Mbak telah menyelamatkan bos saya " kata Ardi.

"Sama-sama, sudah kewajiban kita pak menolong orang yang memerlukan bantuan" jawab Fatia santai.

"Oya saya kembalikan ikat pinggangnya ya pak, terima kasih" kata Fatia sambil jongkok mendekati Jose yang terlihat masih lemah.

Tangan kanan Jose meraih ikat pinggang itu, menganggukkan kepalanya dan melirik nya saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun yang keluar dari mulut nya.

Jose menggenggam ikat pinggang itu, di gulung nya dengan tangan kanan nya dengan perlahan dan di masukkan di dalam kantong saku celana.

"Sebaiknya cepat di bawa ke rumah sakit terdekat pak" ucap Fatia singkat.

"Ya mbak, terimakasih atas saran nya" jawab Ardi sambil membungkukkan badannya tanda hormat.

"Ayo bos kita kerumah sakit".

'Hhhmm....,auh... sakit" keluh Jose.

"Maaf bos saya terlambat mengecek GPS bos sehingga ini bisa terjadi, kenapa tidak tunggu kami tadi waktu mau pulang" kata Ardi dengan gemetar karena takut bosnya marah.

Ardi memapah bosnya menuju mobil dengan hati yang khawatir, dibaringkan nya di kursi jok mobil di belakang kemudi dan menutup pintu mobil dengan pelan.

Ardi sedikit berlari membuka pintu mobil dekat stir duduk dengan cepat dan menyalakan mobilnya.

Fatia memutari area itu sambil berjongkok mencari sepatu yang tinggal sebelah kiri, karena sepatu yang kanan terlempar agak jauh.

Fatia tidak menemukan sepatu nya karena memang jalanan lampu hanya temaram saja tidak terlalu terang.

"Hai ...... apa yang anda cari mbak?" kata Ardi sambil memegang kemudi mobil.

"Itu mencari sepatu saya hilang satu, tadi terlempar entah kemana, perasaan sih tidak jauh dari sini" kata Fatia tanpa menoleh ke arah mobil yang sedang berjalan.

"Hahaha emang sepatu nya jalan sendiri kok di cari?" kata Ardi langsung melajukan mobil menuju rumah sakit dengan kecepatan yang lumayan tinggi karena memang jalanan sudah mulai lengang dan terlalu malam.

Fatia tidak memperdulikan mobil yang sedang melaju, dia masih berputar putar di daerah itu selama seperempat jam tapi tidak berhasil menemukan sepatu nya.

"Mana to...... ini sepatu...tidak mau diajak pulang memangnya sudah malam ayolah..." kata Fatia mengomel sendiri tanpa ada teman.

"Aah,...... alamat tidak bisa makan satu Minggu nich gara-gara harus beli sepatu lagi" gerutu Fatia sambil melangkah pergi dari tempat itu dengan telanjang kaki.

Pemasukan uang yang Fatia dapatkan memang tidak banyak, sehingga dia harus berhemat untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup dan biaya untuk kuliah nya selama satu bulan kedepan.

Ada rasa kekecewaan di hati Fatia karena sepatu kesayangan nya tidak bisa di temukan padahal itu yang sering di pakainya.

Akhirnya Fatia pulang ke kos-kosan dengan berlari kecil tanpa alas kaki, posisi kos-kosan Fatia tidak jauh dari TKP tadi hanya tinggal belok ke gang kecil sudah sampai di sana.

Sesampainya di kos-kosan Fatia mandi menggunakan air hangat setelah selesai mengompres pinggang yang memar akibat ditendang pria yang ditemuinya di jalan Muhammad Hatta itu.

Mengoleskan salep untuk mengurangi rasa nyeri dan memar di pinggang itu dengan perlahan.

Membaringkan tubuhnya sejenak hanya untuk beristirahat dan mengurangi rasa nyeri yang lumayan sakit, memejamkan matanya sampai pagi menjelang, matahari mengintip di balik gunung dengan warna merah jingga yang merona.

Pagi hari nya setelah Fatia mandi dan beribadah ada notifikasi WA dari group karatenya.

"Tringgg..... tringgg.... tringgg....".

"Fatia tolong dampingi adik adik yang akan ikut pertandingan karate di pulau Bali ya" tulis pesan Abah guru.

"Siaap Abah guru" jawab Fatia singkat.

"Disana sekitar tiga Minggu ya .... jangan lupa persiapkan semua, nanti dijemput oleh sekertariat sekitar jam sebelas siang" tulis pesan dari sekretariat.

"Ok siap di tunggu" jawab Fatia lagi.

Fatia mengepak barang yang dengan koper akan di bawa nya ke kota Bali selama tiga Minggu menjadi pelatih pertandingan karate tingkat yunior se Asia tenggara.

Fatia membuat sarapan pagi seadanya, yaitu sarapan nasi goreng untuk sekedar mengisi tenaganya yang dari tadi malam terkuras karena pertarungan yang tidak seimbang.

Sebelum berangkat Fatia membeli sepasang sepatu untuk pengganti sepatu yang hilang tadi malam ke toko sepatu dekat kos-kosan saja.

Setelah pukul sebelas siang Fatia dan rombongan berangkat ke bandara internasional Juanda Surabaya serta sampai di bandara Ngurah Rai empat puluh lima menit setelah itu.

Rombongan Fatia di jemput oleh panitia pertandingan ke tempat penginapan yang telah di sediakan, di penginapan itu Fatia dapat istirahat, walaupun kamarnya sederhana tetapi cukup nyaman untuk istirahat dengan nyaman.

"He he he, akhirnya tidak jadi puasa selama seminggu gara-gara sepatu itu, malah dapat makan gratis selama tiga Minggu, Allah maha adil pada hamba nya memang" gumam Fatia dalam hati dan tersenyum sendiri.

Memang rejeki sudah ada yang mengatur, yang seharusnya dia akan lebih ngirit dalam satu Minggu ke depan justru malah mendapatkan rejeki yang tidak terduga duga.

Intinya melakukan sesuatu harus dengan ikhlas Allah lah yang akan mengatur rejeki setiap hambanya yang tidak mudah putus asa .

Terpopuler

Comments

Nurwana

Nurwana

kok kesannya Ardi dan Jose tdk ad rasa terima kasihnya si.... ya ajak fatia berobat kek kan muka dah ad babak belurnya jga.🤔🤔🤔🤔🤔

2022-10-11

1

Sweet Girl

Sweet Girl

udah ditolongin Jose SM Ardi kayak nya biasa aja sih....
padahal Fatia melawan 4 orang lho....
eee malah diketawain sepatunya ilang.

2021-06-12

1

Musyaffa

Musyaffa

Sebenernya tempat tinggal mereka berdua itu ada di Surabaya atau di malang si?

Sungguh membagongkan

Emangnya Surabaya sama Malang deket ya, sampe Author bikin nama daerah udah kaya jarak kontrak pak H. Safai'i di daerah rumah saya, yang jaraknya cuma 5 langkah dari rumah pacar saya?

😕🤔🤔

2021-02-26

5

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Keseharian Mereka
2 bab 2 Pertemuan Pertama
3 bab 3 Menghilang Tanpa Jejak
4 bab. 4 Ingat Kamu
5 Bab 5 Latar Belakang Fatia
6 bab 6 Latar Belakang Jose 1
7 Bab 7 Latar Belakang Jose 2
8 Bab 8 Latar Belakang Jose 3
9 Bab 9 Latar Belakang Jose 4
10 Bab 10 Mencari Jejakmu
11 Bab11 Mengejar Jejakmu
12 Bab 12 Mengejar Jejakmu 2
13 Bab 13 Menemukan Gadis Karateku
14 Bab 14 Gadis Karate Sudah Masuk Target
15 Bab 15 Gagal Bertemu
16 Bab 16 Pertemuan Kedua
17 Bab 17 Kejujuran
18 Bab 18 Mengajak Ta'aruf
19 Bab 19 Kecelakaan Kerja
20 Bab 20 Direpotkan Tetapi bahagia
21 Bab 21 Lamaran Yang di Majukan
22 Bab 22 Nikah Siri Dulu Saja Ya Girl
23 Bab 23 Membantu Memakai Baju
24 Bab 24 Tidur Bersama Bukan Malam Pertama
25 Bab 25 Pacaran Setelah Menikah
26 Bab 26 Pulang ke Rumah Mertua
27 Bab 27 Malam Pertama
28 Bab 28 Tradisi Sebelum Akad Nikah
29 Bab 29 Akhirnya Syah Secara Agama dan Negara
30 Bab 30 Pembubaran Panitia Karang Taruna dan Bakti Sosial
31 Bab 31 Pasangan Pengantin Yang Viral
32 Bab 32 Apa Yang Terjadi Pada Jose
33 Bab 33 Jose Ngidam
34 Bab 34 Bertemu Langsung Dengan Putriku
35 Bab 35 Bingung Beli Susu hamil
36 Bab 36 Melihat Orang Yang Dicurigai
37 Bab 37 Bertemu Yosi
38 Bab 38 Mengetahui Keberadaan Purnomo
39 Bab 39 Saat Mau Melahirkan
40 Bab 40 Baby Al Lahir Sehat
41 Bab 41 Penculikan Yosi
42 Bab 42 Pengorbanan Purnomo
43 Bab 43 Pelurunya Tembus ke Jantung
44 Bab 44 Meninggalnya Purnomo
45 Bab 45 Wasiat Purnomo
46 Bab 46 Surat Permohonan Maaf
47 Bab 47 Cemburu Fatia
48 Bab 48 Wisata di Jakarta
49 Bab 49 Kejadian di Dufan
50 Bab 50 Perampokan di Toko Emas
51 Bab 51 Cincin dari Toko Perhiasan
52 Bab 52 Rindu Berat
53 Bab 53 Jatim Park 2
54 Bab 54 Pertemuan Tanpa Sengaja
55 Bab 55 Water Park
56 Bab 56 Bertemu Infotainment
57 Bab 57 Bertemu Tetangga
58 Bab 58 Pulang ke USA
59 Bab 59 Tamu Dari USA
60 Bab 60 Resepsi Adiknya Banu
61 Bab 61 Di Manhattan
62 Bab 62 Mengetahui Rencana Triana
63 Bab 63 Menjebak Mark
64 Bab 64 Gantian Menjebak Triana
65 Bab 65 Salah Target
66 Bab 66 Bertemu Uncle Marten
67 Bab 67 Pulang Kampung
68 Bab 68 Rencana Triana
69 Bab 69 Tersangka
70 Bab 70 Ibu Kecelakaan
71 Bab 71 Pesan Ibu
72 Bab 72 Kepergian Ibu
73 Bab 73 Sidang Kasus Triana
74 Bab 74 Ingat Ibu
75 Bab 75 Ulang Tahun di Ngawi
76 Bab 76 Mendekor
77 Ban 77 Tiup Lilin
78 Bab 78 Sidang Lagi
79 Bab 79 Teori Penurun Panas
80 Bab 80 Takut Jarum Suntik
81 Bab 81 Vonis ke Dua
82 Bab 82 Wakil HRD
83 Bab 83 Lamaran Yosi
84 Bab 84 Pantai Ria Kenjeran
85 Bab 85 Terluka di Pasar Turi
86 Bab 86 Kepanikan
87 Bab 87 Karena Syafitri
88 Bab 88 Terlalu Tampan
89 Bab 89 Disapih
90 Bab 90 Kedatangan Bapak
91 Bab 91 Kabur
92 Bab 92 Pindah Sementara
93 Bab 93 Gawat
94 Bab 94 Usaha Pendekatan Lagi
95 Bab 95 Lewat Yosi
96 Bab 96 Emosi Jose
97 Bab 97 Sidang Dadakan
98 Bab 98 Acara Mantu dan Bansos Ahmad
99 Bab 99 Penculikan Al
100 Bab 100 Kesepakatan
101 Bab 101 Terbebas
102 Pengumuman
103 Novel Baru
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1 Keseharian Mereka
2
bab 2 Pertemuan Pertama
3
bab 3 Menghilang Tanpa Jejak
4
bab. 4 Ingat Kamu
5
Bab 5 Latar Belakang Fatia
6
bab 6 Latar Belakang Jose 1
7
Bab 7 Latar Belakang Jose 2
8
Bab 8 Latar Belakang Jose 3
9
Bab 9 Latar Belakang Jose 4
10
Bab 10 Mencari Jejakmu
11
Bab11 Mengejar Jejakmu
12
Bab 12 Mengejar Jejakmu 2
13
Bab 13 Menemukan Gadis Karateku
14
Bab 14 Gadis Karate Sudah Masuk Target
15
Bab 15 Gagal Bertemu
16
Bab 16 Pertemuan Kedua
17
Bab 17 Kejujuran
18
Bab 18 Mengajak Ta'aruf
19
Bab 19 Kecelakaan Kerja
20
Bab 20 Direpotkan Tetapi bahagia
21
Bab 21 Lamaran Yang di Majukan
22
Bab 22 Nikah Siri Dulu Saja Ya Girl
23
Bab 23 Membantu Memakai Baju
24
Bab 24 Tidur Bersama Bukan Malam Pertama
25
Bab 25 Pacaran Setelah Menikah
26
Bab 26 Pulang ke Rumah Mertua
27
Bab 27 Malam Pertama
28
Bab 28 Tradisi Sebelum Akad Nikah
29
Bab 29 Akhirnya Syah Secara Agama dan Negara
30
Bab 30 Pembubaran Panitia Karang Taruna dan Bakti Sosial
31
Bab 31 Pasangan Pengantin Yang Viral
32
Bab 32 Apa Yang Terjadi Pada Jose
33
Bab 33 Jose Ngidam
34
Bab 34 Bertemu Langsung Dengan Putriku
35
Bab 35 Bingung Beli Susu hamil
36
Bab 36 Melihat Orang Yang Dicurigai
37
Bab 37 Bertemu Yosi
38
Bab 38 Mengetahui Keberadaan Purnomo
39
Bab 39 Saat Mau Melahirkan
40
Bab 40 Baby Al Lahir Sehat
41
Bab 41 Penculikan Yosi
42
Bab 42 Pengorbanan Purnomo
43
Bab 43 Pelurunya Tembus ke Jantung
44
Bab 44 Meninggalnya Purnomo
45
Bab 45 Wasiat Purnomo
46
Bab 46 Surat Permohonan Maaf
47
Bab 47 Cemburu Fatia
48
Bab 48 Wisata di Jakarta
49
Bab 49 Kejadian di Dufan
50
Bab 50 Perampokan di Toko Emas
51
Bab 51 Cincin dari Toko Perhiasan
52
Bab 52 Rindu Berat
53
Bab 53 Jatim Park 2
54
Bab 54 Pertemuan Tanpa Sengaja
55
Bab 55 Water Park
56
Bab 56 Bertemu Infotainment
57
Bab 57 Bertemu Tetangga
58
Bab 58 Pulang ke USA
59
Bab 59 Tamu Dari USA
60
Bab 60 Resepsi Adiknya Banu
61
Bab 61 Di Manhattan
62
Bab 62 Mengetahui Rencana Triana
63
Bab 63 Menjebak Mark
64
Bab 64 Gantian Menjebak Triana
65
Bab 65 Salah Target
66
Bab 66 Bertemu Uncle Marten
67
Bab 67 Pulang Kampung
68
Bab 68 Rencana Triana
69
Bab 69 Tersangka
70
Bab 70 Ibu Kecelakaan
71
Bab 71 Pesan Ibu
72
Bab 72 Kepergian Ibu
73
Bab 73 Sidang Kasus Triana
74
Bab 74 Ingat Ibu
75
Bab 75 Ulang Tahun di Ngawi
76
Bab 76 Mendekor
77
Ban 77 Tiup Lilin
78
Bab 78 Sidang Lagi
79
Bab 79 Teori Penurun Panas
80
Bab 80 Takut Jarum Suntik
81
Bab 81 Vonis ke Dua
82
Bab 82 Wakil HRD
83
Bab 83 Lamaran Yosi
84
Bab 84 Pantai Ria Kenjeran
85
Bab 85 Terluka di Pasar Turi
86
Bab 86 Kepanikan
87
Bab 87 Karena Syafitri
88
Bab 88 Terlalu Tampan
89
Bab 89 Disapih
90
Bab 90 Kedatangan Bapak
91
Bab 91 Kabur
92
Bab 92 Pindah Sementara
93
Bab 93 Gawat
94
Bab 94 Usaha Pendekatan Lagi
95
Bab 95 Lewat Yosi
96
Bab 96 Emosi Jose
97
Bab 97 Sidang Dadakan
98
Bab 98 Acara Mantu dan Bansos Ahmad
99
Bab 99 Penculikan Al
100
Bab 100 Kesepakatan
101
Bab 101 Terbebas
102
Pengumuman
103
Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!