"Apakah anda kenal beliau itu yg terluka pak?" kata Fatia sambil menendang bos laki-laki yang berpakaian jeans tersebut.
"Ya beliau bos saya, dan kalian ayo bantu gadis itu meringkus nya" jawab Ardi dengan sedikit teriak kepada ketiga pengawalnya itu.
"Baik bosss" jawab ke tiga pengawal itu serempak.
Karena ada bantuan yang datang, terpaksa kedua anggota perampok itu mencoba berdiri membantu bos nya dengan susah payah.
Terjadi pertempuran kembali, tendangan pukulan dan teriakan terus saja tidak ada hentinya.
"Hyaaaaaaat.....hah.....huk...".
Dengan cekatan Fatia dan ketiga pengawal itu melawan laki-laki berpakaian jeans itu, sehingga keadaan terbalik yang tadinya Fatia kewalahan melawan nya sendiri, setelah ada bantuan dari pengawal itu bisa di kalahkan dengan mudah.
Ardi menelepon kantor polisi di mana teman mereka bertugas, walaupun teman dekatnya itu belum datang, tetapi polisi datang dengan cepat setelah mereka di telepon nya.
Akhirnya keempat laki-laki itu di giring ke kantor polisi yang tidak jauh dari TKP di jalan Mohammad Hatta tersebut.
Fatia hanya memandangi para petugas kepolisian itu dengan cekatan memborgol mereka dengan tangan yang di arahkan ke belakang.
Melihat ikat pinggang tergeletak di aspal yang agak jauh dari posisi nya berdiri, Fatia berjalan kearah ikat pinggang itu.
Fatia mengambil ikat pinggang yang sudah tergeletak di aspal, berjalan mendekati laki-laki berwajah indo itu dengan perlahan.
Memandang wajah nya sekilas tampan tetapi dengan sorot mata yang dingin dan sayu mungkin karena menahan rasa sakit di lengan sebelah kiri nya yang terkena timah panas.
"Terima kasih ya Mbak telah menyelamatkan bos saya " kata Ardi.
"Sama-sama, sudah kewajiban kita pak menolong orang yang memerlukan bantuan" jawab Fatia santai.
"Oya saya kembalikan ikat pinggangnya ya pak, terima kasih" kata Fatia sambil jongkok mendekati Jose yang terlihat masih lemah.
Tangan kanan Jose meraih ikat pinggang itu, menganggukkan kepalanya dan melirik nya saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun yang keluar dari mulut nya.
Jose menggenggam ikat pinggang itu, di gulung nya dengan tangan kanan nya dengan perlahan dan di masukkan di dalam kantong saku celana.
"Sebaiknya cepat di bawa ke rumah sakit terdekat pak" ucap Fatia singkat.
"Ya mbak, terimakasih atas saran nya" jawab Ardi sambil membungkukkan badannya tanda hormat.
"Ayo bos kita kerumah sakit".
'Hhhmm....,auh... sakit" keluh Jose.
"Maaf bos saya terlambat mengecek GPS bos sehingga ini bisa terjadi, kenapa tidak tunggu kami tadi waktu mau pulang" kata Ardi dengan gemetar karena takut bosnya marah.
Ardi memapah bosnya menuju mobil dengan hati yang khawatir, dibaringkan nya di kursi jok mobil di belakang kemudi dan menutup pintu mobil dengan pelan.
Ardi sedikit berlari membuka pintu mobil dekat stir duduk dengan cepat dan menyalakan mobilnya.
Fatia memutari area itu sambil berjongkok mencari sepatu yang tinggal sebelah kiri, karena sepatu yang kanan terlempar agak jauh.
Fatia tidak menemukan sepatu nya karena memang jalanan lampu hanya temaram saja tidak terlalu terang.
"Hai ...... apa yang anda cari mbak?" kata Ardi sambil memegang kemudi mobil.
"Itu mencari sepatu saya hilang satu, tadi terlempar entah kemana, perasaan sih tidak jauh dari sini" kata Fatia tanpa menoleh ke arah mobil yang sedang berjalan.
"Hahaha emang sepatu nya jalan sendiri kok di cari?" kata Ardi langsung melajukan mobil menuju rumah sakit dengan kecepatan yang lumayan tinggi karena memang jalanan sudah mulai lengang dan terlalu malam.
Fatia tidak memperdulikan mobil yang sedang melaju, dia masih berputar putar di daerah itu selama seperempat jam tapi tidak berhasil menemukan sepatu nya.
"Mana to...... ini sepatu...tidak mau diajak pulang memangnya sudah malam ayolah..." kata Fatia mengomel sendiri tanpa ada teman.
"Aah,...... alamat tidak bisa makan satu Minggu nich gara-gara harus beli sepatu lagi" gerutu Fatia sambil melangkah pergi dari tempat itu dengan telanjang kaki.
Pemasukan uang yang Fatia dapatkan memang tidak banyak, sehingga dia harus berhemat untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup dan biaya untuk kuliah nya selama satu bulan kedepan.
Ada rasa kekecewaan di hati Fatia karena sepatu kesayangan nya tidak bisa di temukan padahal itu yang sering di pakainya.
Akhirnya Fatia pulang ke kos-kosan dengan berlari kecil tanpa alas kaki, posisi kos-kosan Fatia tidak jauh dari TKP tadi hanya tinggal belok ke gang kecil sudah sampai di sana.
Sesampainya di kos-kosan Fatia mandi menggunakan air hangat setelah selesai mengompres pinggang yang memar akibat ditendang pria yang ditemuinya di jalan Muhammad Hatta itu.
Mengoleskan salep untuk mengurangi rasa nyeri dan memar di pinggang itu dengan perlahan.
Membaringkan tubuhnya sejenak hanya untuk beristirahat dan mengurangi rasa nyeri yang lumayan sakit, memejamkan matanya sampai pagi menjelang, matahari mengintip di balik gunung dengan warna merah jingga yang merona.
Pagi hari nya setelah Fatia mandi dan beribadah ada notifikasi WA dari group karatenya.
"Tringgg..... tringgg.... tringgg....".
"Fatia tolong dampingi adik adik yang akan ikut pertandingan karate di pulau Bali ya" tulis pesan Abah guru.
"Siaap Abah guru" jawab Fatia singkat.
"Disana sekitar tiga Minggu ya .... jangan lupa persiapkan semua, nanti dijemput oleh sekertariat sekitar jam sebelas siang" tulis pesan dari sekretariat.
"Ok siap di tunggu" jawab Fatia lagi.
Fatia mengepak barang yang dengan koper akan di bawa nya ke kota Bali selama tiga Minggu menjadi pelatih pertandingan karate tingkat yunior se Asia tenggara.
Fatia membuat sarapan pagi seadanya, yaitu sarapan nasi goreng untuk sekedar mengisi tenaganya yang dari tadi malam terkuras karena pertarungan yang tidak seimbang.
Sebelum berangkat Fatia membeli sepasang sepatu untuk pengganti sepatu yang hilang tadi malam ke toko sepatu dekat kos-kosan saja.
Setelah pukul sebelas siang Fatia dan rombongan berangkat ke bandara internasional Juanda Surabaya serta sampai di bandara Ngurah Rai empat puluh lima menit setelah itu.
Rombongan Fatia di jemput oleh panitia pertandingan ke tempat penginapan yang telah di sediakan, di penginapan itu Fatia dapat istirahat, walaupun kamarnya sederhana tetapi cukup nyaman untuk istirahat dengan nyaman.
"He he he, akhirnya tidak jadi puasa selama seminggu gara-gara sepatu itu, malah dapat makan gratis selama tiga Minggu, Allah maha adil pada hamba nya memang" gumam Fatia dalam hati dan tersenyum sendiri.
Memang rejeki sudah ada yang mengatur, yang seharusnya dia akan lebih ngirit dalam satu Minggu ke depan justru malah mendapatkan rejeki yang tidak terduga duga.
Intinya melakukan sesuatu harus dengan ikhlas Allah lah yang akan mengatur rejeki setiap hambanya yang tidak mudah putus asa .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Nurwana
kok kesannya Ardi dan Jose tdk ad rasa terima kasihnya si.... ya ajak fatia berobat kek kan muka dah ad babak belurnya jga.🤔🤔🤔🤔🤔
2022-10-11
1
Sweet Girl
udah ditolongin Jose SM Ardi kayak nya biasa aja sih....
padahal Fatia melawan 4 orang lho....
eee malah diketawain sepatunya ilang.
2021-06-12
1
Musyaffa
Sebenernya tempat tinggal mereka berdua itu ada di Surabaya atau di malang si?
Sungguh membagongkan
Emangnya Surabaya sama Malang deket ya, sampe Author bikin nama daerah udah kaya jarak kontrak pak H. Safai'i di daerah rumah saya, yang jaraknya cuma 5 langkah dari rumah pacar saya?
😕🤔🤔
2021-02-26
5