Hari demi hari kulewatkan dengan begitu bosan di kota yang menyenangkan ini, tapi aku sudah punya satu teman sekarang, dia Tomas, pria tua yang selalu menemaniku minum teh dan bermain catur di pinggir jalan.
Hari-hari itu aku lewati sambil terus melihat Peri kota ini beraksi, gadis itu benar-benar unik. Pantas saja dia dijukuki Tinkerbelnya kota ini, karena ya.. Dia bisa melakukan semua hal. Aku pernah melihatnya, mengganti ban mobil, mengecat tembok, mencuci mobil, membetulkan atap, memperbaiki barang elektronik yang rusak, menjadi kasir di minimarker dan sekarang aku melihat nya yang sedang menjadi tukang koran. Entahlah, dagis menggemaskan itu menjadi hiburan tersendiri untukku yang kesepian "Luar biasa..,"
"Koran anda sudah datang," teriaknya pagi buta sambil mengayuh sepeda. Aku hanya terpingkal geli sambil menatapnya dari jendela.
Musim dingin sudah berakhir, saatnya musim semi datang. Tingkat keputus asaan manusia berbuncak pada awal musim gugur hingga berakhirnya musim dingin, salju memang indah tapi dilambangkan sebagai kegelapan dibeberapa negara aku harap semua duka tertinggal di musim dingin dan berganti dengan semua kebahagiaan di musim baru ini.
Aku tersenyum ceria "Aku siap," desisku dalam hati, udara sudah mulai menghangat kicauan burung-burung mulai terdengar, kanal-kanal yang membaku mulai mencair pohon-pohon yang gundul mulai berdaun lagi dan bunga-bunga mulai bermekaran. Musim semi adalah simbol dari harapan baru dan semangat baru, aku berharap semua orang akan mendapat harapan yang baru di musim yang indah ini.
"Apa kabarmu? Kuharap kau baik." aku selalu mengatakan itu sebelum memulai aktifitasku di pagi hari. Aku bersiap untuk pergi bekerja. Rasanya aku ingin memakai pakaian lebih ceria hari ini, aku memadukan celana jinsku dengan kemeja putih beraksen bunga kecil warna biru di keranya, kugulung lengan kemeja itu hingga ke siku, tak lupa aku memakai sneakers putihku.
Setelah siap, aku mulai mengayuh pedal sepedaku pelan, di jalan aku melihat Tinker si Peri serba bisa itu sedang membantu orang membersihkan sisa-sisa es di dalam kanal, Aku tersenyum lalu melewatinya begitu saja "Kau bekerja dengan sangat keras."
"Selamat pagi Tuan Sean," sapa Anna pada Sean "Pagi juga Anna, aku harap harimu menyenangkan." kata Sean, Anna hanya tersenyum "Selamat Tuan ini musim semi pertamamu di Venesia," sambung Anna dan Sean hanya tersenyum.
Sean ingin mengawali harinya dengan kebahagian dan mood yang baik. Setelah sampai di ruangannya Sean mulai mengerjakan pekerjaannya, melihat setiap desain yang diajukan para arsitek ternama untuk gedung mereka yang akan dibangun dalam waktu yang dekat.
Sean benar-benar serius mentap sudut demi sudut yang tergambar di kertas-kertas itu.Jam demi jam terlewati tak terasa matahari mulai bersembunyi di ufuk barat dan hanya meninggalkan bias-bias cahaya jingga yang cantik. Sean berdiri lalu melepas kaca matanya mentap langit indah sambil terus tersenyum "Aku selalu mengingatmu bahkan hanya dengan melihat langit." Sean memejamkan matanya sambil memegang dadanya yang masih saja terasa sesak.
"Tuan ini sudah malam," kata Liya mengingatkan bosnya itu "Baiklah Liya terimakasih untuk hari ini, kau boleh pulang," kata Sean "Baik, terima kasih Tuan," kata Liya hendak pergi.
"Tunggu Liya, berikan ini pada putrimu." Sean memberikan bungkusan pada Liya "Katakan ini hadiah dariku," sambung Sean "Terimakasih Tuan." Liya beranjak meninggalkan Sean. Melihat sekertarisnya yang sudah pulang, Sean mulai berberes dan bersiap untuk pulang juga. Sean berjalan menuju lif sambil membalas sapaan pegawai yang menyapanya dengan begitu ramah.
"Hai Tuan Peterpan..," sapa seseorang pada Sean dan sontak membuat Sean menoleh lalu memicingkan matanya "Hai Tinker," kata Sean kaget tak menyangka gadis itu menghampirinya. "Ini mantel yang kau pinjamkan," Kata Neve memberikan bungkusan itu pada Sean "Terimakasih," sambungnya "Ngomong-ngomong kau benar-benar menemuiku di hari pertama musim semi," desis Sean sambil tersenyum pada Neve.
"Ya, aku sudah berjanjikan, aku adalah orang yang pantang mengingkari janji," kata Neve sambil tertawa "Namaku Neve," kata gadis itu "Berhenti memanggilku Tinker," sambungnya "Hai, Neve. Namaku Sean," kata Sean memperkenalkan diri sambil tersenyum.
"Jika kau tak sibuk, aku akan mentraktirmu makan juga," kata Neve "Aku tak punya pekerjaan apa pun dan kebetulan aku belum makan," kata Sean "Tapi kau harus mengikuti standarku ya, uangku tak cukup jika harus mengajakmu makan di tempat yang mahal," kata Neve "Tenang saja, aku bukan orang yang pemilih masalah makanan. Aku sejenis omnivora," kata Sean bercanda dan berhasil membuat Nave tertawa "Jadi kau pemakan semuanya," desis Neve tertawa.
Mereka berdua berjalan menyusuri trotowar sambil memapah sepeda Sean mereka tak bicara hanya saling diam, hingga sampai pada tujuan mereka. "Selamat malam Dona," sapa Neve "Malam Neve, siapa dia?" tanya Dona "Dia orang yang menyelamatkan aku waktu itu," kata Neve "Beri kami makan malam." tukas Neve pada Dona.
Keduanya makan malam, Sean begitu menikmati makanan itu, sebelumnya Sean tak tau jika di balik tembok yang biasa dilewatinya terdapat tempat makan yang begitu lezat dan pengunjungnya pun begitu banyak.
"Ngomong-ngomng kenapa kau bisa tau aku bekerja disana?" tanya Sean "Aku bahkan tau, kau selalu bermain catur dengan Tomas dan memberikan aku uang saat aku bermain biola," kata Neve dan membuat Sean terkejut "Lalu kenapa kau tak menengurku!" desis Sean "Sudah kukatakan aku adalah orang yang pantang mengingkar janji," kata Neve "Wah, kau sangat luar biasa," Desis Sean sambil meminum air putihnya. "Aku sangat menikmati makanan ini," kata Sean.
Setelah menyelesaikan makannya, mereka kembali menyusuri jalan sambil mentap lampu-lampu jalan yang terlihat sangat indah, malam ini begitu terang karena awan tak menutupi bulan, langit juga dihiasi oleh bintang juga.
"Kau orang baru disini?" tanya Neve pada Sean "Ya," jawab Sean "Tapi bahasamu begitu baik, kau sepeti asli orang sini," kata Neve penasaran "Ini adalah tanah kelahiran Ayahku," jelas Sean "Aku biasa menggunakan bahasa ini sejak kecil," sambungnya sambil tersenyum.
"Emm, Tomas bilang kau biasa mengatar turis berjalan-jalan?" tanya Sean "Ya," Jawab Neve "Kalau begitu, sabtu ini ayo temani aku berjalan-jalan," kata Sean "Baiklah, kita akan mendiskusikan tarifnya nanti," kata Neve tertawa "Baiklah, tapi aku harap dapat potongan karena mengenalmu," kata Sean sambil tertawa "Baiklah aku akan memberimu tarif kenalan," Kata Neve ikut tertawa
***
Ini hari pertama di musim semi dan musim semi pertamaku di Venesia "Kau terus memenuhi hati dan fikiranku, cintaku terlalu dalam hingga begitu sulitku rasa. Sorinku..,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
irish gia
makin penasaran sm cerita ny..tulisanny pun enak buat dibaca
2020-06-18
1
Niiena Ismntoha Mamae Mirza
Q suka bahasa nya,, enak d baca n alurnya jelas
2020-02-01
1
Corolla Dx
wah keren setelah baca yang MBA dan membaca sequelnya ini ada part yang ngena bgt dihati ... semangaaaat terus kim senna perbaiki penulisannya hehehhee
2020-01-30
1