NEW LIFE (2)

Dingin! Udara begitu dingin sungguh aku belum terbiasa dengan cuaca dingin ini. Aku merasa sedang berada di dalam lemari es dan siap membeku kapan saja. Baru satu bulan aku menetap di sini tapi aku sudah mulai merindukan hangatnya kota itu.

Venesia, Italia siapa yang tak mengenal kota ini begitu eksotis dengan bangunan yang sangat artistik dan dikenal sebagai salah satu kota paling romantis di dunia, jangan lupakan gadis-gadisnya yang terlihat sangat anggun dan lucu di waktu yang bersamaan. Yang paling terkenal adalah gondolanya, sayang ini musim dingin hingga semua kanal membeku dan tak bisa dilewati oleh gondola.

Aku menyusuri setiap jalan menuju hotel tempatku bekerja sekarang. Ya, aku diberi tanggung jawab untuk mengurus usaha Ayah yang ada di sini salah satunya adalah hotel itu, yang aku ingat sejak aku kecil hotel itu sudah ada dan kami sangat sering kemari untuk berlibur, awalnya hotel berbintang yang menjadi primadona kota itu hanya penginapan kecil dengan dua puluh kamar, Ayahku menghabiskan masa mudanya untuk mengurus usaha itu hingga menjadi begitu hebat seperti sekarang ini.

Sesuatu yang ditekuni dan terus diusahakan akan menjadi sesuatu yang besar di masa depan dan aku belajar prinsip itu dari Ayahku. hanya butuh 15 menit berjalan kaki dari rumah menuju hotel itu, aku biasa menggunakan sepeda tapi hari ini lebih memilih untuk berjalan kaki. Semua kariawanku merasa heran, kenapa aku tak minta dijemput mobil saja ketimbang bersusah payah untuk berjalan dan mengayu pedal sepeda, tapi kota ini begitu indah dan sayang jika harus melewatkannya walau hanya seinci saja, bahkan sudah satu bulan aku berada di kota ini, tapi aku dibuat takjub setiap harinya.

"Selamat datang Tuan Sean," sapa seorang wanita dengan seragam khas pegawai hotel itu sambil membantu Sean melepas mantel tebalnya "Semoga harimu menyenangkan Anna," kata Sean sambil tersenyum pada salah satu pegawainya itu.

Dengan langkah gontai Sean memasuki ruangannya, setiap sapaan dari pegawainya itu ditanggapi dengan ramah oleh Sean. Sungguh Sean begitu memukau dengan wajah tampan dan tubuh sempurnah itu, bukankah Sean adalah gambaran ideal setiap gadis? Ya, tentu saja.

Rambut hitam tebal yang selalu tersisir rapih, mata coklat yang sangat indah, bibir kecil yang terlihat menggemaskan, hidung mancung yang menambah keelokan wajah tampan itu, belum lagi postur tubuh yang begitu sempurna leher jenjang, bahu lebar, lengan berotot, kaki panjang yang terlihat sangat kuat belum lagi kulit putihnya yang membuat siapa saja terpesona saat melihat sosoknya itu.bSungguh Sean terlihat sangat mempesona begitu perlente dengan semua yang melekat padanya, pembawaan tenang dengan senyum yang terus ada di wajah itu sungguh membuatnya kian memukau dengan segala pesona yang ada.

"Mau saya bawakan kopi Tuan?" tanya Liya pada Sean "Ya, seperti biasa gulanya hanya satu sendok," kata Sean pada sekertarisnya itu "Baiklah Tuan," kata Liya sambil berlalu pergi dan membuatkan atasannya itu kopi.Sean melepas jas dan menggantungkannya lalu menggulung lengan kemeja abu-abunya hingga hampir menyentuh siku. Ya, akan lebih nyaman untuk pria itu jika bekerja dengan pakaian yang sedikit santai seperti itu.

Sean terlihat sangat memukau dengan dengan kaca matanya, terlihat sangat serius sambil membaca tumpukan kertas yang ada di depannya itu "Terima kasih Liya," kata Sean saat kopinya sudah datang. Perlahan Sean menyesap kopi itu sambil terus menatap kertas yang ada di tangannya.

"Jam berapa jadwal rapatku hari ini?" tanya Sean pada Liya "Jam sebelas siang Tuan, setelah itu akan dilanjutkan dengan makan siang bersama Tuan Jims," jelas sekertarisnya "Oh, baiklah kalu begitu, pastikan semuanya berjalan dengan baik kita tak boleh kehilangan infestor ini," kata Sean "Baik Tuan." Liya menjawab sambil tersenyum lalu pergi dari ruangan Sean.

***

"Halo, Tuan Jims." Sean menyapa sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman "Hai, Tuan Sean," sahut pria yang sudah beruban itu dengan ramah. "Aku tak tau jika pimpinan Quan Hotel masih begitu muda," kata pria itu "Tidak Tuan, aku hanya melanjutkan tugas Ayahku." Sean biaca dengan sesantai mungkin ini adalah proyek pertama Sean dan membuatnya begitu tertekan.

"Aku selalu menginap di hotelmu saat pergi ke Venesia tapi tak pernah berfikir untuk bekerja sama," kata Tuan Jims "Maaf tapi, apa kau terpaksa mengambil posisi itu untuk membuat Ayahmu senang?" tanya Tuan Jims bercanda "Tidak Tuan," jawab Sean tersenyum "Aku penasaran apa arti Quan itu sendiri?" tanya Tuan Jims. Sean tersenyum lalu meminum teh yang ada di depannya "Quan diambil dari bahasa Tionghoa artinya adalah air di musim semi," jelas Sean "Ayahku memulai usahanya karena satu pristiwa besar dalam hidupnya, dia kehilangan cinta pertamanya karena laut dan di hari pertama musim semi, ayahku begitu mencintai wanita itu dan memakai nama Quan agar mudah mengenang kematian cinta pertamanya," kata Sean bercerita.

"Apa wanita itu Ibumu? aku minta maaf jika pertanyaanku membuka luka lama keluargamu," kata Tuan Jims tak enak "Bukan, dia bukan Ibuku. Meski hancur dan putus asa dia memilih bangkit dan menata hidupnya sendiri." Sean menyelesaikan ceritanya Tuan Jims begitu tertarik dengan cerita itu "Lalu apa Ibumu tak merasa cemburu dengan wanita itu?" tanya Tuan Jims "Tidak Tuan, Ibuku percaya pada ukiran garis takdir. Cinta pertama Ayahku musnah ditelan laut itu adalah garis takdir, tapi mendapati Ibukulah yang menjadi masa depannya juga salah satu takdir yang digariskan dalam kehidupan Ayahku." Sean meladani setiap pertanyaan pria itu padahal tak ada hubungannya dengan proyek mereka.

"Lalu kau juga percaya pada garis takdir?" tanya Tuan Jims "Tentu Tuan, aku mempercayainya aku pernah mencoba memutus garis takdir tapi aku gagal, bahkan alam tak dapat merenggut takdir," jawab Sean "Aku suka dengan cara berfikirmu, ayo kita tanda tangani kontrak." Tuan Jims menatap Sean sambil tersenyum "Anda serius Tuan? bahkan aku belum bercerita apa pun tentang proyek itu," kata Sean tak percaya "Aku yakin ide dari seorang yang punya pemikiran sepertimu akan luar biasa," kata Tuan Jims "Terima kasih Tuan, ini bahkan pengalaman pertamaku," kata Sean.

"Aku sudah malang melintang di dunia ini, aku sudah banyak tau cara dunia berkerja. Aku hanya butuh seorang yang punya ketulusan ketimbang orang yang punya pengalaman, karena pengalaman bisa dicari tapi ketulusan hanya melekat pada sukma setiap insan dan kau punya itu." Tuan Jims begitu senang dengan pendapat Sean yang dirasanya begitu luar biasa, dia begitu tersentuh dengan kata-kata Sean. "Selamat untuk proyek pertamamu," Kata Tuan Jims pada Sean.

Terpopuler

Comments

Yuliana Ana

Yuliana Ana

hbis dr married by accident..langsung cus kesini❤️❤️❤️❤️❤️

2021-03-01

1

Luluk Cheryl'smom

Luluk Cheryl'smom

ni cerita hidup sean di married by accident ya thor????wahhhhhhh

2020-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!