Lima tahun kemudian....
Mungkin dulu saat jatuh cinta wanita itu selalu tersenyum hangat ketika melihatnya pulang, terkadang ia juga memijat pelan bahunya lalu memasak makanan yang disukainya. Semua itu dilakukannya karena rasa cinta yang begitu besar. Tapi waktu ternyata mengubahnya, wanita itu tak suka lagi tersenyum hangat, ucapannya dingin seperti es dan sekarang sudah lima tahun berlalu. Rasa sakit itu masih ada, tapi mampu membuatnya kuat. Hingga disaat orang lain sudah bahagia bersama pasangannya, ia masih sendiri bersama dengan kenangan yang menyakitkan.
" Semuanya berapa Pak?" Tanya Mila pada penjual daging ayam yang berusia sekitar 60 tahun. Mila yang menggunakan jilbab merah muda dengan satu tangannya menenteng keranjang belanja terlihat bersabar menunggu jawaban dari pria tua dihadapannya itu.
Pria tua itu tampak berpikir sejenak, lalu kembali memandangi Mila dengan tersenyum.
" Semuanya empat puluh dua ribu, nak" Jawab si bapak dengan sopan.
Mila mengambil uang yang disimpannya di dalam keranjang belanja miliknya lalu menyerahkannya pada pria tua penjual daging ayam tersebut.
" Terima kasih, nak"
" Sama-sama pak" Balas Mila sambil mengambil kantong plastik yang berisi potongan ayam itu lalu memasukkannya ke dalam keranjang yang dibawanya.
" Hati-hati, nak" Ujar bapak penjual ayam sebelum Mila berbalik dan melangkah.
Mila hanya mengangguk pelan, tidak ada senyuman yang diumbarnya. Hingga beberapa detik kemudian Mila langsung berbalik meinggalkan penjual daging ayam yang ramah padanya itu. Dengan perlahan Mila melangkahkan kaki kanannya yang masih normal. Di ikuti dengan kaki kirinya yang terlihat tidak bergerak sedikitpun dan Mila harus menyeretnya. Tangan kanannya memegang keranjang belanja sedangkan ketiak kirinya mengapit sebuah tongkat kruk yang membantunya untuk bisa berjalan.
Lima belas menit Mila berjalan menyusuri jalan yang terdapat banyak pedagang sembako hingga pada akhirnya Mila sampai di kontrakannya. Rumah sederhana yang berukuran kecil tanpa halaman yang ada hanya pagar hitam sebatas telinga orang dewasa.
Sesampainya dirumah Mila membuka belanjaannya lalu mulai mengerjakannya dan memasaknya. Menjalani hidup sendirian dengan segala keterbatasannya, membuat Mila harus mampu mengatur waktu dengan baik.
Mila memiliki usaha toko baju yang cukup laris, ia mendapatkan modal untuk membangun usaha tersebut adalah dari pembagian harta saat ia di ceraikan oleh suaminya. Mila mendapatkan bagiannya sesuai dengan aturannya.
Setelah semuanya selesai akhirnya Mila mulai berangkat ke tokonya melewati jalanan yang padat dengan kendaraan. Jarak toko dari rumahnya jika ia berjalan kaki bisa di tempuh dalam waktu 15 menit. Hampir sama ketika ia pergi kepasar. Jika orang normal yang berjalan kaki mungkin hanya membutuhkan waktu kurang lebih 7 menit saja.
Saat sudah tiba di toko Mila langsung membersihkan tokonya lalu merapikan kembali pakaian yang terlihat berantakan karena pelanggannya yang senang sekali mengacaknya lalu jika tidak mendapatkan yang pas dengannya, mereka akan mencari ke bagian lain. Yang lebih parahnya lagi ada yang mengacak kesana kemari dan setelah itu ia akan pulang tanpa membeli apapun. Tapi Mila sama sekali tidak keberatan, ia justru merasa senang jika ada pembeli mau meluangkan waktu mereka hanya untuk datang ke tokonya sekalipun pembeli itu tidak membeli barang yang ada ditokonya.
" Assalamu'alaikum,"
" Wa'alaikumsalam Pak Asep"
" Pagi-pagi udah bersihin toko aja. Yang jadi suami neng Mila nanti beruntung banget. Neng Mila itu udah cantik, soleha, rajin lagi." Puji Pak Asep yang merupakan pemilik toko aksesoris yang ada disamping toko Mila.
" MasyaAllah, terima kasih pak" Mila berujar sembari mengelap etalase depan tokonya.
" Tuh kan rendah hati juga" Pak Asep tersenyum lebar menampakkan deretan gigi-gigi putihnya.
" MasyaAllah. Pak, Mila permisi dulu ya. Mau bersihin etalase di lantai 2" Ujar Mila mengakhiri diskusi paginya bersama pak Asep.
" Iya neng Mila. Jangan lupa senyum ya" Sindir pak Asep. Mila yang mendengarnya berhenti sejenak.
" Mila sudah bosan tersenyum pak Asep" Ujar Mila sambil sedikit berteriak lalu setelah itu melangkah masuk ke dalam toko. Sedangkan pak Asep hanya bisa terkekeh geli mendengar jawaban dari Mila, wanita muda yang tidak pernah tersenyum.
Setelah selesai membersihkan toko, Mila akhirnya memilih duduk dan menyalakan televisi yang ada di depannya. Begitu televisi itu menyala, hal pertama yang Mila lihat adalah wajah pria yang pernah menjadi bagian dari kenangan menyakitkan itu. Sontak kedua mata Mila melotot dengan sempurna, Mila merasakan hatinya bergetar. Bukan hanya hati tapi seluruh anggota tubuhnya langsung gemetar. Rasa sakit saat pertama kali diceraikan kembali menyelimuti batinnya. Tanpa terasa satu tetes cairan bening keluar dari manik gelapnya. Mila ingin mematikan televisi itu segera, tapi hatinya berkata lain. Hingga pada akhirnya Mila pasrah dan tetap menonton siaran tv yang menampakkan wajah mantan suaminya dan juga seorang anak kecil.
Pengusaha muda Irsyad Mauza mendatangi kantor pengadilan agama bersama putrinya yang berusia 4 tahun. Kedatangan ayah dan putrinya itu untuk memenuhi panggilan sidang perceraian keduanya.
" Dia sudah menjadi seorang ayah" Gumam Mila dengan wajah yang berurai air mata.
Televisi itu masih menyala dan menampakkan sosok Irsyad yang berjalan melewati para pemburu berita. Irsyad memang selalu menjadi bahan pemberitaan karena dia merupakan seorang pengusaha muda yang terkenal karena usahanya yang dirintis dari kecil. Irsyad juga sering dikabarkan dekat dengan beberapa model dunia, pria tampan yang memiliki kekayaan bernilai fantastis itu tentu saja akan menjadi tontonan menarik bagi semua orang. Terutama kaum hawa yang begitu menyukai wajah tampan miliknya.
Namun pernikahan Mila dan Irsyad tidak pernah terendus oleh media. Irsyad dan kekuasaannya berhasil menyembunyikannya dari publik. Hingga ketika mereka berdua bercerai publik pun tidak pernah mengetahuinya. Di mata publik seorang Irsyad Mauza hanyalah pria kaya yang memiliki pacar cantik yang sekarang sudah menjadi mantan istrinya itu. Pernikahan mereka pun sempat di siarkan di seluruh stasiun televisi. Bahkan Mila yang saat itu sedang dalam pemulihan pasca kecelakaan sempat melihat pemberitaan pernikahan pria yang dulu dicintainya itu.
Dengan tangan gemetar Mila menekan remote tv miliknya hingga televisi yang ada di depannya berhenti menayangkan wajah Irsyad dan putrinya yang cantik.
" Harusnya kau tidak menyalakan televisi itu" Desisnya dengan kesal sembari mengusap kedua pipinya yang sudah basah oleh air mata.
Mata, hidung, dan bibir Mila terlihat memerah karena sedari tadi menatap televisi yang dilakukannya hanyalah menangis sembari meratapi. Dengan cepat tangan Mila menggapai tongkat kruk yang berada di sampingnya. Mila melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya yang pastinya terlihat berantakan.
Sekitar 5 menit lamanya di dalam kamar mandi, akhirnya Mila keluar dengan wajah basah dan mata yang masih terlihat sedikit memerah.
" Assalamu'alaikum" Terlihat seorang pria paruh baya masuk ke dalam toko dengan sedikit tergesa-gesa.
" Wa'alaikumsalam" Balas Mila lalu berjalan mendekati pintu masuk.
" Mila, tolong bapak nak" Ungkapnya dengan suara yang gemetar.
" Iya pak Saman. Minta tolong apa pak?" Tanya Mila khawatir.
" Anak bapak dikeroyok preman di depan toko nak" Jelas pak Saman dengan nafas yang tersengal-sengal. Mila yang mendengarnya langsung terkejut bukan main.
Dengan tergesa-gesa pak Saman dan Mila keluar dari toko berusaha melerai perkelahian yang melibatkan anak pak Saman. Mila yang memang lambat karena keterbatasannya, akhirnya menyuruh pak Saman meninggalkannya sendirian di tengah jalan. Pada awalnya pak Saman tidak mau melakukannya tapi setelah Mila mengingatkan padanya bahwa putranya sedang menunggu pertolongan darinya. Dengan terpaksa akhirnya pak Saman mau menuruti permintaan Mila.
Sekitar sepuluh menit lamanya akhirnya Mila sampai di tempat kejadian. Putra pak Saman yang seumuran dengannya itu terlihat babak belur dengan luka lebam di seluruh wajahnya. Pria itu terbaring di depan halaman toko tampak sudah tidak berdaya. Sedangkan beberapa pria masih saja memukulinya, tanpa ada yang berani melerainya. Hanya pak Saman yang berteriak histeris sambil berusaha melerai dengan menarik para preman itu untuk menjauh dari putranya.
" Hentikan! Tolong!.." Teriak Mila sambil berusaha mendekati beberapa preman. Tapi tidak ada yang mendengarkannya. Para preman itu masih saja menghajar putra pak Saman yang mungkin sudah tak sadarkan diri itu.
" Tolong pak polisi! Mereka memukuli pria itu hingga pingsan. Saya di depan toko sembako Saman Jaya di jalan xxx" Ujar Mila dengan berteriak pada ponselnya yang mati karena kehabisan baterai.
" Kurang ajar wanita cacat itu menelpon polisi!" Desis salah satu pria yang memiliki wajah menyeramkan dengan kumis tebalnya.
" Sebaiknya kita harus pergi dari sini" Sambung pria satunya yang bertubuh kurus dengan tato yang memenuhi leher, tangan dan kedua kakinya.
Dengan wajah ketakutan keempat pria itu berlari meninggalkan tubuh tak berdaya pria yang mengenakan kaos putih itu. Mila melihat pak Saman berlari menghampiri tubuh putranya.
" Andrian bangun nak!...Bangun!" Panggil pak Saman histeris dengan berurai air mata.
" Pak, kita bawa ke rumah sakit saja" Ujar Mila yang berdiri di belakang pak Saman.
Lalu tak berapa lama setelah itu beberapa orang tampak membantu pak Saman mengangkat tubuh Adrian dan memasukkannya ke dalam mobil bu Aci yang merupakan pemilik toko sembako yang bersebelahan dengan toko pak Saman.
" Nak, terima kasih ya sudah mau membantu bapak dan juga Adrian" Gumam pak Saman sambil menunduk sopan.
" Sama-sama pak. Sudah menjadi kewajiban kita sesama manusia untuk saling membantu. Apalagi bapak sedang dalam kesusahan dan butuh pertolongan seperti sekarang ini" Jelas Mila
" Iya nak kamu benar. Bersyukur bapak bisa kenal dengan anak baik seperti kamu"
" Tapi nak Mila...toko kamu bagaimana" Wajah pak Saman berubah khawatir.
" InsyaAllah tidak apa-apa pak. Ada tetangga sebelah yang bisa liatin toko Mila" Jawab Mila sambil menggapai tongkat kruk miliknya yang disandarkan di dinding.
" Kamu mau kemana nak?" Tanya pak Saman.
" Mila mau kembali ke toko pak" Jawab Mila yang sudah berdiri dengan tongkat kruknya
" Iya sudah. Nak Mila hati-hati di jalan ya. Sekali lagi terima kasih" Ujar pak Saman sambil tersenyum.
" Iya pak" Jawab Mila tanpa membalas senyum sedikit pun seperti yang dilakukan oleh pak Saman.
Dengan tertatih-tatih Mila keluar dari ruangan tempat Adrian di rawat. Pak Saman mengikuti Mila dari belakang. Mengantar Mila hingga halaman depan rumah sakit. Hampir dua puluh menit lamanya Mila baru sampai di tokonya. Tampak pak Asep sedang berbicara dengan beberapa orang yang terlihat memilih dagangannya.
" Nah! Ini dia orangnya. Ya ampun neng Mila kemana aja?" Seru pak Asep saat melihat Mila melangkah masuk ke dalam toko.
" Mila ada urusan mendadak pak Asep. Jadi gak sempat kasih tahu pak Asep"
" Owalah, ya udah kalau begitu pak Asep pergi dulu neng. Bye neng Mila! See you next time!" Pamit pak Asep berlagak seperti orang bule tersesat.
" Terima kasih pak" Mila menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah pak Asep
Suara adzan terdengar berkumandang dari seluruh penjuru. Menandakan bahwa waktu sholat dzuhur telah tiba. Mila bergerak ke depan pintu mulai menutup tokonya dan menggantungkan sepenggal kalimat agar pembeli tahu bahwa tokonya hanya tutup sebentar. Mila berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu sebelum menghadap Sang Khaliq. Dalam hidup tidak ada yang lebih mengertinya kecuali Sang Khaliq, tempatnya meminta dan mengadukan keluh kesah hatinya. Mila hidup sebatang kara tanpa keluarga dan saudara. Ia tidak memiliki saudara karena Mila adalah anak tunggal. Ibu dan ayahnya telah meninggal jauh sebelum dirinya menikah dengan Irsyad Mauza. Sedangkan keluarga ibu dan ayahnya sendiri bahkan tidak pernah peduli dengan dirinya.
Mila juga memiliki sahabat terbaik dulu, tapi sekarang sahabat terbaiknya sudah lebih dulu kembali menghadap Sang Khaliq.
Kesakitan, kesengsaraan dan air mata membuat kita menjadi terbiasa menghadapi masalah di dalam hidup. Mengeluh bukanlah solusi yang benar akan tetapi ketika kita mampu bersabar, berdo'a dan berusaha. Ketahuilah bahwa itu adalah hal terbaik yang Rabbmu sukai.
Bersambung....
Terima kasih sudah mau menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Putri Minwa
ceritanya asik lhoh thor
2022-11-02
0
Shabrina
Thor indah sekali pesan2nya... persahabatan yg indah juga...dan meski dicerai, mantan suaminya membagi harta ya
2021-06-23
0
Ana Ekawati
mudah2an. mila g jd rujuk... pisss✌️
2021-03-25
4