Yunia menatap ibu-ibu yang mengikutinya sampai ke kamar.
"Bik, Yunia mau ganti baju..." Kata Yunia. Maksudnya kode, supaya ibu-ibu itu berhenti mengikuti. Tapi Bik Sumi malah tertawa kecil..
"Iya, karena itu bibi mau bantu kamu untuk berdandan..." Jawabnya yang langsung membuat kening Yunia berkerut.
"Berdandan...?" Seketika pikirannya kembali pada pemandangan di ruang depan tadi.
"Bik...." Yunia tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Berbagai macam bayangan dan dugaan bercampur baur dalam otaknya.
"Ayo, nduk..." Bu Tini, salah satu tetangga yang hadir akhirnya mendekat. Beliau sedikit mendorong bahu Yunia untuk bergerak masuk ke dalam kamar.
"Bu.... Kita mau ngapain?" Akhirnya Yunia bertanya juga. Dia sudah lelah menebak-nebak dan berfikir sendiri.
"Ya... Seperti yang bapakmu bilang tadi..." Ujar Bik Sumi menggantung.
"Emang bapak tadi bilang apa sih?" Tanya Yunia belum mengerti. Iya, dia tadi dengar kalau dirinya dijodohkan dengan Wisnu, tapi Yunia merasa ada yang engga 'klik' dengan kalimat itu.
"Udah... Ayo cepetan..." Ujar Bik Sumi sambil menggiring Yunia untuk masuk kamar.
"Tapi aku lapar, bi...." Sela Yunia berusaha mengulur waktu. Yunia punya firasat, kalau saat ini dia tidak hanya sekedar dijodohkan.... Melihat gelagat orang-orang yang duduk di depan tadi rasanya dia mau di nikahkan. Tapi .... Masa sih bisa secepat itu? Dia ingin bertanya memastikan, tapi dia malu. Jangan-jangan itu cuma perasaannya saja yang ke PeDe-an....
"... Ini ibu bawakan makan siang mu..." Ujar Bu Yam, tetangga depan rumah sambil membawa sepiring nasi soto yang masih mengepulkan asap.
"Wih... Soto. Makasih Bu Yam... Ibu memang baik deh... Makasih." Sambut Yunia menerima piring itu. Soto merupakan salah satu menu 'wajib' untuk acara perjamuan di daerahnya. Mungkin karena ada acara perjodohan ini, bibi membuat soto.
"Ayo, makan... Setelah itu ganti baju..." Perintah Bik Sumi. Lalu mereka membiarkan Yunia menikmati makan siangnya, sementara Bik Sumi dan ibu-ibu yang ada di kamar itu menyiapkan seperangkat pakaian dan makeup sederhana di pembaringan Yunia.
Yunia memperhatikan kesibukan mereka sambil berusaha menelan makan siangnya. Setelah menyiapkan entah apa saja di atas pembaringan, ibu-ibu yang lain ke luar kamar. Tinggal Bik Sumi dan Bu Tini yang tinggal menunggu Yunia selesai makan. Deuh! Nasi soto ini kok sulit sekali untuk ditelan sih?!
Akhirnya, karena merasa tidak nyaman dengan tatapan menunggu Bik Sumi dan Bu Tini, ditambah lagi perasaan Yunia sendiri yang kacau balau, akhirnya Yunia menghentikan sesi makan siangnya. Tanpa banyak bicara lagi kedua orang tua itu mendandani Yunia.
Samar-samar Yunia mendengar suara orang memimpin doa, lalu beberapa percakapan yang engga bisa dia tangkap dengan jelas tentang apa, hingga tiba-tiba....
"Sah!"
Koor itu menyadarkan Yunia pada suatu realita baru. Seketika ia menatap Bik Sumi meminta penjelasan. Bik Sumi mengangguk dan tersenyum penuh kasih. Dia merentangkan tangannya lalu memeluk Yunia erat.
"Kamu sudah jadi milik orang sekarang, nduk..." ujarnya dengan suara tersekat. Setetes air mata jatuh di pundak Yunia. Yunia hanyut dengan suasana yang mendadak terasa sendu. Air matanya ikutan menetes.
Bapak sudah mengalihkan tanggung jawab atas dirinya pada Wisnu. Laki-laki yang selama ini dia anggap sebagai seorang kakak yang tidak pernah dia miliki.
"Ehem..."
Bik Sumi melepaskan pelukannya... di pintu Wisnu sudah berdiri untuk menjemput pengantinnya.
"Masuklah, Wis...." Ujar Bik Sumi mempersilahkan. "Bibi tinggal dulu ya..." Lanjut Bik Sumi pada Yunia. Yunia mengangguk. Sementara Wisnu berjalan mendekat pada Yunia.
"Bibi titip Yunia, yo Le ..." Kata Bik Sumi pada Wisnu saat mereka berpapasan jalan. Wisnu mengangguk. Bik Sumi menepuk pipi Wisnu sekilas sebelum pergi meninggalkan pasangan pengantin itu berdua.
Sesaat mereka saling pandang berusaha membaca pikiran masing-masing.
"Apa...?" Tanya Wisnu membuka percakapan. Dia tahu ada yang ingin Yunia tanyakan padanya. Yunia masih menatap Wisnu penuh selidik.
"Kenapa?" Tanya Yunia akhirnya.
"Kenapa apanya?" Wisnu balik bertanya.
"Kenapa mas Wisnu mau menikah denganku?"
Wisnu menarik nafas panjang lalu menarik tangan Yunia pelan untuk mengikutinya duduk di tepi pembaringan.
"Ada beberapa alasan kenapa aku mau menikah denganmu...." Wisnu mengambil jeda.
"Bukan karena mas Wisnu cinta sama aku kan?" Tebak Yunia membuat Wisnu seketika tertawa kecil. Yunia mendelik melihat ekspresi wajah Wisnu yang menahan geli itu. Untuknya tawa Wisnu itu terasa seperti pelecehan. Memangnya dia tidak layak dicintai?!
Wisnu menyadari arti pandangan Yunia, karena itu dia lalu berusaha menahan tawa dan berusaha bersikap serius.
".... Kalau dibilang cinta seperti yang kamu bayangkan mungkin engga, Yun. Tapi kamu tahu, mas sayang sama kamu...." Jawab Wisnu. Yunia diam tertunduk.
Sungguh, bukan pernikahan seperti ini yang ada dalam bayangannya. Walaupun belum pernah pacaran - karena bapak selalu melarangnya untuk pacaran - tapi dia punya bayangan, kalau suatu hari nanti, dia akan melangsungkan pernikahan dengan pria yang ia cintai dan mencintainya. Memakai gaun pengantin putih yang indah, menggelar resepsi meriah dihadiri oleh semua keluarga, kerabat dan teman-temannya.
".... Kadang kita musti berkompromi dengan keadaan yang ada, Yunia...." Kata Wisnu lagi sambil meraih dagu Yunia mengarahkan untuk menatapnya.
"Sayang... ada beberapa alasan mengapa bapak mengambil tindakan ini, dan mas juga punya alasan mengapa menerima kamu jadi istri mas...."
"Apa alasan itu, mas? Terus... kenapa harus secepat ini... kenapa engga ditunda dulu... sampai aku selesai SMA, gitu..."
Wisnu kembali menghela nafas....
"Sudah mas bilang, kan... ada beberapa alasan untuk kami ... walaupun sebenarnya mas juga engga kepikiran buat nikahin kamu sekarang juga... tapi sudahlah. Sekarang kamu udah jadi istri mas Wisnu... Masalah alasannya kita bicarakan nanti... sekarang orang-orang sedang menunggu kita di depan..." Ujar Wisnu.Lalu tangannya meraih lengan Yunia mengajaknya untuk bangkit dan menemui keluarga dan kerabat yang masih menunggu mereka di ruang depan. Yunia bangkit mengikuti ajakan Wisnu.
Baru saja satu langkah berjalan, tiba-tiba Wisnu mendadak menghentikan langkahnya membuat Kapala Yunia seketika membentur bahu Wisnu yang berjalan agak di depannya.
"Aduh!" Yunia spontan mengelus keningnya yang tadi terbentur. Engga sakit sih, cuma refleks aja, tapi sempat mengagetkan Wisnu.
"Eh?! Maaf, sakit?" Tanyanya sambil ikutan mengelus kening Yunia.
"Engga... engga apa-apa.... kenapa berhenti mendadak?"
Wisnu meringis sambil mengusap-usap tengkuknya sendiri.
"Aku lupa tanya... Emmm kamu engga menyesal kan, nikah sama mas Wisnu?" Tanya Wisnu dengan hati berdebar. Yunia menatap wajah Wisnu sampai melongo mendengar pertanyaan itu. Ih...! Pertanyaan apa itu? Situasi sudah seperti ini masih tanya soal itu...?🤦
" Ya.... Semoga engga akan pernah menyesal ..." Jawab Yunia kemudian dengan nada sedikit ketus untuk menggoda Wisnu. Wisnu tersenyum paham.
"Terima kasih sayang.... Mas janji, akan berusaha menjaga dan menyayangi kamu seumur hidup, mas."
"Terima kasih...." Sahut Yunia sambil menunduk menyembunyikan senyumnya. Ada rasa bahagia, geli bercampur haru melihat sikap Wisnu saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
ciyee udah sah😁 selamat ya wisnu dan yunia😊
feedback ke novelku yg berjudul
dendam masa lalu dan pernikahan kedua ya
dukunganmu sangat berarti untukku ka, makasih😉
2021-06-23
2
HaFu
Ohok mereka kyut
2021-03-20
2
ARSY ALFAZZA
like like 👍🏻
2021-03-03
2