"Mas mau, kamu jadi ibu untuk Sabina... anakku."
Kalimat itu masih terngiang di telinganya. Yunia menatap Wisnu setengah tidak percaya. Apa yang dia dengar barusan? Wisnu bilang, dia mau Yunia jadi ibu dari anaknya... Come on... Emang, kapan Wisnu menikah?
"Mas... mas barusan bilang apa?" Tanya Yunia linglung. Beneran, hari ini begitu banyak kejutan yang dia terima. Jangan-jangan otaknya sudah enggak waras... Ini pasti gara-gara shock Terapy yang over dosis...
Tuh, kan. Mendadak kepalanya terasa cenut-cenut ga karuan. Yunia refleks menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir puluhan kunang-kunang yang mendadak terbang mengitari kepalanya dan mengaburkan pandangannya.
Wisnu sudah membuka mulutnya untuk bercerita, tapi kemudian Wisnu menyadari kalau tatapan Yunia mulai enggak fokus. Karena itu ia mengurungkan niatnya untuk bercerita lebih jauh.
"Yun... Kamu engga apa-apa?" Tanyanya khawatir. Yang ditanya tidak menjawab. Yunia malah menunduk sambil memejamkan mata.
"Mas... kepalaku sakit..." Rintihannya. Sambil menekan-nekan kepalanya sendiri dengan kedua tangannya.
"Ya, sudah... sebaiknya sekarang kamu istirahat saja dulu..." Putus Wisnu. Lalu dia membantu Yunia berdiri dan memapahnya masuk ke kamar.
"Yunia kenapa, mas..."Tanya Bayu yang berpapasan saat baru masuk ke ruang tengah. Wisnu tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala, memberi isyarat agar adiknya itu tidak bertanya sekarang.
Sesaat kening Bayu berkerut, namun kemudian saat melihat raut wajah kakaknya, dia paham. Karena itu, dia cuma angkat bahu, lalu melanjutkan niatnya melangkah ke kamar kecil di belakang rumah.
Wisnu membantu Yunia duduk di pembaringannya. Sungguh, melihat kondisi Yunia sekarang membuat hatinya sakit. Dia tidak ingin menambah kesedihan yang sedang dirasakan Yunia saat ini.
"Kamu tidur duluan ya..." Katanya. Yunia menurut. Dia merebahkan tubuhnya dibantu oleh Wisnu. lelaki itu menyelimuti tubuh istrinya hingga ke dada. Namun saat hendak berbalik pergi Yunia meraih tangannya.
"Mas.... Benarkah yang aku dengar tadi?" Tanya Yunia lirih, kembali berusaha fokus menatap wajah lelaki yang akan menjadi gantungan hidupnya.
Perlahan Wisnu kembali menghadap Yunia. menatap ke dalam matanya, mencoba menilai apakah perempuan itu sedang berusaha menghakiminya.... ?
Sesaat Wisnu bingung harus mengatakan apa. Di satu sisi, ia tidak ingin menambah beban pikiran Yunia, perempuan yang dipercayakan bapak padanya. Tapi di sisi lain, dia juga takut jika dia tidak mengatakannya, nanti dia dianggap membohongi ... "Ah! Lagi pula masalah sudah terlanjur mencuat..." Pikirannya.
"Ya..." Akhirnya Wisnu menjawab. Seketika Yunia melepaskan pegangan tangannya, dan seketika itu juga Wisnu merasa seakan ada sesuatu yang terenggut dari hatinya.
Dilihatnya Yunia memalingkan wajahnya menatap tembok di samping pembaringannya. Wisnu merasa terabaikan, tapi dia maklum dengan apa yang dirasakan Yunia. Wisnu yang semula hendak meninggalkan Yunia kini malah duduk di tepi pembaringan.
"Yun.... apakah kau kecewa padaku?" Tanya Wisnu. Tidak terbayang kalau pernikahan yang belum sampai dua puluh empat jam ini akan berakhir begitu saja....
"Yun..." Panggil Wisnu lagi saat Yunia tidak menjawab pertanyaannya. Ingin Wisnu mengguncang tubuh Yunia untuk mendapatkan perhatiannya, tapi... untuk meraih tangannya saja Wisnu ragu. Ia takut Yunia tambah marah karenanya.
"Apakah bapak sudah tahu masalah ini...?" Akhirnya Yunia bertanya tanpa menoleh ke arah Wisnu, setelah beberapa saat mereka saling diam. Wisnu mengangguk, lupa kalau Yunia sedang tidak menghadapnya dan tidak melihat anggukkan kepalanya. Karena tidak mendengar jawabannya, maka Yunia lalu menoleh kembali menatap Wisnu.
"Eh, iya... bapak sudah tahu... Paman dan bibi juga..." Sahut Wisnu saat menyadari arti tatapan Yunia. Mendengar jawaban Wisnu, Yunia menarik nafas panjang. Berarti status Wisnu sudah menjadi pertimbangan bapak sebelum ini. Bagaimana bisa bapak menikahkan dirinya dengan Wisnu? Seorang laki-laki yang bahkan sudah punya anak?
Yunia kini tidak tahu bagaimana musti bersikap. Sejujurnya dia merasa kecewa saat mengetahui kalau Wisnu ternyata sudah punya anak... tapi, siapa yang harus dia salahkan? Bapak? Hei ..! Bahkan bapak sekarang sudah pergi, bagaimana bisa dimintai pertanggungjawaban? Wisnu? Nyatanya dia sudah mengatakan kebenarannya pada bapak, bahkan pada paman dan bibinya. Ah, Yang salah pasti dirinya... kenapa main iya aja, waktu ditanya bapak kemarin.... Ah, sudahlah... pusing dia memikirkannya...
".... Lalu.... Dimana ibunya sekarang?" Tanya Yunia.
"....Dia...." Sekali lagi Wisnu tampak ragu untuk bercerita.
"Mas.... Sudah terlalu banyak kejutan yang aku terima seharian ini .... " Ujar Yunia memperingatkan. Seakan dia ingin menambahkan ... "Jangan ditambah lagi atau aku akan mati..." Wisnu menarik nafas panjang.
".... dia... tidak menginginkan anaknya..." Jawab Wisnu tanpa kuasa menyembunyikan kesedihannya.
"Bagaimana bisa?!" Kali ini Yunia bertanya penuh perhatian. Perlahan, perasaan mengasihani diri sendiri surut, fokusnya pada bayangan seorang anak yang tidak dikehendaki oleh ibunya.
"Iya... dia lebih memilih karier dan pendidikannya daripada anak kandungnya sendiri...."
"Ceritakan dengan jelas kenapa bisa begitu? Apa karena hal itu kalian bercerai?" Pinta Yunia.
"Emmm itu..." Sesaat Wisnu mengambil jeda. "Kau tahu kan, beberapa tahun terakhir mas tinggal di Jerman?" Tanya Wisnu yang diangguki oleh Yunia.
Iya, setahu dia Wisnu memang tinggal di Jerman, mengurus bisnisnya sekaligus menyelesaikan program S3 nya.
"Nah, di sana mas ketemu ibunya Sabina. Dia teman satu kampus... Kami pacaran, Tapi mas engga cerita sama keluarga ... Ayah engga mau punya mantu bule...." Wisnu bercerita sambil menyeringai penuh ironi.
"Suatu hari, kami datang ke pesta ulang tahun temen, di sana kami mabuk... terus... kejadian deh.... Dia hamil." Wisnu menelan ludah dengan susah payah.
Sesaat Wisnu diam menunggu reaksi dari Yunia. Dilihatnya Yunia terperengah mendengar ceritanya, tapi dia tidak berkata apa-apa. Dia hanya menutup mulutnya dengan kedua tangan sebagai reaksi refleks atas keterkejutannya.
".... Waktu itu, ... walaupun aku tahu kalau ayah tidak akan setuju aku menikahi seorang bule, tapi engga mungkin aku lari dari tanggung jawab. Aku berniat menikahinya... Tapi, dia menolak...."
"Bukan. Bukan karena dia tahu kalau dia tidak diterima dalam keluargaku... tapi lebih cenderung karena alasan yang egois ... Dia tidak mau dibebani oleh seorang anak, sementara cita-citanya belum tercapai.... Dia berniat menggugurkan kandungannya..." Lanjut Wisnu pedih.
"Aku tahu aku sudah berdosa, Yun... aku engga mau nambahin dosa dengan membunuh calon anakku... Tapi dia bersikeras. Akhirnya aku bikin kesepakatan. Aku minta dia merawat kandungannya hingga lahir dengan selamat, setelah itu, aku yang akan ambil alih mengurusnya..."
Kini Yunia sudah terduduk menghadap Wisnu. Dia tak habis pikir...... Ada ya, orang se-egois itu? Biasanya perempuan yang mengejar tanggung jawab dari laki-laki, ini malah kebalik... 🤦
"Lalu... ?"
"Ya... dengan banyak bujukan, akhirnya dia mau... tapi ya, itu... begitu lahir anak itu harus langsung aku bawa...."
"Mas mengurusnya sendiri?" Tanya Yunia tidak percaya.
"Ya, engga juga... sejak tahu kalau ibunya engga mau merawat Sabina, aku lalu membujuk ibu, agar mau membantuku .... agar Sabina bisa diterima dalam keluargaku.... Yang pasti, berusaha membuat ayah menerima cucu dari seorang bule..." Imbuh Wisnu sambil tersenyum kecut.
" ... Dan akhirnya ayah menerima?" Tanya Yunia.
"Ya, dengan beberapa pertimbangan dan persyaratan..."
"Apa syaratnya?" Wisnu tersenyum mendengar pertanyaan itu.
"Salah satunya... Aku harus menikah denganmu..." Jawabannya kemudian.
"Jadi, mas Wisnu merasa terpaksa menikah denganku?" Tanya Yunia lagi.
"Apakah kamu merasa terpaksa?" Wisnu balik bertanya. Yunia mencebik sambil angkat bahu.
"Terlepas dari rasa terpaksa atau tidak pernikahan kita, aku ingin melaksanakan amanat dari bapak... aku akan menjagamu dengan taruhan hidupku... dan tolong, jadilah jalan kebahagiaanku... juga Sabina..." Ucap Wisnu kemudian.
Yunia termangu mendengar ucapan Wisnu. Tidak ada ungkapan cinta di sana, tapi Wisnu menjanjikan kepastian akan keamanan, keselamatan dan kesejahteraan Yunia selanjutnya. Cukupkah itu? Entahlah... Yunia masih merasakan suatu ganjalan di hatinya.
"Kamu mau kan?" Tanya Wisnu penuh harap.
Iya, dia simpati dengan nasib seorang anak bernama Sabina itu, tapi... Masa dia harus jadi ibunya? Ada sesuatu yang engga "klik" dengan status itu...
"Biarkan aku sendiri dulu, mas... " Pinta Yunia akhirnya. Mendengar itu, Wisnu menggigit bibirnya dan mengangguk paham.
"Ya, sudah..... beristirahatlah...." katanya sambil bangkit dan melangkah keluar kamar, setelah sempat merapikan selimut Yunia. Yunia menatap punggung Wisnu hingga hilang di balik pintu.
🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
tar emaknya dateng gmn 😂
2021-07-13
0
ARSY ALFAZZA
like + rate bintang ⭐⭐⭐⭐⭐😇 saling mendukung ya Thor 👌
2021-03-03
1
Dian Anggraeni
semoga yunia mau bersikap baik pada Sabina. kasihan anak kecil gak berdosa dan sudah kehilangan kasih sayang seorang ibu
2021-02-18
1