"Ka ,lu jangan konyol, mending lu urungkan niat lu buat nyari ana , lu itu cuma buang waktu ama tenaga lu aja" meli masih terus berusaha mencegah Raka melakukan pencariannya terhadap ana , saat pemuda berwajah lumayan tampan itu sibuk mengatur rekan-rekannya.
"Sorry mel , gw lagi sibuk dan gw ngga ada waktu buat meladeni ocehan lu yg ngga menentu" sahut raka tak mau ambil pusing dengan meli.
"Ok, fine, kalau lu tetap nekad, tapi gw yakin, lu bakal menyesal saat lu bisa menemukan revan dan ana dengan selamat, karena gw yakin , ana bakal menyadari perasaannya sesungguhnya ke Revan ,dan lu bakal berlutut mengharap cinta gw kembali" kata meli, gadis bermata sipit itu berapi meluapkan emosinya yang tersimpan rapi selama ini.
"Apa maksud ucapan lu? apa lu tahu sesuatu tentang ana yang tidak gw ketahui?"
"Lu mikir saja sendiri? apa benar ana cinta sama lu, atau ana cuma berada di bawah tekanan kedua orang tuanya " jelas meli dengan senyum sinis penuh kemenangan, dia pun pergi meninggalkan Raka yang termangu dengan sejuta tanya tentang dan maksud ucapan meli , karena meli bukan tipe cewek peng gosip dan terkesan sangat serius dalam berbagai hal, jadi tidak mungkin dia jual cerita begitu saja, meli juga sahabat ana , jadi setidaknya dia tahu beberapa hal tentang gadis yang telah dia khianati.
~~
Berpegang pada akar pohon yg kuat, Revan yang sedikit kesulitan menaiki tebing tersebut dan hampir beberapa kali terjatuh akhirnya sampai di permukaan dengan selamat.
"Akhirnya.."seru Revan dan ana serentak lega dan untuk sesaat melepas lelah sejenak.
"Makasih ya van.." kata itu meluncur manis dari bibir tipis ana dan terdengar sangat tulus juga begitu indah di telinga Revan .
Revan mengangguk pelan di iringi senyum pesonanya dengan lengkungan lesung pipit yang membuatnya kian menawan di mata kaum hawa termasuk di mata anna saat ini.
"Ann.."seru Revan tercekat dengan pandangan tak berkedip menatap tepat di belakang gadis itu.
"Van...lu jangan lihat gw udah kayak menatap hantu aja , memang lu lihat apaan sih?" ujar ana penasaran dan wajahnya mengikuti arah pandang Revan yang tepat berada di belakang punggungnya.
"Ana..jangan bergerak" teriak revan sambil bergerak cepat berdiri dan membungkuk melindungi gadis itu.
"Aaaaaa...."dan saat itu juga terdengar ringisan kesakitan dari mulut pemuda itu dan tubuhnya langsung tersungkur jatuh di atas rumput-rumput liar.
"Ya Tuhan van ,lu kenapa " seru ana kaget di campur rasa cemas saat melihat tubuh pemuda tersebut terkapar lemas dengan wajah memucat.
"astaga "ucap ana pucat saat melihat seekor ular mendesis sembari mengeluarkan lidahnya.
"Jadi Revan..." ana tak sanggup melanjutkan kata-katanya saat lirikan matanya melihat dengan cukup jelas bekas patokan ular di tangan kanan pemuda itu.
"Van..kenapa lu berbuat konyol lagi buat gw" sesal ana dalam hati . Dia begitu ingin mendekat dan segera memberi pertolongan pertama pada Revan , tapi ular berbisa tersebut masih haus mangsa dan segera merayap mendekati ana yang terdiam kaku.
"Ya Tuhan ,lindungi hamba Mu ini dari segala marabahaya yg datang mendekat" batin ana dalam hati.
Dalam pandang yang mulai gelap , Revan bisa merasakan kalau ana dalam bahaya , tangannya meraba kesana-kemari ,hingga mendapatkan sebuah ranting sedikit berukuran besar dan dengan sisa tenaga yang dia miliki , dia mencoba bangkit.
"Aaaaa " revan berteriak mengeluarkan tenaga yang ada dan berhasil memukul bagian kepala ular tersebut hingga tergeletak entah pingsan atau sudah mati.
"Van.." seru ana ternganga , dia cepat bangkit dan segera menangkap tubuh pemuda tersebut yang terhuyung hendak jatuh.
"Van..lu ngapain mesti lakuin ini semua buat gw, lu mestinya mikirin keselamatan diri lu sendiri" ujar ana sambil mengguncang tubuh Revan yang bersandar lemah pada bahunya dan tanpa dia sadari air matanya perlahan menetes membasahi sudut pipinya.
"Ana..jangan..me..nangis " revan mengulurkan tangannya berusaha menghapus butiran bening di wajah gadis itu di iringi senyum menyembunyikan kesaktiannya.
"Van..." teriak ana pilu saat tangan tersebut jatuh terkulai menyentuh si rumput liar.
~~
Pencarian terhadap revan dan Ana kembali di lanjutkan dengan melibatkan tim SAR juga relawan , pencarian di sebarkan dari berbagai titik agar lebih mudah dan mempercepat pencarian.
Raka , Ucok, Yuda , ricky juga rekan-rekannya yang lain yang berkumpul dalam satu tim pencarian kelihatan mulai lelah, peluh keringat menetes membasahi wajah mereka.
"ka ,kita sudah mencari mereka sampai sejauh ini,tapi belum ada tanda-tanda kalau kita akan menemukan mereka, terus kita harus mencari kemana lagi?" keluh Ucok saat itu sambil menyeka keringat yg menetes di lehernya.
"Iya Ka ,mereka kayak hilang di telan bumi, ngga ada jejak apa pun yang bisa kita jadikan petunjuk untuk menemukan mereka"timpal Yuda .
Raka menghentikan langkahnya dan menatap satu persatu sahabatnya yay mulai kelelahan juga putus asa .
"Guys,gw tahu kalian mulai lelah, tapi please , kalian jangan putus asa kayak gini, gw yakin kalau kita pasti bisa menemukan Revan dan Ana " ujar Raka coba menyemangati sahabatnya.
"Tapi kita juga harus realistis juga donk Raka , ini hutan bro !Segala sesuatu mungkin saja terjadi dan gw pikir , kecil kemungkinan mereka bisa selamat " ujar Yuda lagi berkecil hati.
"Maksud lu? apa bicara seperti itu?"tandas Raka.
"Ya..gw cuma mau bilang, apa yang di katakan Meli kemarin ada benarnya , mungkin saja sekarang mereka sudah jadi santapan binatang buas"
"Br*ngs*k lu Yud" gertak Raka cepat, memberikan satu bogem mentah tepat di tengkuk Yuda . Membuat cowok berambut sedikit plontos tersebut terjungkal .
"Ka..sabar, tahan emosi lu!" Ucok cepat menahan tubuh raka sebelum emosinya makin tinggi.
"Br*ngs*k lu, gw pikir lu sahabat gw dan bisa gw andalin?tapi apa buktinya? Sial lu!" maki Raka .
"Yud ,lu tu apa-apaan sih? lu udah tahu Raka orangnya kayak gimana? lu mau,keadaan lu nanti di kampus di persulit cuma gara-gara masalah ini , gw saranin mending kita turutin apa maunya Raka ,nanti juga dia capek sendiri" bisik Riky coba mengingatkan Yuda karna raka merupakan mahasiswa cukup berpengaruh di kampus karna dia adalah anak pemilik saham terbesar di kampus tempat mereka menimba ilmu.
"Sorry Ka, gw tadi cuma kecapekan , jadi gw ngomongnya agak ngelantur" sesal yuda sedikit berat hati dengan kata maafnya.
"Kali ini gw maafin lu, tapi sekali gw dengar lu bicara seperti itu lagi , jangan harap hidup lu bakal damai" ancam Raka dengan tatapan bengis.
"Udah..sekarang bukan waktunya kita nurutin ego dan emosi masing-masing ,sekarang lebih baik kita istirahat dulu sebelum kita melanjutkan pencarian" ujar Ucok mencoba kembali menenangkan keadaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments