Mencekam , salah satu gambaran dari gelapnya hutan malam ini , suara binatang buas melolong sahut menyahut dari jauh membuat bulu kuduk merinding juga semilir angin yang berhembus begitu dingin menembus tulang . Raka dan juga teman-temannya masih terus menyusuri hutan belantara sambil sesekali berteriak memanggil nama Ana dan Revan , tapi hingga 2 jam pencarian belum ada tanda-tanda mereka akan di temukan.
"Ka..kayaknya kita mesti balik ke kemah sekarang , gw takut kalau kita tetap nekad mencari mereka , yang ada kita juga ikut tersesat kayak mereka" ujar Hasan salah satu anggota mapala yg termasuk senior di antara yang lain.
"Apa yang di bilang Hasan benar Ka , mending kita balik sekarang , siapa tahu ucok dan yang lainnya sudah menemukan mereka.." sahut bima membenarkan perkataan Hasan.
Raka terdiam sejenak mendengarkan permintaan sahabatnya , hati kecilnya masih memberontak untuk terus mencari Mariana , tapi dia tidak bisa egois karena sebagai ketum mapala dia juga bertanggung jawab dengan anggotanya yang lain , bukan hanya Revan dan Mariana.
"Ok.."ujar Raka menyetujui yang di sambut dengan helaan nafas lega dari anggota timnya.
"Sekarang kita balik ke kemah,tapi besok pagi sekali kita kembali melakukan pencarian,gw juga bakal coba menghubungi posko untuk menurunkan bantuan mencari mereka" lanjut Raka lagi tak mau patah semangat.
~~
"Cok..gimana ? ana udah ketemu?" tanya Lina tak sabaran saat melihat cowok sedikit bertampang sangar itu datang.
"Belum Lin ,gw dan yang lainnya belum bisa menemukan jejak mereka" sahut ucok menunduk lemah.
"Mau nyari sampe ujung dunia juga percuma , paling juga ana udah mati di makan binatang buas!" ucap meli tanpa perasaan.
"Mel..lu kok ngomong kayak gitu sih, seharusnya lu doain ana supaya selamat ,bukannya nyumpahin gitu , ingat mel, Ana itu sahabat kita dari sma" tegur Lina tak suka dengan apa yang baru saja di ucapkan sahabatnya.
"Iya mel , gw heran, lu sebagai sahabat ngga ada simpatinya sama nasib sahabat sendiri" sahut ucok sedikit menahan emosi dengan tingkah belagu meli.
"Terserah kalian, tapi gw bukan orang yang bisa di bodohi seperti kalian , gw yakin sekarang Revan dan Ana bukannya hilang , tapi mereka memang sengaja menghilang agar bisa bermesraan berdua"
"Meli.."teriak Raka lantang.
"Raka.."seru mereka serempak saat melihat Raka sudah berada di sekitar mereka.
"Gimana ka?lu berhasil menumukan ana?" tanya lina penuh harap.
"Gw masih belum bisa menemukan ana lin" sahut Raka dengan nada penuh penyesalan.
"Lu sendiri gimana cok?" tanya raka lesu dan berharap nasib baik berpihak pada ucok.
"Sama Ka..gw dan yang lain belum menemukan mereka".
"Heran,kenapa hal ini mesti di ambil pusing sih?"ucap meli sinis tak terpengaruh dengan pandangan dingin Raka cs.
"Sekarang gw baru sadar , kalau lu ngga sebaik yang gw pikir mel..." ujar raka dengan pandangan penuh kebencian membuat meli makin muak dengan namanya Mariana , sahabatnya sendiri.
"Terserah lu menilai gw seperti apa , tapi lu mesti ingat dan gw yakin , lu juga tahu kalau Revan sangat mencintai ana , dan mereka hilang bersamaan ,gw yakin Revan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini " tukas meli sengit sambil berlalu meninggalkan Raka yang mulai termakan omongannya .
~~
Tetes embun pagi mulai mengering kala sang surya kembali menyebarkan panorama sinarnya , menembus rapatnya celah-celah pepohonan dan tepat menerpa dua pasang mata yang terlelap dalam tidurnya , kicauan burung pun seakan terus membuai lelah mereka.
"Euummm.." Ana mengerang kecil sambil membuka matanya yang masih di kuasai rasa kantuk yg teramat.
"Van.."gumamnya melotot kaget saat menyadari posisinya yang tidur bersandar pada bahu kekar miliknya dan pemuda itu seenaknya merangkul pinggangnya.
"revaaaaannn.." teriak Mariana kesal sambil mendorong tubuh pemuda itu dan segera bangkit dari duduknya.
"Adowwww" ujar Revan meringis kesakitan sambil memegang pipi kirinya yang terbentur pada batu berukuran sedang.
"Anaaa..."kini giliran Revan berteriak dan melotot kesal , dia pun ikut berdiri sambil berkacak pinggang di hadapan gadis bertubuh mungil itu.
"Hei, lu apa-apaan sih dorong-dorong gw, jadi cewek bisa lembut sedikit ngga ? lihat gara-gara kelakuan sadis lu, muka gw yg mulus jadi korbannya."semprot revan sambil menunjuk bagian pipinya yang sedikit membiru.
"Yeeee..salah sendiri, lagian ngapaian juga lu meluk-meluk gw, lu pasti sengaja nyuri kesempatan saat gw tidur, iya kan?dasar cowok ngga punya etika" kilah ana tak mau di salahkan.
"Apa?gw nyuri-nyuri kesempatan?" Revan menunjuk dadanya.
"Jangan GR lu, yang ada lu yg nyosor meluk gw semalam" lanjut revan tak mau kalah.
"Gw meluk lu.. amit-amit dah" ucap ana menggelinjang seolah jijik membuat Revan naik darah, tapi satu ide jahil langsung menerangi otaknya.
"Ya ampun sayang , kamu kok bicara seperti itu sama aku , apa kamu ngga ingat semalam kita ngapain ?" ucap Revan dengan tatapan nakalnya.
"Revan..lu ngomong apaan? dan apa maksud lu soal yang semalam ?" ujar ana pucat dan cemas kalau Revan berbuat macam-macam saat dia tertidur di tambah lagi dengan gaya genit Revan yang lebay.
"Kayaknya , aku mesti membalikkan memori kita semalam , biar kamu ingat semuanya " Revan perlahan mendorong tubuh ana hingga bersandar pada batang pohon yang ada di belakangnya.
"Revan..lu mau ngapain?" ana mencoba memberontak tapi Revan sudah mengunci kedua tangannya dengan kuat.
"Van..lepasin gw" pinta ana keras.
Revan hanya tersenyum manis sambil menaikan sebelah alis matanya dan pelan ia menunduk dan mendekatkan wajahnya dengan wajah gadis itu.
"Van..lu" ucap ana tercekat , jantungnya spontan berdetak kencang saat hembusan nafas Revan menerpa wajahnya dan rasanya begitu hangat dan tatapan sepasang mata coklat itu begitu dalam dan sanggup menembus ulu hatinya.
"Vaann..." gumam Mariana ketakutan sambil menutup mata saat wajah pemuda itu makin dekat dan sangat dekat.
"Hahaa..kena lu.." Revan langsung menjauhkan wajahnya sambil mengacak-acak rambut ana.
"Huuuuuffff ...."ana menarik nafas lega saat apa yang dia takutkan tak terjadi sambil melap keringat dingin yang mengalir di sela wajahnya.
"Lu tu apa-apaan sih van? lu pikir semua itu lucu apa?"
"Yeeee , emangnya kenapa ? lu tadi pasti mikir jorok Yuasa "ujar Revan sambil mencolek dagu gadis itu, gemas.
"Siapa juga yang mikir jorok, yang ada gw mau muntah kali... ujar ana jengkel sambil menepis tangan Revan dari dagunya.
"Masa sih an , lu ngga merasa ada getaran saat gw mendekati lu kayak tadi?" jelas terdengar ada nada kecewa di balik pertanyaan Revan , karena jujur dirinya sendiri berperang batin saat berdekatan seperti itu.
Ana mendorong tubuh revan makin menjauh darinya karena dia tak ingin Revan melihat raut wajahnya yang memerah di hujam dengan pertanyaan demikian.
"Van ,dari pada lu mikir yang ngga-ngga , mending lu mikir, bagaimana caranya kita balik ke kemah?" kata ana berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Gampang kali An , cuma tinggal manjat tebing itu doank" sahut Revan enteng sambil menunjuk tebing yang ada di hadapan mereka.
"Apa?? manjat tebing itu" sahut ana kaget tak percaya.
"Tinggal manjat doank,apa susahnya sih?" ucap Revan cuek.
"Kalau lu mah enak, lu kan keturanan monyet, emang udah ahlinya soal urusan manjat memanjat " seloroh Ana jengkel setengah mati dengan pemuda yang ada di sebelahnya.
"Enak aja lu bilang gw monyet " protes Revan.
"Udah ah, gw ngga mau berdebat ama lu, mending sekarang kita cari jalan lain, selain manjat ni tebing"
"Ngga ada jalan lain ana ,kalaupun ada, kita bukannya balik ke kemah tapi ke alam akhirat, karena jalan yang ada rawan dengan jurang dalam juga binatang buasnya" jelas revan geregetan.
"Trus gimana donk van " sungut ana sedih membuat revan tak tega melihatnya.
"Lu naik ke punggung gw" kata Revan yang tiba-tiba sudah membelakangi tubuh ana.
"Van..lu ngapain?" ujar ana tak mengerti maksud Revan.
"Lu kebanyakan nanya, malas gw" sungut Revan kesal dan langsung menarik tangan gadis itu hingga terjatuh ke punggungnya dan dengan cepat pemuda itu berdiri menggendong tubuh Ana.
"Vaann.."teriak ana kaget saat itu.
"Lu,pegang leher gw yang erat, karena gw ngga mau saat gw menaiki tebing ini, yang ada lu bakal jatuh, bisa repot gw" jelas revan sambil menoleh kesamping dan mata mereka bertemu pandang untuk kesekian kalinya dan perasaan itu bergejolak kian hebat dalam diri mereka masing-masing, tanpa sadar senyum merekah pun menghias sudut bibir mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ☠ᵏᵋᶜᶟ印尼🇮🇩小姐ᗯ𝐢DYᗩ 𝐙⃝🦜
masih baca disini 😁😁😁😁
2020-12-11
3