19.50
"Hey, bangun.." (???) Seseorang menepuk pipiku.
"Sebentar lagi." Aku merasa sangat kelelahan, dan membuka mata saja rasanya sangat malas.
"Hey, cepat bangun!!" Suaranya semakin keras, dan karena itu pula aku memaksa diriku membuka mata.
"Baik." Akupun membuka mata, dan memaksa tubuhku untuk sedikit bangun. Dan aku sedikit terkejut melihat keadaan sekitar. "Aku, ada dimana?"
"Kita sedang ada di lapangan." (???) Suara orang yang membangunkanku menjawab pernyataan ku.
"Lapangan. Aghh!!" Kelapaku sedikit terasa sakit. "Aku tidak mati?"
"Kau belum mati."
"Begitu..." Aku kembali melihat ke arah sekitar. "Kau, siapa kau?"
"Huh? Padahal aku sudah beritahu namaku tadi, bagaimana kau bisa lupa."
"Huh? Sudah diberitahu?" Aku mencoba mengingatnya, tapi aku tak bisa. "Aghh!!" Dan lagi, kepalaku terasa sakit. Dan saat itu pula aku ingat apa yang terjadi. "Sylvi! Bagaimana dengan iblisnya?!"
"Mereka sudah pergi."
"Begitu... A-Aww." Aku merasakan sedikit rasa sakit di tangan kiriku, saat aku melihatnya lambang yang ada di tangan kiriku masih berwarna merah. "Jadi itu bukan mimpi, ya." Sembari mengatakan itu, aku kembali berbaring tapi aku merasakan sesuatu yang keras ada tepat di bawah kepalaku. "Huh, sabit ini." Aku melihat sabit yang aku pakai tadi berada tepat di bawahku.
Saat aku melirik ke arah Sylvi, pedang miliknya hilang. "Ehh... Sylvi, bisa bantu aku."
"Ada apa?"
"Bagaimana caranya menghilangkan sabit ini?" Aku tak tau caranya, karena ini pertama kalinya aku mengalami hal seperti ini.
"Huh... Aku akan membantumu." Kemudian Sylvi perlahan mendekat ke arahku. "Tanganmu.." Aku memberikan tangan kiriku padanya. "Ini akan sedikit sakit, jadi tahan."
"Huh?" Di saat kebingungan, Sylvi mulai menggenggam tangan kiriku. Dan entah kenapa ini membuat jantungku berdebar-debar.
Dan setelah itu. "Aghh!!" Tangan kiriku terasa sangat sakit. "A-Apa ini!!" Meskipun tidak sesakit saat dimakan oleh iblis, tapi ini cukup sakit.
Beberapa saat kemudian .
Aku mencoba untuk menahan rasa sakit itu sekuat tenaga. "Nah, selesai." Setelah berkata demikian, Sylvi melepaskan genggamannya. Dan rasa sakit di tangan kiriku perlahan mulai menghilang, begitu pula lambang yang ada di tangan kiriku juga ikut hilang.
Saat aku berbalik melihat ke arah sabit yang ada di belakangku. "Hilang." Sabit itu hilang. “Ini hebat.” Sesuatu yang hebat sudah terjadi disini.
"Kau akan kemana setelah ini?" Sembari menanyakan hal itu padaku, Sylvi berjalan menjauh. Aku mencoba berdiri dan menyusulnya.
"Sepertinya aku akan pulang." Setelah aku berhasil menyusulnya, aku menjawab pertanyaannya.
"Begitu, ya. Oh ya, jangan ceritakan apa yang terjadi pada kita tadi pada orang lain."
"Huh? Kenapa?"
"Mereka pasti tidak akan percaya, dan itu akan membuang-buang waktu."
"Begitu..." Seperti yang dikatakan oleh Sylvi, jika aku menceritakan apa yang terjadi padaku tadi mungkin tidak akan ada orang yang percaya. Lagipula sampai sekarang tidak ada yang bisa selamat setelah bertemu dengan iblis, dan wajar saja jika aku menceritakannya orang tidak akan percaya. "Oh ya, kau tadi memanggil namaku, ya." Aku menanyakan hal itu karena tepat sebelum kesadaran ku menghilang, aku mendengar Sylvi menyebutkan namaku, padahal aku sama sekali belum memberitahukan namaku padanya.
"T-tidak. A-aku tidak memanggil namamu, l-lagipula aku belum tau namamu. Ya, jadi bagaimana aku bisa memanggil namamu jika aku belum tau namamu."
"Jika bukan dia, lalu siapa?" Aku tak tau, tapi sepertinya memang bukan Sylvi. Tapi, dilain sisi aku rasa itu memang dia. Karena dia tidak mengakuinya aku menurutinya. "Begitu, ya. Oh ya, meskipun sedikit terlambat, aku ingin memperkenalkan diriku. Namaku Koujo Kotaro, panggil saja aku Kotaro. Itupun jika kau mau."
"Begitu, ya." Entah kenapa Sylvi mengangguk pelan.
"Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa."
"Begitu." Setelah itu, tak ada pembicaraan.
Beberapa menit kemudian.
Aku berpisah dengan Sylvi karena dia naik kereta, sedangkan aku langsung pulang. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang lupa untuk aku tanyakan. "Guardian. Dia lupa untuk menjelaskan hal itu padaku. Hah, sudahlah, itu bisa kapan-kapan." Aku kemudian lanjut jalan menuju ke apartemenku.
Di tempat apartemenku.
"Haaa..." Aku berbaring di atas kasur sambil melihat ke arah tangan kiriku. "Guardian, ya." Aku masih belum tau guardian itu apa, tapi sepertinya guardian ini memiliki kemampuan untuk mengalahkan para iblis. Itu terbukti saat aku melihat Sylvi menebas iblis, para iblis itu tumbang setelah menerima serangan Sylvi dan lenyap begitu saja.
"Kekuatan luar biasa seperti ini, apa aku bisa menggunakannya, ya?" Entah kenapa aku merasa tidak percaya diri dengan diriku. "Haaa. Sebaiknya aku mandi saja, setelah itu istirahat."
Akupun mandi, dan tepat setelah itu aku segera istirahat karena sangat lelah dengan apa yang sudah terjadi 1 hari ini padaku. "Apa hal seperti ini akan terulang lagi besok." Setelah mengatakan itu, aku menutup mataku karena sangat lelah.
——————————–——————
09, September.
07.30
Kringggggg.
"Hoaamm..." Setelah mematikan alarm, aku bangun dan sedikit merenggangkan tubuhku. Setelah itu, aku segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Dalam perjalanan menuju ke sekolah.
Tak ada hal aneh, perjalananku ke sekolah sama seperti hari lainnya. Tak ada hal khusus. "Jika saja hari damai seperti ini terus berlanjut." Entah kenapa aku mengharapkan sesuatu yang sangat mustahil untuk terjadi.
Aku kemudian mempercepat langkahku.
Di sekolah.
Saat sampai di sekolah, aku langsung pergi menuju ke kelas. "Pagi Kotaro." Seperti biasa, Yu selalu menyapaku saat aku sudah sampai di kelas.
"Ya." Setelah menjawab salam Yu, aku langsung pergi menuju ke tempat dudukku.
"Haa. Coba lain kali jawab salamku dengan benar." Yu kemudian menghampiriku.
"Iya-iya. Lalu, ada apa?"
"Ada informasi menarik."
"Tentang iblis?"
"Bukan." Saat aku berkata tentang iblis, Yu menjawab bukan. Dan itu membuatku sedikit penasaran. "Kau penasaran?"
"Sedikit."
"Hahaha. Sudah kuduga kau akan mengatakannya. Baiklah, demi teman baikku, aku akan mengatakannya. Dengarkan baik-baik."
"Iya-iya, aku dengarkan." Akupun mulai mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Yu padaku.
"Siswi pindahan."
"Huh? Siswi pindahan." Yu berkata Siswi, berarti gadis. Seorang gadis akan pinda ke sekolah ini. "Siapa?" Entah kenapa aku sedikit penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Yu.
"Haaa, sudah kuduga kau tertarik."
"Aku tidak bilang."
"Kau tidak bilang, tapi aku tau dari wajahmu."
"Begitu, terserah kau saja."
"Aku dengar dia akan pindah ke kelas kita."
"Kelas kita? Bagaimana kau tau?"
Saat aku berkata seperti itu, Yu sedikit tersenyum. "Kau meremehkan diriku. Di sekolah ini, tak ada hal yang tidak aku ketahui. Bahkan aku tau kalau ada cctv di atas lemari ganti siswi yang dipasang oleh para siswa beberapa hari yang lalu." Berbicara seperti itu, Yu seakan membanggakan dirinya.
"Hey, kau tidak masalah membocorkan rahasia sebesar itu." Saat Yu berkata seperti itu, para siswi di kelas melihat ke arah kami. Suara Yu yang tidak bisa di tahan membuat para siswi mendengar apa yang dikatakan oleh Yu barusan. Sebenarnya aku juga baru tahu tentang hal itu.
"Sudahlah, yang aku katakan barusan tentu saja itu bohong. Mana ada hal seperti itu di sekolah ini." Yu berkata seperti itu seakan ingin menutupi kebenaran yang ada.
Dengan suara yang pelan, aku berbicara pada Yu. "Yu, yang barusan kau katakan serius, tidak?"
Yu membalas kata-kataku dengan suara yang cukup pelan juga. "Tentang cctv-nya, tentu saja aku serius." Yuterseyum setelah itu kembali ke tempat duduknya.
"Haaa, ada-ada saja dia." Tepat setelah itu, guru datang ke kelas.
Sebelum guru memulai pelajaran. "Sebelum pelajaran dimulai, hari ini kalian kedatangan teman baru. Angelia-san, silahkan masuk." (Sensei)
"Angelia? Sepertinya aku pernah dengar." Nama yang tidak asing bagiku, tapi entah kenapa aku sedikit lupa.
"Baik." (???) Suaranya tak asing bagiku, tapi entah kenapa aku lupa siapa.
Seorang gadis masuk ke kelasku. Gadis dengan rambut pirang panjang, aku mencoba mengingatnya tapi entah kenapa begitu sulit.
"Perkenalkan, namaku Sylvi Angelia. Kalian bisa memanggilku Sylvi, salam kenal." Dia memperkenalkan dirinya.
"Sylvi, Sylvi..." Aku mencoba untuk mengingatnya, tapi tak bisa. "Agghh!!" Tiba-tiba saja kepalaku sedikit sakit. "Ada apa ini?" Dan saat rasa sakitnya hilang. "Aku ingat." Aku kembali mengingatnya, dia Sylvi gadis yang aku temui kemarin malam.
"Angelia-san, bangkumu berada di samping bangku Koujo-kun."
"Terima kasih, sensei." Setelah itu Sylvi pergi menuju ke bangku yang berada di sampingku.
"Siswi pindahan, ya." Aku sempat tak menyangka kalau dia adalah siswi pindahan yang dibicarakan oleh Yu barusan. Dan aku juga heran, kenapa aku bisa lupa dengannya beberapa saat lalu.
"Kotaro-kun, kita bertemu lagi." Sylvi memberi salam kepadaku dengan senyuman.
"Y-Ya." Aku menjawabnya dengan biasa. ‘Huh? Kun, ya. Sudahlah, terserah dia saja.’ Penyebutan kata 'kun' membuatku sedikit tidak nyaman, tapi terserah dia saja mau memanggilku dengan nama apa. ‘Pake 'sama' juga tidak masalah. Hehe...’ Aku sedikit tersenyum karena sempat memikirkan hal itu.
Sylvi kemudian langsung duduk di bangkunya.
"Baiklah. Buka halaman 25."
"Baik." Dan hari ini aku menikmati hari-hari yang indah dan juga damai.
Seharusnya sih begitu, tapi…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
SAN™
Ngapa sering menghelakan nafas sih, kek kakek-kakek aje !!!
2021-01-24
0