2

08, September.

Kringgg. Sfx : alarm jam.

07.50

"Agghhhhh!!!" Aku terkejut dan bangun karena mendengar suara alarm yang aku pasang. "Huh?" Tapi, disaat itu juga aku merasa kebingungan. "Bukannya aku, sudah mati. Bagaimana aku bisa ada disini?" Aku melihat ke arah kalender. 08, Agustus. "Apa itu cuma mimpi? Tapi, itu terlalu nyata untuk dikatakan sebagai mimpi."

Aku melihat ke tangan kiriku dan tanganku baik-baik saja, tapi ada sesuatu yang aneh di tanganku. "Tato?" Entah kenapa tiba-tiba saja muncul tato berbentuk sabit tepat di pergelangan tangan kiriku. "Apa ini?" Aku cukup penasaran dengan tato ini. Tapi. "Gawat, sudah jam segini!" Aku kemudian langsung bersiap-siap, dan setelah itu berangkat menuju ke sekolah.

Di perjalanan menuju ke sekolah.

"'Hilang'?" Tepat saat aku melihat tanganku, tanda sabit yang ada di pergelangan tangan kiriku tiba-tiba hilang. "Apa mungkin cuma halusinasi ku saja?" Karena tak ingin mempermasalahkannya lagi, aku kemudian mempercepat langkahku.

08.22

Setelah sampai di sekolah, aku langsung menuju ke kelas.

"Kotaro, selamat pagi."

"Yo." Setelah menjawab salamnya, aku langsung menuju ke tempat dudukku.

"Seperti biasa, sapaanmu padaku semakin dingin setiap harinya."

"Ada apa? Tidak biasanya kau menghampiriku." Pada saat aku berkata seperti itu, aku merasakan sesuatu. ‘Tunggu, sepertinya hal ini pernah terjadi sebelumnya.’ Entah kenapa aku merasakan sebuah Déjà vu.

"Dalam seminggu ada 10."

"Sebanyak itu?!" Aku kembali merasakan sesuatu. ‘Bukannya percakapan ini sudah pernah terjadi. Tapi, jika memang benar, aku harus memastikan 1 hal.’ Aku merasa apa yang terjadi saat ini sudah pernah terjadi, dan aku merasa kalau aku mengulanginya kembali. "Tapi, masih belum ada pergerakan lanjutan, kan?" Aku mencoba menggunakan kata-kata yang akan digunakan oleh Yu, seperti yang aku mimpikan tadi.

"Begitulah. Hey, kau mencuri kata-kataku. Sudahlah, lagipula aku memang ingin mengatakan itu padamu, jika kau sudah tau tidak masalah." Kemudian Yu kembali ke tempat duduknya.

Dan tepat setelah itu, guru datang dan memberikan pelajaran.

Disaat seperti ini, aku masih cukup bingung. ‘Hey, kau mencuri kata-kataku.’ Jika benar seperti itu, berarti Yu memang berniat untuk mengatakannya. ‘Apa ini hanya sebuah kebetulan?’

Jam pulang sekolah.

"Kotaro, ada apa? Kenapa kau masih belum pulang?" Yu sedang melakukan tugas piketnya.

"Aku sedang menunggumu."

"Hooo. Tidak biasanya kau seperti ini, tapi sudahlah tunggu aku sebentar lagi, aku akan segera menyelesaikannya dengan cepat." Sambil berkata seperti itu, Yu mempercepat tugas piketnya.

Alasanku menunggu Yu adalah karena mimpi tadi, entah mimpi ataupun bukan tapi yang aku rasakan pada mimpi itu terlihat sangat nyata, dan jika tebakanku benar. Alarm peringatan munculnya iblis akan berbunyi sebentar lagi sesuai dengan apa yang terjadi pada mimpiku.

Beberapa saat kemudian.

Kriiiinnngggg kriiiiinnggggg.

Tepat seperti yang aku duga, alarm peringatan munculnya iblis berbunyi. ‘Kebetulan? Atau ini memang ingatanku tentang mimpi yang aku mimpikan tadi. Jika benar seperti itu, saat alarm berbunyi, seharusnya aku sudah mati dicabik-cabik oleh kumpulan iblis itu. Tapi, saat ini aku tengah berada disini. Berarti...’

Aku tidak bisa berfikir lebih keras seakan otakku hanya bisa berfikir sampai bagian itu saja. ‘Aagghhhhh...’ Aku merasa sangat kesal dengan diriku yang tak bisa berfikir lebih luas ini.

"Kotaro, ayo kita pergi ke tempat pengungsian."

"Ya.." Aku dan Yu pergi menuju ke tempat pengungsian yang berada cukup dekat dengan sekolah.

Aku terus memikirkan tentang kejadian dimana aku pergi sendiri saat mimpi itu. ‘Apa itu benar-benar mimpi?’ Aku meragukan kalau yang aku alami itu adalah mimpi. Karena, jika benar itu mimpi, pasti hal seperti percakapan dan juga kejadian alarm ini tidak akan terjadi. Mimpi itu adalah khayalan, dan sangat atau bahkan tidak mungkin jika menjadi sebuah kenyataan.

"Kotaro, apa yang kau pikirkan?" Yu mengajakku bicara dan seketika apa yang aku pikirkan hilang. "Kita harus bergegas."

"Baik." Kami mempercepat langkah.

Beberapa saat kemudian.

Kami sampai di tempat pengungsian, dan ada cukup banyak orang disini, baik siswa ataupun penduduk sekitar yang kebetulan sedang lewat di area ini.

"Huft... Untung saja di dekat sini ada tempat pengungsian. Jika tidak, pasti sesuatu yang berbahaya akan terjadi pada kita." Dengan wajah lega, Yu mengatakan hal itu.

"Untunglah." Tempat pengungsian ini terbuat dari baja yang cukup tebal, dan mungkin ini merupakan pertahanan terakhir dari para iblis.

"Kotaro, apa yang kau pikirkan?" Yu kembali menanyakan hal itu padaku.

"Tidak ada, aku hanya berfikir bagaimana bentuk monster itu sebenarnya."

"Haha." Mendengar hal itu, Yu sedikit tertawa. "Saat hal seperti itu terjadi, mungkin saja kau sudah dimakan oleh iblis."

"Haha, itu mungkin saja."

"Sebenarnya aku juga penasaran dengan wujud iblis itu. Tapi sudahlah, jangan bicara tentang hal itu. Kita tunggu sampai alarm aman berbunyi." Keberadaan iblis tidak bisa ditangkap oleh kamera pengawas, oleh karena itu wujud monster iblis yang sebenarnya tidak ada yang tau. Dan lagi seluruh listrik mati saat iblis itu muncul, itu termasuk sebuah halangan besar untuk bisa dapat melihat wujud iblis yang sebenarnya.

"Ya.." Alarm aman akan berbunyi jika seluruh iblis sudah kembali ke dunia mereka, dan itu tidak membutuhkan waktu lama, mungkin kurang dari 1 jam atau lebih baru alarm aman akan berbunyi.

Setelah hampir 1 jam menunggu.

Kriiiiiiinnnggggg.

Sebuah bunyi alarm panjang, menandakan kalau para iblis sudah kembali ke dunia mereka. "Kotaro, ayo kita keluar."

"Ya." Orang yang ada didalam tempat pengungsian ini berangsung-angsur keluar.

Saat aku berada di depan pintu keluar, ternyata hari sudah sore. "Haaa... Hari ini aku terlambat kerja lagi." Hari ini aku punya pekerjaan sampingan, menjadi pelayan di restoran. Tapi, karena kejadian ini aku mungkin tidak bisa bekerja hari ini. Bisa dibilang kalau ini ke-2 kalinya aku terlambat. "Jika begini terus, aku bisa-bisa tidak mendapatkan uang tambahan."

"Kotaro, bukannya uang yang dikirimkan oleh orang tuamu cukup banyak. Kenapa kau bekerja sampingan lagi?"

"Aku takut kalau tiba-tiba saja ada keperluan mendesak, jika uang yang diberikan oleh orang tuaku habis, apa yang akan aku gunakan?"

"Haaa..." Sekarang giliran Yu yang menghela nafas. "Menurutku kau itu kurang istirahat."

"Kurang istirahat?"

"Ya. Dari pagi sampai sore kau belajar, sedangkan setelah pulang sekolah kau bekerja hingga larut malam. Bukankah menurutku itu berlebihan untuk seorang siswa sepertimu."

"Itu hanyalah masalah kebiasaan, jika sudah terbiasa akan nyaman." Setelah berkata demikian, aku perlahan pergi untuk pulang. "Sampai jumpa besok."

_______________________

17.45

Di apartemen.

"Haaa..." Aku tengah berbaring di kasur. "Biaya untuk bulan ini sudah lunas, ya." Beberapa saat lalu, aku berniat untuk membayar biaya apartemen untuk bulan ini. Tapi ternyata sudah dibayar oleh orang tuaku dengan tranfer. "Jika begini, bagaimana aku bisa mandiri."

"Sudahlah, aku mandi saja. Memikirkan hal itu membuat kepalaku sakit."

Setelah selesai mandi.

18.55

Aku kembali berbaring di kasur. "Makan malam hari ini, enaknya makan apa, ya?" Aku melihat isi tabunganku. "Sudah sebanyak ini." Uang tabunganku sudah cukup banyak, dan aku hanya menggunakan sedikit untuk makan. "Haaa..." Memikirkan hal itu, membuat kepala menjadi pusing. "Sebaiknya aku pergi mencari makanan untuk makan malam." Aku kemudian memakai jaket karena diluar udaranya cukup dingin jika malam hari.

Beberapa menit kemudian.

"Sepertinya disini enak.." Aku melihat sebuah restoran yang cukup menarik perhatianku, dan karena itu aku mencoba untuk makan disana.

"Selamat datang, tuan. Silahkan pilih tempat duduk yang anda sukai." (???)

"Terima kasih." Aku disambut oleh pelayan wanita, dan sepertinya umurnya tidak jauh beda denganku. ‘Kerja sampingan?’ Tapi aku melihat sesuatu yang aneh padanya. ‘Dia bukan orang Jepang.’ Rambut panjangnya yang berwarna pirang serta cara bicaranya yang agak kaku, aku bisa menyimpulkan kalau dia baru saja pindah ke Jepang. ‘Apa keadaan di negaranya sangat parah sampai-sampai gadis ini pindah kesini.’ Cuma hal itu yang bisa aku pikirkan, tak ada hal lain.

Aku kemudian duduk di dekat jendela. "Haaa, sungguh malam yang menenangkan." Setelah menghela nafas, aku kemudian melihat buku menu yang sudah disediakan di atas meja.

‘Wah. I-ini…’ Aku cukup terkejut setelah melihat buku menu ini. Harga makannya melebihi perkiraanku, harganya sangat mahal. ‘Apa aku salah masuk restoran, ya.’ Entah kenapa terbesit hal seperti itu di kepalaku.

Beberapa saat kemudian.

"Haaa..." Aku memesan makanan murah yang ada di menu. Meskipun murah, tapi menurutku murahnya makanan disini cukup untuk kebutuhan makanku 3 hari jika makan di tempat lain. "Mungkin ini terakhir kalinya aku akan mampir ke tempat ini." Sembari memikirkan hal itu, aku perlahan menyantap makanan yang aku pesan.

Untuk rasanya, aku bisa katakan lumayan. Tapi yang aku sesalkan adalah hargnya.. "Sudahlah..."

Beberapa menit kemudian.

Tak butuh waktu lama, makanan yang aku pesan sudah habis. Aku berdiri, menghampiri kasir lalu membayar setelah itu bergegas pulang.

19.25

"Sudah jam berapa, ya?" Entah kenapa aku merasa kalau jalanan yang biasanya ramai saat ini terlihat sangat sepi.

Aku melihat ke arah toko jam yang ada di sekitar sini. "Padahal baru jam segini. Sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja." Karena tak ingin memikirkan hal yang tidak-tidak, aku melanjutkan perjalanan.

"Aghh..." Aku merasakan sedikit rasa sakit di tangan kiriku, dan karena itu aku putuskan untuk melihatnya. "Ha?!" Aku terkejut, tanda sabit di pergelangan tangan kiriku yang tadi hilang kembali muncul ditambah saat ini tanda itu berwarna merah. "Ada apa ini?"

Beberapa saat kemudian.

Kriiiinnngggg kriiiiinnggggg.

"Woy woy, yang benar saja!" Alarm peringatan munculnya iblis berbunyi. Dan saat ini aku tengah berada cukup jauh dari tempat pengungsian. "Gawat, aku harus segera pergi dari tempat ini." Aku kemudian berlari menuju ke arah tempat pengungsian.

Setelah beberapa saat berlari, langkah kakiku terhenti.

Tubuhku gemetar dan juga aku berkeringat, karena terdapat 1 iblis yang tepat berada didepanku. "Sepertinya keinginanku menjadi kenyataan." Aku mengingat kembali percakapanku dengan Yu saat di pengungsian sore tadi.

‘Aku hanya berfikir bagaimana bentuk iblis itu sebenarnya.’ Dan tepat seperti yang dikatakan oleh Yu, 'Mungkin jika saat itu terjadi, kau akan dimakan oleh iblis itu'. Dan itu menjadi kenyataan sekarang, aku hanya tinggal menunggu waktunya saat iblis ini menyadari keberadaanku dan langsung memakanku.

Terpopuler

Comments

Anik Setyowati

Anik Setyowati

kok gampang banget kepala pusing uangnya banyak kepala pusing,jangan sering - sering kepala pusing Thor,yg baca jd ikut pusing

2023-08-06

0

Orange Cat

Orange Cat

judulnya hampir sama dengan punya saya, namun ceritanya berbeda. manteb nih, 2 like dulu ya masih nyicil bacanya. btw chapternya dah bnyk bet. semangat teruss lah buat si Authornya..

2021-01-25

0

ULOgondrong||smile

ULOgondrong||smile

yang sabar ya thor

2020-12-09

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!