‘Bergeraklah, bergeraklah!!’ Aku mencoba untuk menggerakkan kakiku tapi kakiku terasa berat dan tidak bisa di angkat.
Tepat setelah itu, iblis itu menyadari keberadaanku.
Grrrrr.
‘Apa aku akan mati disini? Di tempat sepi dan juga parahnya lagi, dimakan oleh iblis.’ Setelah aku berfikiran seperti itu, kakiku kembali bisa aku gerakkan.
Aku mencoba untuk lari dari iblis itu, dan bukan hanya 1 melainkan sekarang ada banyak iblis yang sedang mengejarku. "Sial!! Kenapa aku yang harus mengalami hal seperti ini!" Aku terus berlari menghindari kumpulan iblis yang sedang mengejarku.
Beberapa menit kemudian.
"Ha, ha, ha...." Saat ini aku tengah terbaring di tengah lapangan luas, nafasku terengah-engah dan aku juga tidak bisa bergerak karena terlalu kelelahan. ‘Hal ini juga terjadi di mimpiku, meskipun kematian yang ada di mimpiku itu terjadi sore hari.’ Aku masih sempat berfikir seperti itu disaat-saat seperti ini.
Tempat ini sudah penuh dengan iblis, dan untukku hanya tinggal menunggu kematianku. ‘Mati, ya. Apa rasanya akan sama seperti yang ada di mimpi?’ Di mimpi, aku mati tanpa merasakan rasa sakit, dan aku hanya merasakan rasa sakit di tangan kiriku saat dimakan oleh iblis. Hanya itu rasa sakitnya. "Haaa..." Aku menghela nafas.
Aku mencoba untuk berdiri. "Setidaknya, aku ingin berusaha seperti yang terjadi di mimpiku."
"Agghhhhh!!!!" Aku merasakan rasa sakit yang sangat sakit, terjadi di tangan kiriku. Saat aku melihatnya. 'Hilang!' Hal ini persis seperti yang ada di mimpiku. Dan setelah rasa sakit itu, aku tak bisa merasakan apapun.
Disaat seperti ini, aku bersyukur karena apa yang terjadi di mimpiku itu, ternyata menjadi kenyataan. ‘Mati tanpa merasakan rasa sakit yang berlebihn.’ Berfikir tentang hal itu, membuatku sedikit tersenyum.
Pandanganku semakin gelap, aku tak bisa merasakan apapun selain rasa dingin yang ada di tubuhku ini.
Mataku semakin berat, seakan memang memaksaku untuk menutup mata. ‘Sudahlah, aku tidak peduli lagi.’ Aku menutup mataku dan aku sudah tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi pada tubuhku.
‘Jika aku diberikan kesempatan untuk hidup, aku mungkin akan...’
......
.....
....
...
..
.
–—————————————
"Tuan, tuan?" (???) Meskipun kecil, aku merasa ada seseorang yang sedang memanggilku.
Aku perlahan membuka mata. "D-Dimana, aku?" Aku melihat sekeliling dan aku berada tepat di restoran yang aku datangi tadi. ‘Apa itu tadi mimpi? Apa aku tertidur?’ Keadaan disini terlihat sangat damai.
"Tuan, apa anda baik-baik saja?" (???) Gadis yang tadi menyambut ku menanyakan hal itu padaku.
"Aku, baik-baik saja.." Nafasku terasa berat, dan juga aku merasa sangat lemas. Aku mencoba untuk melihat tangan kiriku, dan tanganku baik-baik saja hanya saja, tanda sabit itu muncul dan berbeda dengan tadi tandanya tidak berwarna merah.
"Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" Pelayan itu kembali bertanya padaku.
"Terima kasih, bisa tolong bawakan aku air putih."
"Baik tuan." Pelayan itu pergi, dan entah kenapa aku tidak merasa lapar.
‘Apa ini akibat mimpi barusan.’ Entah mimpi ataupun bukan, tapi masih sama seperti sebelumnya. Mimpi ini terasa begitu nyata hingga aku sulit untuk membedakannya. ‘Tapi, apa barusan itu mimpi?’ Aku sedikit bergumam, mencoba mengingat kembali apa yang sudah terjadi padaku barusan.
Beberapa saat kemudian.
19.05
Pelayan itu kembali sambil membawaku air putih. "Ini tuan, apa ada yang ada inginkan lagi?" Aku merasa kalau caranya melayani berbeda dengan pelayanan lain.
‘Sudahlah, aku tak ingin memikirkan hal lain untuk sementara waktu.’ Aku sedikit meminum air putih yang dibawakan oleh pelayan ini. "Sekarang jam berapa?"
"Sekarang jam, 19.05, tuan." Pelayan itu menjawab pertanyaanku.
"Begitu.." Aku kembali sedikit berfikir. ‘19.05, ya. Jika seperti itu, 20 menit lagi sebelum alarm peringatan munculnya iblis berbunyi. Tapi, jika itu memang benar..’ Dan lagi-lagi otakku tidak bisa berfikir luas.
"Tuan, ada apa? Ada yang bisa saya bantu?" Entah kenapa pelayan ini terpaku padaku, ia sama sekali tidak pindah dari tempat dudukku.
"Tidak ada, terima kasih atas tawarannya."
"Begitu."
Aneh, seharusnya jika pelayan lain, saat pengunjung berkata seperti itu pelayan akan langsung pergi tapi... Dia masih saja diam berdiri di dekat mejaku. "Ada apa dengan pelayan ini?" Aku sempat ingin bertanya sesuatu padanya, tapi aku urungkan.
Setelah cukup lama.
19.20
Aku berdiri dari tempat dudukku dan berniat untuk pergi. "Tuan, sudah mau pergi?" Aku merasa aneh, tidak seharusnya pelayan restoran berkata seperti itu pada seorang pelanggan.
"Iya."
"Kemana?" Saat ia berkata seperti itu, ia seakan ingin menginterogasi ku.
"Pengungsian."
"Pengungsian?"
"Iya.." Setelah berkata seperti itu, aku kemudian berjalan menjauh dan pergi menuju ke pengungsian.
Beberapa menit kemudian.
19.23
"Haa... Tinggal 2 menit lagi sebelum alarm peringatan berbunyi." Aku masih dalam perjalanan menuju ke tempat pengungsian, kurang tiga ratus meter lagi sebelum aku sampai di tempat pengungsian.
"Tunggu!!" (???) Aku mendengar ada seseorang yang menganggil, tapi aku abaikan. Toh mungkin saja panggilan itu bukan untukku, lagipula tak ada yang pernah memanggilku selain Yu. Aku kemudian terus berjalan.
"Tunggu!!" (???) Suaranya semakin mendekat, dan itu terdengar seperti suara dari seorang gadis.
Aku cukup takut untuk berbalik melihat ke arah orang yang seperti memanggilku itu, karena jika salah orang aku mungkin saja akan malu. "Tunggu!!" Suara gadis itu semakin mendekat.
‘Haa, sepertinya aku memang harus berbalik.’ Mungkin saja dia salah orang, dan jika seperti itu dia mungkin saja akan pergi. Akupun berbalik, dan aku melihat ke arah suara itu. "Huh?" Aku sedikit kebingungan karena gadis yang memanggilku itu adalah gadis pelayan restoran yang aku datangi barusan. ‘Tunggu, apa aku lupa untuk bayar? Tapi, aku'kan hanya memesan air putih... Ahhh, sepertinya dia memanggilku untuk meminta bayaran airnya."’Aku baru ingat kalau aku langsung pergi tanpa membayar air putih yang aku minum tadi, mungkin dia mengejarku untuk hal itu.
Tapi, dia tidak memakai seragam pelayan restoran, ia memakai baju biasa. "Ha, ha, ha..." Gadis itu sampai di tempat ku dan nafasnya terengah-engah karena berlari mengejarku. "Su-dah aku bi-lang, tunggu.."
"Huh?" Aku sempat bingun setelah gadis itu berkata seperti itu padaku. "Aku?" Menunjuk ke arahku sendiri.
"Tentu saja, siapa lagi.." Saat aku melihat ke arah sekitar, memang tak ada orang dan hanya ada aku sendiri di tempat ini.
"Ehh... Ada apa? Apa kau mau mengambil uang air putih yang aku pesan itu?" Siapa tau tujuannya kemari adalah untuk itu, makanya aku menanyakan hal itu.
"Huh?"
"Huh?" Gadis itu kebingungan, begitupun denganku. "Bukan itu, ya."
"Ada hal lain yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Bicarakan denganku?" Aku mencoba mengingatnya, tapi aku sama sekali belum pernah bertemu dengan gadis ini, dan bisa dikatakan kalau aku pertama kali melihatnya saat di restoran itu. "Apa kau tidak salah orang?"
"Tidak, aku tidak salah. Aku sudah melihatmu tadi saat di pengungsian di dekat sekolah Sakurai dan tadi di restoran."
"Begitu, lalu? Apa hubungannya?" Meskipun ia berkata seperti itu, tapi apa hubungannya dia memanggilku. Lagipula aku baru melihatnya tadi, jadi meskipun dia melihatku beberapa kali tidak mungkin dia langsung memanggilku. Lagipula aku tidak kenal dengannya.
"Begini, seharunya. Saat kejadian alarm peringatan munculnya iblis berbunyi sore tadi. Kau seharusnya sudah mati..." Kata-katanya barusan membuatku terdiam. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya lagi. "Dan juga barusan, setelah pesan makanan murah seharusnya kau pulang dan saat itu pula kau seharusnya mati."
Aku mendengar apa yang terjadi atau aku rasakan pada mimpiku dibicarakan oleh gadis ini. "Mimpi itu? Tentang kematianku?"
"Tidak, itu bukan mimpi..." Kelanjutan kata-katanya membuat ku terdiam. "Itu seharusnya terjadi padamu. Kau yang mati di makan oleh iblis di lapangan." Meskipun begitu samar, tapi dia tau apa yang aku mimpikan.
"Sudah, hentikan omong kosong mu ini." Aku perlahan berjalan menjauhinya.
"Itu bukan omong kosong, kau pergi ke pengungsian karena kau tau alarm akan berbunyi, benar'kan." Kata-katanya membuat langkahku terhenti.
"Bagaiman kau tau?"
"Karena aku sama sepertimu."
"Sama sepertiku?"
"Ya."
Aku kemudian berbalik melihat ke arahnya, lagi. Ia menunjukkan tangan kirinya. "Tato?" Terdapat tato di atas telapak tangannya, tapi berbeda denganku. Sebuah lambang pedang yang ada di telapak tangannya, sedangkan milikku adalah sabit.
"Ini adalah lambang untuk seorang Guardian, kau pasti juga memilikinya."
Aku melihat tangan kiriku dan lambang sabitnya muncul. "Guardian?"
"Ya, seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengalahkan para iblis."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
EternA
ini terhubung sama cerita WNH ya Thor?
2020-11-26
4