“Dia sangat malang, suaminya bahkan tidak ada di saat seperti ini,” ucap salah perawat.
“Sudahlah, kita tidak bisa ikut campur. Apa pun yang terjadi bukan urusan kita,” ucap rekannya.
Para perawat kembali keluar dari ruangan setelah memastikan Della masih tetap setia dengan tidurnya. Wajahnya juga sudah mulai kembali normal, namun bibirnya tetap pucat.
Pada pukul 10 malam, akhirnya mata cantik itu terbuka. Ia menatap sekeliling ruangan, meresa sedikit aneh dengan tempatnya sekarang, namun tiba-tiba wajahnya panik lalu salah satu tangannya yang terbebas dari jarum impus menyentuh perutnya yang kini rata. Tidak ada lagi perut buncit seperti beberapa jam yang lalu.
Air mata mulai membasasi pipinya, ia mengingat kejadian ketika adik kandungnya mendorongnya dari atas tangga. Bahkan masih membekas di otaknya bagaimana ucapan Danita Amasya Savier, sebelum kecelakan yang merenggut nyawa bayinya terjadi.
“Mengapa kau bisa setega ini, Nita. Apa yang sudah ku lakukan pada mu sehingga kau menghilangkan nyawa anak ku.” Marah? Sudah pasti. Della tidak mungkin bisa memaafkan kesalahan adik perempuannya, dia sudah bermain dengan nyawa. Dan itu bukan hal yang bisa di maafkan dengan mudah.
“Sayang, maafkan ibu. Kau pasti marah pada ibu karena tidak bisa memperlihatkan dunia yang sering kali ibu ceritakan pada mu. Kau juga tidak bisa melihat bagaimana wajah tampan ayah mu. Maafkan ibu, Nak. Ibu gagal menjaga mu.” Sepertinya ia masih belum sadar jika kecelakaan ini sudah diketahui oleh suaminya jauh sebelum Nita melancarkan aksinya.
Mungkin karena cinta, ia menjadi bodoh. Berulang kali Rudi sudah memberitahu kecurangan Jen, tapi Della seakan-akan tuli dan buta. Ia tetap mempercayai suaminya hingga terjadilah kecelakaan seperti ini. Andai saja Della mendengar perkataan Rudi, mungkin hidupnya tidak akan semengenaskan ini.
Sudah tidak terhitung jumlah air mata yang Della keluarkan. Kehilangan anak yang sudah lama ia nantikan, keluarganya tidak mengkhawatirkannya dan suaminya yang tidak menemaninya saat sedang membutuhkan teman cerita. Benar-benar sebuah ironi kehidupan yang nyata.
Pada akhirnya, malam ini adalam paling menyitkan untuk Della, ia bahkan tidak bisa memejamkan matanya akibat perihnya luka di hatinya.
Keesokan harinya, dengan mata yang sembab dan membengkak. Della berusaha tersenyum pada Dokter wanita yang merawatnya, ia tidak tahu berita apa yang akan ia dengar. Tapi hatinya mengatakan bahwa itu bukan berita yang bagus.
“Bagaimana keadaan anda, Nyonya?”
“Tidak baik-baik saja, Dok. Kehilangan anak membuat hati ku hancur,” ucap Della lemah.
“Maaf karena tidak bisa menyelamatkan anak anda, Nyonya.”
“Ini bukan salah anda, takdir saya mungkin harus seperti ini. Dan saya akan belajar iklas, Dok.”
“Syukurlah, tapi ada satu berita tidak menyenangkan yang harus saya sampaikan pada anda, Nyonya.”
“Apa itu, Dok?” tanya Della mulai penasaran.
“Sebelumnya maafkan saya, meskipun ini pahit, tapi anda harus mendengarnya. Kecelakaan itu membuat bayi anda meninggal di dalam kandungan sehingga kami melakukan operasi, namun sayangnya. Kadungan anda yang sejak awal lemah kini semakin lemah dan kemungkinan untuk hamil hanya terisisa 30%, Nyonya.”
Tangisan Della semakin menjadi-jadi, suaranya kini mulai mengilang. Sang Dokter langsung memberikan pelukan pada wanita malang tersebut. Tidak ada satu wanita mana pun yang ingin menjadi Della.
“Anda harus tetap tegar, Nyonya. Dokter hanya seorang manusia biasa, sedangkan kita masih memiliki Tuhan yang maha kuasa.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sulati Cus
miris pk bgt takdir yg tulis thor
2022-03-17
0
mitha 123
luka seorang ibu adalah kehilangan anaknya.. semoga kuat ya Della
2021-07-18
0
dwi fenny
lanjut
2020-12-31
2