Happy reading!
.
***
Hanya mata yang mampu berkata, meronta melawan takdir.
---
Tidak ada yang bisa dilakukan wanita yang meringkuk tanpa busana di lantai yang dingin menusuk kulit itu. Matanya bengkak akibat menangis, sekujur tubuhnya memerah, bukan hasil perbuatan mesum, tapi kekerasan dan penyiksaan.
Tangan dan kaki lelaki yang baru saja membuatnya mengingat malam yang kelam lima tahun lalu, memukul, menendang, mencengkram bahkan menampar pipinya.
Lea tidak berdaya. Menangis juga tidak bisa mengembalikan malam yang seperti biasa. Isakan kecil lolos dari bibir mungilnya. Meratapi nasibnya yang sangat patut dikasihani.
Lea memukul dadanya yang merasa sesak. Memalukan dibuang seperti sampah setelah dipakai sebagai tempat pembuangan ****** oleh lelaki yang berbaring di ranjang.
Ingin sekali Lea memukul dan membunuh lelaki itu selagi mata masih tertutup, tapi hatinya terlalu bersih untuk melakukan hal demikian.
"Berhenti berisik, Jalaang. Kau mengganggu tidurku!"
Teriakan dari atas ranjang membuat Lea terkejut sekaligus takut. Dia meremas lengan yang memeluk tubuhnya. Sampai kulit mulus yang terdapat bekas luka baru itu kembali berdarah.
Lelaki itu belum tidur. Lea meremang, bulu kuduknya kembali berdiri, takut lelaki itu kembali menyiksanya.
Dalam ketakutan, Lea meredam isakannya, menutup mulutnya dengan telapak tangan. Berharap lelaki gila yang menakutkan itu segera tidur.
Namun harapannya tidak terkabul. Pemilik manik hitam turun dari atas ranjang, menariknya kuat dan kembali menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
Lea ingin sekali meronta, memukul bahkan mencekik mati leher lelaki tak dikenal ini, membalas semua perlakuannya barusan terhadap Lea. Tapi setiap jengkal tubuhnya lebih dulu diserang lelaki itu.
Tidak ada ruang gerak untuk Lea, bahkan untuk sekadar bernapaspun sangat sulit.
"Kau adalah jalaang milikku sekarang, Wanita. Jangan menangis seolah kau baru saja kehilangan dirimu, ketahuilah kalau wajah ini hanya seonggok sampah yang pantas dibuang. Bahkan untuk didaur ulangpun sudah tidak mungkin."
Air mata Lea kembali menetes. Kalimat hinaan kembali didengar dari mulut lelaki yang sudah menikmati dirinya. Lima tahun yang lalu adalah Harry, dan sekarang seorang lelaki tidak dikenal.
Tidak ada isakan ataupun suara yang keluar dari bibir mungilnya, Lea meremas kuat seprei tatkala lelaki itu kembali menyiksa fisik dan batinnya.
"Bagus, ini yang aku inginkan. Kau merelakan tubuhmu dengan pasrah di bawah kendaliku, Jalaang," ucap bibir yang terus menggemakan hinaan untuk Lea.
Ucapan itu seolah besi panas yang menikam jantung, membunuh dirinya perlahan-lahan. Lea menutup mata dan mencengkram kuat bibir ranjang kala lelaki itu menggigit bibirnya.
Lea tidak mengenal bahkan untuk sekadar menyapa saja, lelaki itu jauh dari jangkauan Lea. Tapi lelaki ini berucap seolah tahu siapa Lea hingga dirinya diperlakukan seperti hewan.
"Kau berteriakpun tidak akan ada yang berani datang ke ruanganku. Jangan sia-siakan tenagamu untuk usaha yang tidak akan berhasil."
Bibir itu menyeringai sinis, dengan manik hitam setajam mata elang. Menatapnya dengan tatapan lapar juga penuh kebencian.
"Kau jalaang, aku membencimu, Jalaang!"
Tidak ada suara yang berhasil keluar dari mulut Lea, bibirnya terkatup rapat dengan sesak di tenggorokan, rasa sakit menyiksanya dalam genggaman lelaki itu.
Air mata tidak henti bergulir, meronta melawan kekuatan jahat yang menghancurkan batinnya. Lea menangis dalam diam.
"Aku bodoh telah memercayai penglihatanku, ternyata kau hanyalah sampah yang tidak berguna. Kau jalaang ...."
Geraman amarah dan nada penuh kebencian menggema seram di telinga Lea. Sekali lagi, lelaki asing itu menyiksanya di ranjang, menyetubuhinya dengan kasar, menampar dan memukulnya berulang kali.
***
Mata hitamnya menatap tajam pada gelas minuman yang ada di atas meja. Vodka yang biasa membiusnya kini dia telantarkan. Tangan kanannya menjepit penuh emosi pada benda bernikotin yang baru saja dinyalakan.
"Kau berbeda pagi ini, Will. Ada sesuatu yang buruk terjadi?"
Seseorang yang sejak tadi memerhatikan perubahan besar dalam diri William akhirnya memberanikan diri mengganggu fokus William. Resiko besar harus diterima karena menganggu seorang bos besar.
William menyeringai tipis, mata hitamnya menatap tajam salah satu temannya yang berotak rusak menurutnya.
"Aku mencoba sesuatu yang terlihat enak, tapi ternyata rasanya sampah," ucap William.
Leon, temannya membeo bodoh, tidak paham apa maksud William. "Minuman baru? Rasa orange? Aku tahu kau membenci rasa jeruk itu, Will. Kenapa kau melakukannya?"
Ingin sekali William memukul kepala Leon yang bodoh. Temannya yang satu ini sangat peka, hanya saja IQnya tidak sampai setengah. Sangat bodoh menurut William.
"Apa aku terlihat akan mencoba minuman sampah seperti itu?"
"Tapi kau bilang mencoba minuman sampah. Bukankah itu sama dengan minuman rasa orange?" Leon bertanya tidak mengerti.
William membuang rokok yang masih utuh tanpa dihisap itu ke dalam asbak dengan kasar. Dia menghembuskan napas kesal dan menyandarkan kepala di sofa.
"Disaat seperti ini kau tidak terlihat bodoh, Leon. Aku tidak mengatakan mencoba minuman, apa telingamu tidak pernah dibersihkan lagi?"
Leon menyengir tanpa dosa. Sudah biasa baginya diperlakukan seperti itu oleh William, temannya yang masih perjaka kadaluarsa.
"Lalu apa yang kau coba? Bir? Atau makanan asing?"
Karena kesal, William melempar bantal sofa yang sigap ditangkap oleh Leon.
"Seorang wanita," akunya.
Dia tahu, menceritakan hal ini sama saja dengan membunuhnya karena Leon tidak akan berhenti mengoceh tidak jelas. Bodoh tapi banyak bicara, itulah Leon. Teman yang menyebalkan.
Mendengar itu, Leon bangkit dari sofa dan menepuk kepala William dengan bantal yang masih di tangannya. Dia berteriak histeris hingga seisi ruangan kerja William dipenuhi suaranya.
"Apa? Wanita? Apa aku tidak salah dengar? Kau sudah tidak perjaka lagi, William La Vaughn? Astaga, apa ini musim bercinta? Hahahaha ..., aku tidak percaya."
Leon tertawa sampai telinga William terasa berdengung. Meski ruangannya kedap suara, tetap saja mulut Leon yang lebar dan suara tawa yang keras merusak gendang telinganya.
"William, kau sudah tidak perjaka lagi. Hahaha ..., apa kau tidak salah memasukkan juniormu ke tempat lain?" Leon terbahak-bahak, menertawakan kecupuan William yang berhadapan dengan wanita.
Usia yang hampir kepala empat, tapi masih perjaka. Sesuatu yang mustahil untuk seseorang yang seperti William, pemilik casino terkenal di Las Vegas. Memiliki banyak wanita di dekatnya, tapi sampai saat ini baru mulai meluruskan hal yang tabu baginya.
Meski sedikit menyesal telah menceritakan hal itu pada Leon, tapi kemarahan William terhadap wanita yang telah dia tiduri tetap lebih besar.
William tidak mengetahui apapun tentang Lea, yang dia tahu, wanita itu menarik perhatiannya. Namun, siapa sangka hal yang tidak terduga menghancurkan segalanya.
"Meski aku tidak pernah melakukannya, aku juga tahu caranya, Bodoh!"
Lagi-lagi Leon tertawa. "Aku pikir kau terlalu cupu untuk berhadapan dengan wanita. Bagaimana caranya kau menidurinya?"
Meski mulut Leon seperti air mengalir, yang paling William sukai, temannya yang bodoh itu pandai menyimpan rahasia.
"Aku menculiknya."
Leon menelan ludah kasar. Dia kembali ke tempatnya dan memandang William dengan tatapan tidak percaya. "Kau memaksanya? Kau melepas keperjakaanmu dengan cara memaksa wanita, Will?"
"Tidak ada yang perlu disesali, dia hanya sampah tidak berguna."
Otak Leon tidak sampai, tidak paham dengan maksud perkataan William. "Apa artinya itu?"
William menatap tajam, dia mengambil vodka yang sedari tadi dilantarkan dan menyiramnya ke lantai.
"Kau tidak akan paham hanya dengan otak yang seperti itu, Leon. Pergilah, kau harus mengurus hotelmu."
Mata hitam itu menatap tajam ke luar jendela, menembus setiap jengkal kehampaan yang terhampar di depan mata. Ada yang berbeda di manik hitam itu, sesuatu yang tidak bisa dia ucapkan dengan kata-kata.
William membenci dirinya yang telah meniduri wanita tidak perawan, wanita yang bahkan tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Mengingat air mata Lea semalam, William mengepal tangannya.
"Jalaang," desisnya dengan kilatan emosi yang kental.
.
---
.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
альфа
addduuuuh gini nii😒
you gak tau story Lea tu macam mana😑😑
2020-11-26
1
sayonara
grazy up dong thor
2020-11-23
1
Asni J Kasim
3 like mendarat. Semangat thor 😘😘
2020-11-23
1