After Yesterday

After Yesterday

Prologue

Happy reading!

.

***

Setelah kemarin, aku tidak tahu apa yang akan terjadi hari ini.

- Lea Alayra, After Yesterday

---

Masa lalu adalah pembunuh. Begitulah defenisi hari lalu menurut Lea Alayra. Wanita cantik berusia dua puluh satu tahun yang memiliki masa lalu yang kelam.

Tidak ada harapan, hal itu membuatnya datang di Las Vegas, kota metropolitan dengan sejuta pesona malam. Yang terkenal dengan industri perjudian, perbelanjaan dan hiburan.

Bukan demi masa depan, melainkan untuk tantangan yang diberikan oleh seseorang untuknya. Lea tidak punya pilihan, identitas ditutup dan tidak boleh diketahui orang lain. Hanya membawa nama tanpa marga dan wajahnya yang imut.

"Kenapa kau melamun, My Queen?"

Suara seorang pria membuat Lea mengangkat kepala yang sejak tadi tertunduk dan menatap tajam.

"Aku sudah berulang kali mengatakannya padamu, Hunter. Aku tidak akan menjadi wanitamu!" teriak Lea marah membuat pria bernama Hunter terkejut.

Bukannya marah, Hunter tersenyum dan mengacak rambut cokelat gelap milik Lea.

"Hari ini aku istirahat mengatakan cinta padamu. Temani aku ke rumah Dorothy, anjingku sakit."

Lea tersadar pria di depannya sedang membawa seekor anjing ber-ras Siberian Husky berwarna putih. Terlihat lucu dan menggemaskan meski sedang sakit dan tidak bisa bermanja-manja.

Wajah Lea tetap datar seperti biasa, kembali menatap tajam mata Hunter yang bening.

"Kau punya kaki, kenapa aku harus ikut denganmu?"

Hunter mencebikkan bibirnya. "Aku selalu ingin melihatmu tersenyum di sampingku."

Perkataan itu kembali membuat Lea berteriak. "Pergi dari hadapanku! Aku tidak akan ikut bersamamu, Bodoh!"

Bukan tanpa alasan, Hunter mengetahui masa lalu Lea yang suram. Pria tampan dengan sejuta pesona di dalam senyumannya itu mengejar Lea tanpa peduli masa lalunya.

Hanya saja, cinta yang Hunter miliki bertepuk sebelah tangan. Meski ada yang pernah bilang padanya, "Cinta bertepuk sebelah tangan itu terlihat menyedihkan. Agar kau sadar, pakailah tanganmu yang satunya untuk menampar pipimu sendiri."

"Ayolah, kau kerja pada malam hari. Ayo jalan-jalan selagi masih pagi."

"Tidak! Aku sudah menolakmu, Bodoh! Apa kau tidak mengerti bahasa manusia?"

Tidak peduli dengan penolakan itu, Hunter menarik tangan Lea hingga wanita berlesung pipi itu meronta.

"Bajiingan! Lepaskan aku! Aku tidak akan menjadi wanitamu bahkan sampai aku mati sekalipun! Pergi kau, dasar binatanggg!"

Tidak hanya sekali, Lea selalu memaki pria di depannya. Entah apa yang ada di pikiran Hunter, Lea selalu kewalahan menolaknya dengan berbagai macam alasan.

"Apa aku perlu menggendongmu, My Queen?"

Lea menghentikan langkahnya, yang juga membuat Hunter otomatis berhenti.

"Kenapa berhenti? Ingin digendong?" tanya Hunter dengan senyum manis menggoda, tapi tidak bagi Lea. Senyuman itu adalah iblis yang menjengkelkan.

"Apa kau punya kartu unlimited?"

Hunter terdiam. Membuat Lea tersenyum sinis, dia melepaskan cekalan tangan Hunter dan menatap tajam pada bola mata bening itu.

"Kau miskin, apa kau pantas menjadikanku ratu? I need crown to be a real Queen, you know?"

Keterdiaman Hunter membuat Lea kembali menghina pria di hadapannya.

"Kau bahkan tidak punya rumah, apa aku akan tidur di jalanan saat menjadi ratumu? Itu menyedihkan. Kau selalu berjalan kaki ke manapun kau pergi, tapi seorang ratu membutuhkan kereta kencana emas untuk keluar dari istana. Apa aku pantas dengan kecantikan ini untuk melakukan hal menyedihkan seperti itu?"

Lea berbalik setelah berulang kali menghina Hunter, tanpa peduli bagaimana perasaan dan ekspresi Hunter. Biarlah Lea menjadi orang jahat, di pikirannya, kalimat itu belum apa-apa jika dibandingkan dengan kesehariannya yang diganggu dengan pernyataan cinta dari Hunter.

"Sangat bodoh, mengharapkan seorang phoenix untuk bersanding dengan monyet buruk rupa," gumam Lea sambil berlalu.

Sebelum benar-benar jauh dari sana, Lea berteriak. "Enyah dari hadapanku, aku hanya menginginkan lelaki kaya untuk menjadi milikku! Jangan pernah muncul lagi!"

Samar-samar Lea mendengar desahan dari bibir Hunter dan sebuah pernyataan yang membuat Lea tersenyum masam.

***

Senja kini berganti malam. Hujan salju menyapa malam tanpa bintang, kelap-kelip lampu tetangga menemani hari yang berubah gelap.

Lea menatap datar pada kaca yang basah, menandakan bahwa butiran putih dingin yang menusuk kulit itu berhasil mengenai benda.

Lalu pandangannya beralih pada botol minuman yang siap dituangkan.

"Aku meminta martini, kenapa kau memberiku vodka?" protes seorang lelaki berjas.

Matanya menajam membuat Lea menipiskan sudut bibir kanannya. "Maaf, aku sedang fokus pada wajah tampanmu, Tuan."

Sebuah pujian selalu berhasil membungkam mulut lelaki bermulut besar seperti itu. Lea mendesah lega saat bibir lelaki di seberang meja bar tersenyum.

"Tempat ini tidak hanya memberikan kenyamanan fisik, tapi batin juga," ucap Lelaki itu sambil menatap lapar tubuh Lea yang berbalut apron khas bartender.

Bentuk tubuhnya tercetak jelas, imut dan menggemaskan dengan wajahnya yang kecil. Lea memang cantik, dia akui itu. Dan Lea hanya tersenyum saat lelaki yang sudah menerima martini memujinya.

"Kau cantik. Berapa hargamu semalam?"

Tidak ada yang salah dengan pekerjaannya. Salahkan saja wajahnya yang cantik, yang menarik perhatian banyak singa kelaparan.

"Satu kartu hitam tanpa batas," jawab Lea skakmat yang membungkan mulut lelaki itu.

Sebelum percakapan menyebalkan itu berlanjut, seorang wanita cantik dan seksi mendekati Lea.

"Pergilah ke gudang anggur, ambilkan beberapa minuman yang sudah aku tulis di daftar ini," ucapnya dan menyodorkan kertas daftar pada Lea.

"Kenapa aku? Bukankah ini tugas yang lain?"

"Mereka sedang melakukan tugas yang lain. Aku melihatmu sedang bersantai, jadi ini menjadi tugasmu sekarang."

Lea mengangguk, tidak ada alasan untuk menolak. Ini pekerjaan dan dia diberi upah. Kehidupannya bergantung pada hasil kerja yang satu ini.

Lea menerima potongan kertas itu dan melangkah pasti keluar dari tempat yang membuat bulu kuduknya merinding.

Lea meremang, beginilah pekerjaannya. Meski dibilang halal tanpa menjual diri, tetap saja membuatnya tidak sudi berada di sekitar hewan kelaparan.

Berusaha kuat dan berpura-pura tegas dalam meronta melawan kehidupan yang kejam, Lea berkata seolah-olah dirinya tidak berharga. Karena memang begitu adanya, Lea sudah tidak ada artinya.

Lea, sesuai dengan namanya, membosankan dan tidak berharga. Kehidupan di masa lalu mengubah pandangannya terhadap dunia. Mengubah perasaannya pada impian yang selalu dia inginkan sejak kecil.

Kaki kecil dan pendeknya melangkah tanpa ragu. Gudang bawah tanah yang gelap dengan penjagaan ketat, begitulah yang dipikirkan Lea.

Nyatanya, malam ini tidak begitu. Lea menengok kanan dan kiri memastikan para penjaga menjaga keamanannya dirinya. Lea tidak takut hantu, tapi kalau benar-benar ada di hadapannya, Lea tidak bisa memastikan. Lea butuh penjaga.

Semakin Lea melangkah, rasa takut mulai menghampiri seiring dengan adanya suara langkah kaki yang mendekat. Rasa takut membuat punggungnya panas dingin, seakan meledak dengan sendiri akibat suhu yang tidak menentu.

Lea berpikir dia tidak takut hantu, namun suara langkah kaki itu seperti hantu yang ada di depan mata. Bulu kuduknya kembali berdiri tegak, dan dia berusaha melangkah dengan cepat.

Sayang sekali, tidak hanya kegelapan yang ada di depan mata, Lea melihat ada bayangan hitam yang menghadang langkahnya. Lea menegang di tempat, kakinya seakan direkat di atas lantai kasar, seluruh sendinya seolah terlepas dari tempatnya.

Tidak sempat berteriak ketakutan, mulutnya sudah dibungkam oleh tangan kekar tanpa dia lihat wajah orang itu. Lea bisa memastikan, dari tenaga dan bentuk otot, orang itu adalah seorang pria.

Pria itu membungkamnya, menekan kepala dan menggendongnya ke arah yang terang. Lea tidak tidak bisa berteriak, meronta juga tidak ada artinya. Tenaga pria itu jauh lebih kuat beribu kali lipat. Dan Lea tidak bisa membuka mulutnya sekadar untuk menggigit.

Tingginya yang di bawah standar, menjadikan Lea seperti sebuah benda ringan. Pria itu memanggulnya setelah mulut Lea ditutup paksa.

Malam yang sial, Lea kembali mengingat malam yang mengubah hidupnya.

5 years ago ....

.

***

Cerita ini merupakan sekuel dari Devil Side of the Athlete, tentang seorang pria bernama William dan wanita cantik bernama Lea.

Terpopuler

Comments

Parwati amiin Parwati

Parwati amiin Parwati

critanya serem

2022-09-14

1

Tara

Tara

Hm.. Gotta read the atleet first then😉🤔

2021-06-02

1

Arumm

Arumm

mampir thor, suka ma penulisan ma pemilihan kata2nya

2021-05-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!