Kicauan burung dan suara ayam berkokok meramaikan pagi ku, aku bersiap berangkat sekolah untuk mengambil surat kelulusan. Aku masih duduk di depan cermin merias wajahku, menggunakan bedak tipis-tipis dan sedikit sentuhan lip balm agar tak terlihat pucat. "Sudah siap," gumam ku.
Segera aku bergegas keluar kamar menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk sekedar mengambil roti dengan selai kacang. Kemudian ku cium pipi ayah dan bunda.
"Assalamualaikum, aku berangkat sekolah dulu ya."
"Waalaikumsalam, buru-buru banget nak."
"Iya Bund aku gak sabar ingin melihat hasil kelulusanku."
"Hati-hati nak, jangan lupa hari ini Davin yang jemput ya. Lebih cepat ketemu lebih baik kan untuk saling mengenal," teriak Ayah.
"Oke Yah, daaahhh..." aku melambaikan tangan ke arah mereka..
***
Tinggal beberapa hari lagi aku akan melepas statusku sebagai anak SMA. Pasti aku akan sangat merindukan setiap sudut sekolah ini, guru-guru, teman-teman dan Orin sahabat gibah ku. Banyak yang bilang kita seperti lem dan perangko kalau gak ada salah satunya perangko gak akan nempel atau ibarat bunga dan air nya kalo tak ada air layu tssaayyy..
"Haii Aliqqaaaa...." tanpa menoleh sudah ku ketahui siapa pemilik suara cempreng itu.
"Haii Orinnn.." ku cubit pipi chubby nya, lalu ku peluk dia.
"Sakittt tauuu, setelah ini mau di lanjutin kuliah dimana Al?" tanya Orin, membuat ku bingung memikirkan jawaban.
"Hmm... Belum tau nih, kamu tetep di bandung kan rin?" jawabku. "Maafin aku rin belum bisa berkata jujur mengenai perjodohan, sehingga membuat ku bingung mengenai kelanjutan pendidikan ku, biar nanti kamu yang tau sendiri," batin ku.
"Iya kayak nya aku kuliah di bandung, biar bisa nemenin Ibu, kasian dong Ibu kalau aku kuliah di luar kota. Apalagi Kak Bima sekarang di surabaya pulang pun beberapa bulan sekali."
"Bagus dong kalau gitu, biar bisa deket aku terusss..."
"Bosen ah dari SMP kita bareng terus, satu sekolah yang sama, satu kelas dan juga duduk di bangku yang sama." Orin pun terkekeh . "Pulang yuk Al.. udah dapet kan surat kelulusan nya,"
"Yuk." Sahut ku.
Aku dan Orin berjalan beriringan menuju gerbang sekolah, Orin terlebih dulu menaiki angkutan umum. Sedangkan aku duduk di sebuah halte yang terletak di depan sekolah, menunggu untuk di jemput seseorang. Akhirnya para siswa pun satu persatu pulang, hingga aku sendiri yang masih menunggu, agar tidak bosan aku menunggu sambil membaca sebuah novel.
Tak teras detik berganti menit, lalu menit berganti jam hingga hari telah petang, orang yang ku tunggu pun tak kunjung datang. Menunggu itu memang melelahkan, ku raih ponsel yang tersimpan di dalam tas ransel untuk mengecek siapa tau ada orang yang menghubungi. Ternyata tidak ada satupun, ku masukan kembali ponsel milik ku dan ku lanjutkan untuk membaca buku.
Hingga akhirnya sebuah mobil BMW 530i berwarna putih berhenti di depan ku, kupandangi mobil itu dan menantikan seseorang yang keluar dari dalam mobil.
"Al.." suara berat itu dan orang yang kini berdiri di depanku aku sangat mengenalnya.
"Kak Bima.. bener kan Kak Bima" ucap ku tak percaya, "Kapan kakak ke bandung?" tanyaku.
"Kakak baru aja sampai, kemudian kakak melihat mu sedang terduduk sendiri di halte akhirnya kakak menepi. Apa yang sedang kamu lakukan? hari udah mau gelap, bukan nya pulang."
"Aku memang mau pulang kak, lagi nunggu seseorang yang mau menjemput, tapi sampai saat ini belum juga datang."
"Biar Kakak antar pulang yuk, takutnya cewe secantik kamu ada yang nyulik"
"Boleh kak, kalo gak ngerepotin" sepertinya pipiku memerah, ketika aku di sebut cantik oleh orang yang dulu sangat ku kagumi.
Kak bima membuka kan pintu mobilnya lalu mempersilahkan aku untuk masuk, tak lama Kak Bima pun masuk duduk di samping ku di kursi kemudi. Mobil pun melaju membelah jalanan, mata ku melihat kearah luar jendela.
Kak Bima adalah kakak dari sahabat ku Orin. Aku sering bermain kerumahnya hanya untuk mencuri-curi pandang ke arah Kak Bima, saat itu Kak Bima masih kuliah di salah satu Universitas Swasta di Bandung. Ketika aku tertangkap basah sedang mencuri pandang ke arahnya, Kak Bima hanya tersenyum ramah kepadaku. Sepeninggal Ayah nya, Kak Bima pindah ke Jakarta untuk mengurus perusahaan milik keluarganya. Tiga tahun tak bertemu, tidak banyak perubahan yang terjadi padannya. Di usia yang sudah 27th, Kak Bima tetap sosok lelaki yang gagah, tampan dan bertanggung jawab kepada keluarganya.
"Al.."
Aku terlonjak kaget ketika Kak Bima menyebut namaku, aku memang melihat keluar jendela, tapi pikiran ku berkelana ke kejadian beberapa tahun yang lalu. "Gimana kak?" tanyaku.
"Sudah sampai rumah mu, mau turun atau ikut kerumah kakak."
"Iya.. iya.. kak, aku turun ya kak," wajahku memerah menahan malu, terlalu banyak melamun hingga tak sadar bahwa sudah sampai rumah. "Mampir yuk kak, ketemu Ayah dan Bunda dulu," tawar ku dengan mengukir senyum.
"Yaudah kakak mampir sebentar, udah lama juga kaka tidak bertemu Om dan Tante."
"Yuk kak masuk."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, eh... ini Bima ya, gimana sehat? udah lama gak pernah main kerumah tante, kalau dulu tiap Aliqa pulang kemalaman selalu di anterin Bima, ngerepotin emang." tutur Bunda sambil terkekeh.
"Kita kedatangan pengusaha muda nih bund, gimana Bim sehat?" tanya Ayah.
"Ah Om bisa aja. Alhamdulillah sehat Om."
"Betah di Jakarta?"
"Ya di betah-betahin Om, kalau ditanya betah dimana, jelas betah di Bandung karena Bandung ngangenin. makanya selalu saya sempatkan untuk pulang ke Bandung."
Obrolan Ayah, Bunda dan Kak Bima terus berlanjut di ruang keluarga. Aku hanya jadi tim simak karena bingung harus memulai obrolan dari mana. sampai pada akhirnya Kak Bima pamit untuk undur diri.
"Hati-hati dijalan kak."
"Kapan-kapan mampir lagi ya," ucap bunda
Akhirnya mobil yang dikendarai Kak Bima, berlalu melewati pekarangan, ku pandangi mobil BMW yang berplat B 1 MA itu hingga keluar gerbang dan tak terlihat lagi. Segera ku memasuki rumah.
"Al.."
"Iya Yah.." Langkah ku terhenti ketika suara berat Ayah memanggil nama ku.
"Bukan nya hari ini Davin yang jemput?" tanya Ayah.
"Kak Davin gak ada jemput, aku tungguin di halte depan gedung sekolah hingga waktu menjelang petang tapi gak ada yang datang yah, sampai akhirnya ada Kak Bima. Karena Kak Davin gak dateng ya sudah aku ikut pulang sama Kak Bima"
"Mungkin calon suami mu sedang sibuk nak sehingga tidak dapat menjemput dan lupa memberi kabar. Maafin Ayah, jadi kamu nunggu lama di sekolah."
"Gak apa-apa Yah, al ke atas dulu Yah mau mandi dan istirahat." akupun berlalu meninggalkan Ayah di ruang tamu.
Di dalam keheningan malam, aku berpikir bahwa Kak Davin belum jadi suami saja sudah tega membiarkan ku menunggu begitu lama, padahal Rumah Sakit tempatnya bekerja berdekatan dengan sekolahku, seharusnya jiga memang sibuk bisa memberikan kabar bukan malah tidak menepati janjinya di hari pertama pertemuan kita. Bukan kah pertemuan pertama itu harus memberikan kesan yang baik. Jika berawal dengan tidak baik, untuk kedepannya akan kah menjadi baik-baik saja? Ahh .. sudahlah tidak perlu dipikirkan, biarkan mengalir dengan sendirinya. Ku matikan lampu diatas nakas, menarik selimut hingga dada, memejamkan mata dan menuju alam mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Yati
nyimak
2021-02-25
0
Shellia
lanjut
2021-02-10
0
Bagus Effendik
hadir
2021-02-05
2