Kesalahanku Menyakitimu
Namaku Aliqa Mardika, sejak kecil aku selalu berusaha untuk menjadi yang tebaik dalam berbagai hal terutama bidang akademik tujuannya adalah untuk membuat kedua orang tua ku bangga.
Aku adalah anak semata wayang dari pasangan suami istri, Ayah Galuh Mardika dan Bunda Arini maka dari itu sebagai anak satu-satunya aku selalu berusaha untuk membahagiakan mereka.
Ku dapati Ayah dan Bunda berada di ruang makan dan sibuk dengan makanan nya masing-masing. Suasana saat ini terasa dingin tak ada obrolan diantara mereka.
Kali ini tak seperti biasanya Bunda menatap ku sendu, seakan ada sesuatu hal yang kini telah mengganggu pikirannya.
Sarapan pagi berlangsung dengan keheningan, hanya terdengar denting sendok dan garpu yang beradu di atas piring. Hingga terdengar suara ayah memecah keheningan.
"Al ..."
"Iya Yah .." dengan makanan masih berada di dalam mulut, aku menoleh ke sumber suara. Ayah menatapku lekat.
"Yah, aku sudah menemukan Universitas yang bagus dan sepertinya aku akan mengambil Jurusan Arsitektur, boleh kan?" tutur ku dengan antusias.
"Boleh jika suami mu mengijinkan."
"Suami?" tanya ku heran, tak ada hujan, tak ada angin tiba-tiba Ayah membicarakan prihal suami.
"Ya, Ayah akan menjodohkan mu dengan Davin putra dari Pak Dimas sahabat Ayah, rencananya satu minggu setelah kamu wisuda."
"Uhuk..uhukk.." aku yang sedang mengunyah makanannya tiba-tiba tersedak. langsung ku raih air di dalam gelas dan meminumnya. "Uhuk..uhukk.." batuk ku masih belum juga berhenti.
"Minum pelan-pelan nak." Bunda menyodorkan segelas air dan menepuk-nepuk tengkuk ku perlahan.
Seketika selera makan pun hilang, apakah ini arti dari tatapan sendu milik Bunda. Rasanya seperti mendapatkan sebuah tamparan sangat keras, yang begitu saja dapat menghancurkan impian dan harapan ku.
Entah perasaan apa yang kini kurasakan, rasanya otak ku pun tak mampu untuk berpikir. Tanpa sadar aku terus mengaduk-aduk makanan yang berada di atas piring hingga berserakan di atas meja makan.
"Ada waktu selama dua minggu untuk saling mengenal sebelum pernikahan itu berlangsung. Bukankah sudah lebih dari cukup untuk saling mengenal!"
"Kenapa Ayah lebih cenderung memberikan pernyataan bukan pertanyaan aku setuju atau tidak, apakah jawabanku tidak di perlukan disini?" nada bicaraku meninggi, bibirku bergetar, tidak pernah sebelumnya aku menentang keinginan kedua orang tua ku.
"Sudah sejak lama Ayah merencanakan perjodohan kalian. Maafkan Ayah, yang membuat Ayah berat untuk menolak karena satu tahun yang lalu, Ayah sudah berjanji kepada mendiang Istri Pak Dimas, beliau menginginkanmu untuk menjadi menantunya, menjadikan mu istri untuk anaknya."
"Kalian egois," teriak ku, berlalu meninggalkan kedua orang ku menuju kamar.
"BRAKKK"
Ku tutup pintu dengan sangat kencang, untuk mengungkapkan rasa kecewa kepada kedua orang tua ku. Ku baringkan tubuhku di ranjang, ku tenggelamkan wajah ku di kasur, kenapa harus tiba-tiba seperti ini. bagaimana dengan cita-citaku untuk menjadi arsitektur dan kuliah di universitas pilihanku, tumpah tangis ku di dalam kamar.
***
tok tok tok
"Nak boleh Bunda masuk," tanya Bunda, membawakan nampan berisi makanan untuk makan malam, karena sejak pertengkaran tadi pagi aku belum juga keluar kamar.
"Ceklek" suara pintu terbuka tanpa menunggu jawaban dari si empunya kamar, Bunda memasuki kamar ku.
"Bangun nak, makan dulu sudah malam," tutur Bunda sambil menggoyangkan tubuh ku.
Ku balik tubuhku, ku tatap Bunda dengan mata yang sembab, ku peluk Bunda untuk melanjutkan tangis ku, Bunda membalas pelukan ku erat.
"Maafkan Ayah dan Bunda nak, telah menjodohkan mu tanpa persetujuan dari mu, tidak seharus nya kami mengatur masa depan mu, harusnya kamu yang menentukan masa depan mu sendiri."
Ku tatap mata wanita paruh baya itu ada kesedihan di dalamnya, entah sedih karena telah menjodohkan ku atau kah sedih karena aku tak mau di jodohkan. Yang pasti aku benci ketika melihat bunda sedih apalagi ketika kesedihannya di perbuat oleh aku sebagai anaknya.
"Maafkan sikap Aliqa tadi pagi Bun, Aliqa hanya merasa kecewa atas keputusan Ayah dan Bunda yang memberi tahuku secara tiba-tiba. Aku siap menerima perjodohan ini. aku tau Ayah dan Bunda pasti menjodohkan ku dengan pria baik dan berasal dari keluarga baik-baik. aku tau pilihan kalian yang terbaik untuk ku." Aku makin mengeratkan pelukannya.
"Terimakasih nak, terimakasih untuk mau menerima perjodohan ini." Bunda membalas pelukan ku tak kalah erat. "Di makan ya nak, habisin makanan nya, Bunda turun dulu untuk menemani Ayah mu, dia merasa sangat bersalah kepada mu!" Bunda keluar dari dalam kamar.
Entah benar atau tidak keputusan yang telah ku ambil, yang pasti aku hanya ingin memberikan kebahagiaan untuk mereka. Sebuah pernikahan tanpa cinta? Apapun yang akan terjadi aku harus mampu bertahan.
***
POV : Davin Aryasatya
Diusiaku yang sudah menginjak 32tahun aku belum juga menikah, bukan karena wajah ku yang kurang tampan ataupun hidup ku yang kurang mapan. Karier ku cukup baik, aku seorang Dokter Spesialis di salah satu Rumah Sakit Swasta di Kota Bandung.
Banyak wanita yang menginginkan ku namum aku mencintai seorang wanita bernama Mila, sejak SMA hingga saat ini aku masih mencintainya, namun Mama tak pernah memberikan restu atas hubungan yang ku jalani dengan Mila.
Ketika aku mengungkapkan keinginan untuk bersanding bersama dengan Mila, selalu saja Mama menolaknya, setiap penolakan yang orang tua ku lakukan semakin membuatku bertekad untuk membuktikan bahwa Mila adalah pilihan tepat.
Setelah Mama berpulangpun aku masih belum bisa bersamanya. Ketika harapan ku semakin besar, lagi kenyataan mematahkan nya!
"Gak bisa begitu dong Pah, bagaimana dengan hubungan ku dengan Mila, yang sudah beberapa tahun ini di jalani. Aku hanya ingin bersama Mila Pah." Sesak rasanya menahan gemuruh di dalam dada mendengar berita perjodohan yang akan di langsungkan tidak lama lagi, kenapa selalu tiba-tiba.
"Cobalah dulu untuk saling mengenal, Aliqa anak yang baik dan berasal dari keluarga baik-baik, Papa dan mendiang Mama mu sangat tahu keluarga mereka"
"Apakah Papa tidak salah, menjodohkan ku dengan anak usia 18th yang baru saja lulus SMA, usia kita terpaut jauh Pah. Bagaimana dia akan mengurus keluarga di usia nya yang masih sangat muda"
"Apakah kamu meragukan pilihan Mama mu?"
Flashback On
Terbaring sosok wanita di ranjang rumah sakit yang menderita leukimia. Ibu Ika merupakan Ibu dari Davin Aryasatya.
"Davin kemarilah nak, ada yang ingin Mama katakan."
"Iya Ma, Davin disini." aku menghampirinya lalu menggenggam erat tangan Mama.
"Nak, menikah lah usia mu sudah 31th, Mama ingin melihatmu menikahi Aliqa. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik, cerdas dan patuh terhadap orang tua, Mama ingin melihat kamu menikahinya. Mama yakin dia akan menjadi istri dan ibu yang baik untuk mu dan anak-anakmu nanti. Kamu masih mengingatnya?"
"Davin ingat Ma, Aliqa kecil dia adalah anak yang imut dan hobby menangis. Anaknya Om Galuh dan Tante Arini kan."
"Berjanjilah nak, kamu akan menikah dengan nya. Mama menginginkan aliqa menjadi menantu Mama."
"Aku tidak bisa berjanji Ma, aku mencintai Mila sejak dari masa putih abu-abu, Mila satu-satunya wanita yang selalu membuat diri ini nyaman. bagaimana mungkin aku menghancurkan hati yang selama ini ku jaga," batin davin.
"Nak, kamu mendengar Mama?"
Davin terlonjak dari lamunanya, "Iya Ma iya," ucap davin.
"Sekarang Mama istirahat ya, biar cepet sembuh dan kita kumpul lagi di rumah. Mama jangan terlalu membebani diri dengan berpikiran yang macam - macam ya, Davin sayang Mama," tutur Davin dengan mencium kening Mama.
Flashback Off
"Jika memang dengan menikahi Aliqa akan membuat Mama tersenyum di surga, aku akan mencobanya Pah. Aku akan menerima perjodohan ini," tutur Davin.
"Terimakasih nak, cobalah membuka sedikit hatimu untuk lebih mengenal Aliqa, bagaimana kamu akan mencintainya jika tidak ada sedikitpun celah untuk dia memasukinya. Terkadang cinta datang karena terbiasa. besok jemput Aliqa di sekolah mulailah untuk saling mengenal," tutur Papa dengan penuh harapan, agar anak laki-lakinya bisa sedikit membuka hati untuk Aliqa.
CRIIINNGG" Satu notifikasi masuk ke dalam ponsel ku, sehingga tak ku hiraukan kata-kata yang di ucapkan papa.
[Sayang.. Dimana? Kamu gak masuk kerja hari ini?]
Senyuman manis terukir ketika mendapat pesan singkat dari sang pujaan hati, segera ku balas pesan singkat tersebut.
[Aku di rumah sayang, sebentar lagi aku jemput, tunggu ya.]
[Ya] jawab pesan singkat dari Mila.
"Yah... aku pergi dulu ya, ada kerjaan dulu sebentar. Assalamualaikum," ucap Davin sambil berlalu mengambil kunci mobil di atas meja.
"Waalaikumsalam, hati - hati nak. kamu dengar kan apa kata Papa barusan?" tutur Papa dengan nada bicara sedikit meninggi agar terdengar oleh ku.
"Iya Pah aku dengar." Davin berlalu keluar rumah menuju garasi, untuk mengambil mobilnya dan berlalu membelah jalanan Kota Bandung di sore hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
ciwi ciwi
nyimak
2021-04-04
0
astri rory ashari
gw nyimak Thor😊
2021-03-08
0
Risty
nyimak, sampe beberapa bab, sambil nunggu nopel paporitku up
2021-03-02
1