Naya sedang menyeruput cappucino dingin pesanannya. Meredakan hawa panas yang menyelimuti tubuh dan perasaannya. Sekaligus untuk menghilangkan rasa kantuk yang menyerangnya.
"Keluar!! Arrrggghhh, kenapa sih, Iblis sialan itu suka banget semena-mena sama orang?" gerutu Naya tanpa sadar berteriak gila dan tanpa sadar membuat dirinya menjadi pusat perhatian.
"Kenapa? Kenapa, ya Tuhan? Arrrggghhh, haruskah hidupku hancur karenanya ... Tidak!" histeris Naya berlebihan membuat orang yang menatapnya geleng-geleng kepala.
Pletak!
"Auchhh, sakit ...," ringis Naya langsung mengusap kepalanya yang baru saja dijitak keras oleh seseorang.
"Sudah menggilanya?" tanya seseorang yang baru saja menjitak kepalanya, seketika membuat Naya meneguk ludahnya kasar.
"Sekarang ikut Saya!" tegas orang tersebut langsung menyeret Naya dengan sadis dari kantin fakultas.
"Gak mau ...," cicit Naya mengelak sambil menolak.
"Saya nggak mau tahu, Kamu harus ikut Saya sekarang!" bersikeras orang itu dengan memaksa.
"Ampun, Pak. Aku hanya khilaf, tidak sengaja dan tidak punya maksud begitu ...." Naya terus merengek sambil menatap takut orang yang mencengkram erat pergelangan tangannya sambil menarik dirinya paksa.
Sementara orang-orang yang berada di sana menatap miris Naya. Namun tidak terlalu terkejut dengan kejadian itu, sebab yang namanya Naya sudah terkenal sering terlibat dengan orang yang barusan menyeretnya. Sehingga orang-orang di sana tidak ambil pusing dan kembali menyantap makanan masing-masing tanpa pusing memikirkannya.
...~000~...
Blam! Pintu ditutup dengan kasar dari dalam ruangan. Seorang pria tinggi tegap menatap gadis didepannya yang menunduk takut melihatnya.
"Harus berapa kali Saya katakan padamu, berhenti berbuat ulah Naya!" Pria itu menatap tajam dan dengan murka mendorong gadis didepannya jatuh terduduk pada sofa yang berada dibelakangnya. "Semester lalu nilai mata kuliamu di kelas Saya anjlok, setiap kelas Saya kamu selalu terlambat dan sudah begitu kamu masih saja sering berulah dan siang ini kamu malah tidur di kelas, mau kamu apa sih?" amuk pria itu yang ternyata tidak lain adalah Marcel.
Naya terus menunduk, meneguk ludahnya kasar dan menahan gejolak rasa gemetar yang menghampirinya.
"Apa semua itu bentuk pemberontakan Kamu, hah? Kamu masih belum terima bahwa Saya ini adalah suami Kamu dan tidak suka dengan pernikahan Kita. Itukah yang membuatmu bersikap demikian, Naya?!" tanya Marcel mengintimidasi, bergerak mengurung tubuh kecil Naya dengan tubuhnya ke sofa.
Naya menggelengkan kepalanya ragu-ragu kemudian menjawab tanpa suara dan hal itu sontak menambah kemurkaan Marcel padanya.
"Kenapa tidak menjawab, mana suara kerasmu saat di kantin fakultas tadi. Kemana hilangnya itu?" peringkat Marcel dengan tegas.
Naya memundurkan kepalanya. Mendadak berdekatan dengan Marcel membuatnya makin bertambah takut dan nyali besarnya mengumpati pria itu saat di kantin fakultas hilang entah kemana perginya.
"Ma-maaf," cicit Naya dengan gugup.
Marcel mengusap wajahnya kasar sebelum kemudian mundur dan duduk di sebelah Naya. Pria itu langsung memijat kepalanya, pusing dengan perempuan di sampingnya yang juga ternyata merupakan istrinya itu.
"Maaf, lain kali Aku tidak akan melakukan hal itu lagi Mas ...," cicit Naya berjanji dengan hati-hati takut menyinggung Marcel dan membuatnya kembali tersulut marah.
"Lakukan saja terus!" ketus Marcel masih menatapnya galak, membuat Naya kembali meneguk ludahnya kasar.
Pria itu menghela nafasnya kasar dan berdiri dengan tatapan yang tidak bisa lepas dari Naya. "Saya masih ada jam di kelas kamu. Tinggal di ruangan ini dan jangan coba-coba keluar apalagi ke kantin dengan berbuat yang tidak-tidak!" peringat Marcel sebelum kemudian keluar meninggalkan Naya sendirian di ruang dosennya.
Sebelumnya setelah mengusir Naya dari kelasnya, Marcel sudah menduga gadis itu pasti bukannya merenungi kesalahannya, tapi malah bertingkah yang tidak-tidak. Oleh karenanya pria itu setelah memberi tugas pada mahasiswanya yang lain, langsung saja mencari dan menyusul Naya ke kantin fakultas. Benar saja dugaannya, gadis itu menggila di kantin sambil mengumpatinya.
Hal itu sudah terjadi sejak enam bulan terakhir ataupun sejak mereka menikah karena dijodohkan.
Sebelumnya gadis itu baik-baik saja, sama seperti mahasiswa lain tidak banyak ulahnya. Namun semua berubah bersamaan dengan statusnya yang bukan lagi anak gadis tapi istrinya Marcel. Sejauh ini Marcel mengerti dan mencoba memaklumi Naya, akan tetapi gadis itu makin berulah dan membuatnya pusing saja.
Memang benar jika tiap kali Marcel memberitahu dan menasehatinya, gadis itu hanya akan mengangguk dan terus gemetar takut padanya. Namun tetap saja Naya tidak akan mematuhi dan masih saja berontak padanya.
Jauh dari Marcel dia akan berulah dan ketika dekat dia akan menjadi pecundang yang hanya berani terdiam serta menganggukkan kepalanya pasrah sambil membatin berlawanan dengan apa yang diangguki olehnya.
Bagaimana menurut kalian tentang bagian ini?
Katakan sesuatu tentang Naya?
Bagian mana yang paling menarik?
Atau adakah kritikan atau saran?
Sampaikan di kolom komentar menggunakan bahasa yang halus, lugas dan mudah dipahami😊😇
⚠Perhatian ⚠⚠
•Bagian yang tidak ada papan, "Happy Reading/To Be Continued" itu artinya belum direvisi.
•Jangan nekat baca atau tanggung sendiri risikonya.
Yang ingin kepoin penulis atau saling follow, boleh nih kunjungi akun media sosialnya.
ig : Saiyaa_ra
fb : Saiyaarasaiyaara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Naya mah kebangetan,Menantang dgn vara memberontak,Kasian banget Misua,Seorang Dosen tapi isteri nya hurmm...
2024-08-06
0
Chintya
Menarikkk
2022-04-02
0
Parwati amiin Parwati
ya ampun kocak bgt🤣🤣🤣🤣🤣
2021-06-05
0