Naya sedang menguap sambil berusaha menahan rasa kantuknya. Beberapa kali kepalanya oleng ke bawah dan Naya segera mengerjapkan bola matanya berusaha untuk tetap sadar.
Akan tetapi ternyata usahanya tersebut percuma saja. Kedua bola matanya tidak bisa dia ajak kompromi. Pada Akhirnya Naya kalah dalam usahanya yang sia-sia dan berakhir menutup matanya dengan sempurna.
Gadis itu tertidur dengan kepalanya yang menopang penuh ke atas meja. Melihat hal itu gadis lain yang berada disebelahnya segera meringis ngeri dan memperingatkannya.
"Duh, Naya!" panik gadis yang duduk disampingnya sembari menepuk Naya untuk membangunkannya.
Bukannya bermaksud jahat tidak membiarkan Naya menyelesaikan tidur nyenyaknya. Hanya saja tidur dalam kelas sementara dosen yang membawakan mata kuliah masih berada dalam ruangan yang sama, bukanlah sesuatu yang bisa dibiarkan.
Naya bisa saja terkena masalah dan gadis yang duduk di sebelahnya dan merupakan sahabat dekatnya tentu saja tidak akan membiarkannya.
"Bangun Naya! Bangun atau kamu akan terkena masalah lagi ...," peringkat gadis disebelahnya terus-menerus sambil waspada melihat ke depan, takut sang dosen mengetahui kelakuan bobrok sahabatnya yang berani tidur di dalam kelas.
"Naya!" bentak gadis itu kembali, kesal dengan Naya yang tidur seperti orang mati saja.
Mau tak mau gadis disebelahnya pun mencubit lengan sahabatnya dengan keras dan dengan persiapan seolah memprediksi Naya setelah dicubit, gadis itu langsung membekap mulut Naya ketika ingin berteriak kesakitan.
Naya yang kaget dan terbangun dan rasa sakit di lengannya langsung menatap sahabatnya dengan galak.
"Ada apa sih, Deva?" tanya Naya sambil mengeram kesal setelah berhasil menyingkirkan telapak tangan Deva yang menutup mulutnya. "Sakit tau kamu cubitin begini!"
Gadis disebelahnya yang ternyata bernama Deva tersebut pun mendengus tak beda jauh dengan Naya. "Harusnya kamu bersyukur aku masih ada hati membangunkan mu sebelum dibangunkan iblis di depan sana!" seru Deva memperingatkan.
"Tapi nggak mesti di cubit Deva!" omel Naya kesal.
"Kalau tidak dicubit, memangnya kamu mau bangun? Engga tahu. Sejak beberapa menit lalu aku pun telah mencoba banyak cara untuk membangunkan mu!"
Naya kehabisan kata tak tahu harus menjawab apa. Gadis itu menoleh ke depan dan melihat dosen mata kuliah mereka siang itu sibuk menjelaskan mata kuliah siang itu.
Bersamaan dengan hal itu rasa kantuk kembali menyerang Naya. Melihat peluang dosennya yang sibuk menjelaskan materi, membuat Naya berpikir situasi cukup aman untuk tidur terlebih lagi dia sedang berada di bangku paling belakang.
Naya tersenyum miring kemudian sedikit bergeser ke sisi lainnya dengan pelan-pelan. Gadis itu bermaksud akan bersembunyi dibalik tubuh mahasiswa di depannya yang cukup berisi. Kemudian mempersiapkan diri untuk tidur kembali. Serta tak lupa mengabaikan Deva yang membangunkannya penuh perjuangannya.
Naya benar-benar keterlaluan dan Deva sebagai sahabat yang baik hanya geleng-geleng kepala sambil mengusap dadanya untuk sabar.
Kali ini Deva tak mau lagi merepotkan diri menolong Naya. Biarkan saja gadis menyebalkan itu mendapatkan hukumannya.
Diam-diam Deva berpindah tempat duduk dengan pelan beberapa meter menjauh dari Naya, tanpa sepengetahuan sang dosen yang berhasil dikelabui olehnya.
Deva melakukan itu bertujuan agar tidak ikut mendapatkan masalah ketika beberapa saat yang akan datang, jika gadis bebal itu ketahuan tidur dalam kelas, dia tidak akan ikut terkena masalah.
Beberapa saat kemudian kelas tiba-tiba hening tanpa suara.
Seseorang dari depan kelas berjalan dengan langkah lebar menghampiri Naya dengan mata emangnya.
"Bangun!" seseorang itu langsung membangunkan Naya.
Namun gadis itu malah acuh dan menulikan telinga seolah tidak mendengar.
"Bangun Kanaya Ariyana!"
"Mmm ... kalau aku tidak mau memangnya kenapa?" erang Naya dengan serak dan nada suaranya khas dengan suara orang mengantuk berat.
Orang yang membangunkannya tidak berhenti begitu saja dan kini malah dengan berani menepuk ringan bahu Naya.
"Bangun gadis nakal!"
"Mmmm ...." Naya hanya membalas dengan erangan berat dan malasnya.
Membuat orang yang membangunkannya naik pitam dan mengeram marah.
"Apa yang kamu lakukan semalam sampai tidak mau bangun begini, hahh!" bentak orang tersebut sambil menggebrak meja yang dijadikan tempat tidur untuk kepala Naya untuk bersandar tidur.
Seketika hal itu membuat Naya yang sedang menutup mata langsung membulatkan matanya kesal. Gadis itu dengan cepat mengangkat kepalanya dengan kasar dari atas meja, bersama dengan hal itu dia menjawab dengan asal sambil meluapkan kekesalannya.
"Gue begadang semalaman membuat anak makanya engga tidur, pu--" Naya langsung menghentikan suaranya dan melotot kaget ketika menemukan Marcello Rahardian Lutfan yang membangunkannya.
Dosennya sendirilah yang membangunkan dirinya. Sial di mana Deva, kenapa tidak membangunkannya sebelum pria iblis di hadapannya datang.
Naya segera menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Gadis takut sekaligus teramat malu mengingat kalimat tak sengaja yang dikeluarkan olehnya yang paling akhir.
Oh Tuhan, astaga habislah dia.
"Keluar!" bentak Marcel dengan dingin dan suara tegas. "Kamu pikir ini hotel sampai bisa tidur dalam kelas saya seenaknya?!" omel Marcel melanjutkan.
Mau tidak mau, hal itupun membuat Naya dengan wajah pucat meraih tasnya dan berjalan keluar kesal dengan pasrah.
Bagaimana menurut kalian tentang bagian ini?
Katakan sesuatu tentang Naya?
Bagian mana yang paling menarik?
Atau adakah kritikan atau saran?
Sampaikan di kolom komentar menggunakan bahasa yang halus, lugas dan mudah dipahami😊😇
⚠Perhatian ⚠⚠
•Bagian yang tidak ada papan, "Happy Reading/To Be Continued" itu artinya belum direvisi.
•Jangan nekat baca atau tanggung sendiri risikonya.
Yang ingin kepoin penulis atau saling follow, boleh nih kunjungi akun media sosialnya.
ig : Saiyaa_ra
fb : Saiyaarasaiyaara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Hera
enak banget naya tidur ngantuk berat sepertinya bgadang ya
2022-06-17
0
fa _azzahra
nyimak dlu
2022-04-18
0
Chintya
Cukup menarik
2022-04-02
0