"Ini rumah mu?" tanya Dewa, Arindita hanya menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan pertanyaan Dewa. Mereka pun turun dari mobil secara bersamaan. Dewa hanya berdiri di depan pintu gerbang rumah Arindita.
"Sepertinya aku harus pamit, aku harus kembali ke kampus." ujar Dewa dengan tatapan teduhnya itu.
"Hm.." jawab Arindita singkat. Saat Dewa berbalik arah untuk masuk ke mobil.
Arindita tiba-tiba memanggil namanya "Dewa!" panggilnya dengan sedikit berteriak. Dewa pun menoleh kaget karena panggilan itu.
"Terimakasih atas tumpangannya." kata Arindita dengan senyuman yang ia coba ukir di bibirnya.
"U'r welcome." jawabnya sambil mengedipkan sebelah matanya, dan langsung masuk ke dalam mobil.
Arindita masuk ke rumah saat mobil Dewa sudah tak terlihat, "Aku pulang Bunda.." ucap Arindita. Sang Bunda yang dipanggil pun dengan segera menghampiri bungsu tercintanya itu.
"Kamu sudah pulang? Mobil mu kemana Ar?" tanya bunda yang sedang melongok ke garasi mobil.
"Mobil ku di kampus Bund, aku pulang dengan kawan." jawab Arindita, ia sedang melepas tasnya dan menaruhnya di sofa.
"Kenapa tidak disuruh masuk dulu?" tanya Bunda pura-pura tidak tahu, karena saat Dewa dam Arindita di depan rumah Bunda melihatnya dari jendela kamar Arindita saat sedang ingin menutup gorden kamar putrinya itu.
"Dia sedang buru-buru Bunda." jawab Arindita, ia merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah.
"Bagaimana dengan kuliah mu besok?" tanya sang Bunda yang juga ikut duduk di sofa samping Arindita.
"Teman ku akan menjemput ku Bund, bolehkah?" tanya Arindita. Bunda hanya tersenyum senang karena Arindita sudah mulai mau membuka dirinya lagi. Sejak kecil Arindita terbilang introvert karena sixth sense-nya membuat teman-teman sebayanya menjauhinya.
Bunda pun memeluk Arindita senang, "Tentu.." jawab Bunda kegirangan.
"Kenapa Bunda tersenyum seperti itu? Seperti yang akan dijemput Bunda saja." balas Arindita meledek bundanya.
"Ibu mana yang tidak senang jika putrinya sudah mulai membuka diri untuk berkawan lagi, apalagi kawannya itu tampan sekali." sindir sang bunda.
"Jadi Bunda sudah lihat teman ku?" selidik Arindita. Bunda hanya mengangkat kedua bahunya acuh dan berlalu pergi meninggalkan sang anak di sofa.
***
"Terimakasih Kak Ari untuk traktirannya." kata Haura. Kini mereka berdiri di depan kantin karena ingin berpamitan pulang. Tiba-tiba Al datang dan menyapa semuanya.
"Haish.. Aku mencarimu di kantor BEM tapi tidak ada orang, ternyata sedang menggoda perempuan." ledek Al. Ari yang diledek seperti itu hanya bisa tersenyum kecut ke Al.
"Kenalin Al, ini Haura, ini Ocha, dan ini Ochi. Mereka bersaudara." jelas Ari singkat padat.
"Bukankah ini gadis yang tadi kau bawa ke kantor BEM?" tanya Al memastikan.
"That's right. Dia mahasiswi yang tadi kita tolong." lanjut Ari menjelaskan.
"Hai semua salam kenal aku Malik Al-Ghifari, sahabat Ari, kalian bisa panggil aku Al." ujar Al ke si kembar dan Haura.
"Al-Ghifari? Bukankah Kakak juga seorang penyiar radio yang selalu bersama Kak Ari?" tanya Haura antusias.
"Yap, betul." jawab Al singkat, ia tersenyum menatap Haura.
"Ya Tuhan, akhirnya aku bisa bertemu dengan duo favorit ku." ucap Haura terpesona dengan pertemuan Al dan Ari secara bersamaan. Ocha pun malu melihat tingkah konyol sang adik, ia menutup mukanya dengan tangan kanannya.
"Maafkan adik ku Kak Al, dia memang penggemar kalian berdua." kata Ocha, ia merasa tak enak atas sikap polos adiknya.
"Tidak masalah. Apa kau sudah lebih baik sekarang?" tanya Al ke Haura. Haura hanya mengangguk senang.
"Gimana tidak lebih baik, secara bangun-bangun sudah lihat idolanya." timpal Ochi meledek.
Mereka pun tertawa bersama mendengar ucapan Ochi. Tak butuh waktu lama akhirnya Haura dan kedua kakaknya pamit pulang. Ari dan Al bergabung dengan panitia lainnya untuk bergegas mengikuti briefing acara hari ini.
Ocha, Ochi dan Haura sudah dalam perjalanan pulang,"Kau yakin baik-baik saja Dek?" selidik Ocha, ia melirik ke Haura dari spion depan mobil sambil menyetir. Ocha melihat adiknya terdiam dan mulai melamun, ia membuang pandangannya ke sepanjang jalan menuju rumah.
"Hm.." jawab Haura sekenanya.
"Ra, kamu belum jawab pertanyaan ku, dimana kamu bertemu dengan nenek tua itu?" selidik Ochi. Ochi menoleh ke belakang memastikan agar Haura tidak lagi mengalihkan pembicaraannya.
"Aku bertemu dengannya saat di toilet kampus, dia muncul di cermin saat aku mencuci tangan di wastafel sambil melihat ke cermin." jelas Haura singkat. Ochi yang belum puas dengan jawaban Haura pun mencoba bertanya kembali.
"Apa kau sedang sendirian di toilet?" tanya Ochi. Ochi yakin Haura pasti sedang sendiri, karena Haura bisa melihat sesuatu tak kasat mata jika ia sedang sendirian, sebab itulah si kembar tidak mengizinkan Haura pisah sekolah dari mereka.
"Hm, wanita tua itu muncul dihadapan ku, tepat saat mahasiswi lain meninggalkan toilet. Anehnya seperti ada sesuatu atau seseorang yang sengaja mengundang mereka, karena hawanya jahat sekali, aku saja sampai tidak bisa pergi dari toilet, dan tidak bisa mengacuhkannya. Apa kita kasih tahu Kak Ari saja ya Kak tentang ini, aku merasa Kak Ari berbeda." ujar Haura.
"Berbeda atau karena dia tampan?" saut Ochi. Ochi terus saja meledek Haura.
"Apaan si Kak, dia memang idola ku tapi bukan berarti dengan mudahnya aku bisa memberi tahu Kak Ari tentang ini. Kalian kan tahu, aku paling menutup rapat tentang masalah ini dari orang luar." balas Haura. Haura kesal karena sang Kakak terus-terusan meledeknya.
***
Al dan Ari serta kawan-kawan yang lain bersiap untuk pulang, karena mereka sudah selesai briefing. "Kau mau pulang atau ikut aku nongkrong dengan Awan dan Aldi?" tanya Ari ke Al, kini mereka sedang di parkiran mobil.
"Aku ikut kalian, aku ingin melepas penat sejenak." ujar Al. Mereka pun masuk ke dalam mobil dan pergi menuju tempat Aldi dan Awan.
"Apa kau baik-baik saja Ri?" tanya Al, Al tahu Ari saat ini pasti terpukul karena bertemu dengan seseorang yang mirip dengan Adiknya.
"Hm.. Dia mirip sekali dengan Anita. Aku sampai bingung apa jangan-jangan Anita masih hidup, tapi semua dipatahkan oleh kenyataan bahwa Haura adalah adik kandung Ocha dan Ochi. Sedikit kecewa tapi ya sudahlah, mungkin ini takdir yang harus aku jalani. Aku benar-benar merindukan Anita, Al." lirih Ari sambil menyetir mobil.
"Anggaplah ini hadiah dari Tuhan untuk mu karena sudah bisa mengikhlaskan Anita, bukankah Tuhan sedang memberikan mu kesempatan kedua?" kata Al, ia mencoba mengerti kondisi Ari yang masih terpukul atas kejadian itu.
"Maksud mu?" tanya Ari lagi. Al menoleh ke Ari sambil mencoba menjelaskan apa yang ia maksud.
"Pertemuan aneh kalian seperti takdir bukan? Kau menolongnya dan dia menolong mu, menolong mu keluar dari rasa rindu untuk adik mu. Terkadang sesuatu terlihat baik jika kita melihat dari sisi baiknya, jika melihat dari sisi lain mungkin kehadirannya adalah petaka bagi mu. Jadi nikmati saja nikmat Tuhan untuk mu saat ini." ucap Al sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
W⃠🦃𝖆𝖑𝖒𝖊𝖎𝖗𝖆 Rh's😎
wawwww
2020-12-25
0
🍾⏤͟͟͞͞★<мαу ɢєѕяєк>ꗄ➺ᶬ⃝𝔣🌺
suka banget ma ceritanya,apalagi aku orannya penggemar cerita horror
2020-12-21
0
younghoon wife
Arinditha Dewa Malik Al ghifary Ari Ichi Ocha Haura hmm sapa lg ya 🤔🤔🤔
jan uts duli blom hafal 😂😂😂
2020-11-28
0