Dewa terus memandangi wajah Arindita yang masih betah tertidur di kursi penumpang. Entah Dewa harus bersyukur atau mengumpat kesal karena tragedi yang terjadi malam ini. Mengumpat kesal karena kesurupan massal tadi membuat Arindita syok dan terpukul, tapi di satu sisi Dewa tak memungkiri bahwa karena kejadian ini ia bisa bersama Arindita.
Dewa mencoba menyingkirkan rambut tipis yang menutupi wajah Arindita ke belakang telinganya. "Cantik.." ucapnya pelan sambil memandangi wajah Arindita. "Tapi galak.." timpalnya dalam hati. Arindita sedikit demi sedikit mencoba membuka matanya, ia sudah mulai bisa kembali sadar dari pingsannya. Dewa yang gelagapan pun mencoba berpura-pura memejamkan matanya dan tertidur.
"Hm.. Aku dimana ya. Ini... Ini jelas bukan mobil ku." ujar Arindita yang mulai sedikit panik karena dirinya belum tahu pasti ada dimana, terlebih karena saat ini ia berada di mobil orang asing. Seketika Arindita menoleh ke arah kursi supir dan melihat Dewa tertidur disana.
"Wa, wake up pls, Dewa..." ucap Arindita sambil menggoyang-goyangkan tangan Dewa mencoba untuk membangunkannya dari tidurnya yang lelap.
"Hoam...." ucap Dewa, ia mencoba akting senatural mungkin agar Arindita tidak menyadari tingkah konyol dirinya saat Arindita tertidur.
"Kau sudah bangun?" tanya Dewa. Dewa membenarkan posisi duduknya.
"Aku mau pulang, tolong antarkan aku kembali ke kampus, mobil ku masih disana." kata Arindita. Tiba-tiba ide brilliant Dewa muncul di dalam waktu yg tepat.
"Lebih baik aku saja yang antar, panitia disana bilang keadaan masih belum aman jadi lebih baik kau pulang dengan ku, biar mobil mu disana, besok aku akan menjemput mu ke kampus jika ada kelas, berikan kunci mobil mu padaku, aku akan mengantarnya ke rumah mu jika besok tidak ada jadwal kelas." jelas Dewa dengan lancarnya.
Arindita membenarkan posisi duduknya menghadap Dewa, "Pertama, kita baru saja berkenalan. Kedua, aku tidak mudah percaya dengan orang baru. Ketiga, aku akan pulang naik bus saja." balas Arindita.
"Begitukah cara mu membalas usaha orang lain yang sudah membantu mu? Lagi pula kau pingsan di pelukan ku, jadi untuk apa aku harus jahat kepadamu? Daripada aku jahat lebih baik aku memanjakan gadis baik seperti mu." ledek Dewa, dengan muka datarnya.
"Ya sudah jika kau bersikeras untuk kembali, kita akan kembali ke kampus saat ini juga, dan aku akan tetap mengantar mu pulang dengan atau tanpa mobil ku. Anggap saja kau sedang berterima kasih kepadaku." ujar Dewa, Dewa mulai menyalakan mobil miliknya, namun Arindita menahan tangan Dewa.
"Kenapa?" tanya Dewa singkat, wajah mereka saling bertemu.
"Langsung antar aku kerumah saja." ucap Arindita dengan ekspresi tersipu malu. Dewa pun sengaja berpura-pura tidak mendengarnya.
"Apa? Ucapkan dengan benar baru aku bisa dengar." ujar Dewa sambil mendekatkan telinganya ke Arindita. Arindita kikuk dibuatnya.
"Dewa...tolong.. Antarkan aku pulang ke rumah." lirih Arindita pelan di telinga Dewa dengan terbata-bata. Dewa yang mendengarnya pun tersipu malu, ia menganggu ku anggun pelan kepalanya.
"Dengan senang hati Nona." jawabnya, Dewa pun bergegas membawa mobilnya pergi menuju rumah Arindita.
***
"Apa kau yang menolong ku?" tanya Haura ke Ari, Ari pun kikuk dibuatnya.
"Ah.. Ya." jawab Ari singkat sambil menatap wajah Haura. Haura mencoba berdiri dibantu oleh si kembar.
"Terima kasih, aku Haura. Salam kenal." kata Haura, ia mengulurkan tangannya mencoba untuk berkenalan dan berjabat tangan. Senyuman di bibirnya terukir indah hingga membuat Ari benar-benar lupa bahwa yang berdiri saat ini adalah orang lain bukan sang Adik.
"A.. Aku Ari Wirawan, kau bisa panggil aku Ari." ucap Ari sambil membalas uluran tangan Haura. "Kau bisa panggil aku Rara atau Haura." balas Haura, mereka pun saling melepas uluran tangan masing-masing.
"Sebentar, kau Ari Wirawan? Berarti kau Ari si penyiar hits masa kini itu?" tanya Haura antusias, matanya berbinar senang.
"Untuk penyiar, iya. Tapi untuk hits, hanya slogan saja." balas Ari kikuk, ia tidak menyangka gadis yang ia tolong mengenali dirinya.
"Wah, aku tidak menyangka akan bertemu dengan penyiar favorite ku dengan cara seperti ini. Kak Ocha, bener kan aku bilang kalau aku pasti akan bertemu dengannya." ujar Haura kepada Ocha yang tak lain adalah Kakak pertamanya, karena terlalu antusias Haura tidak bisa mengontrol dirinya yang begitu bahagia bisa bertemu dengan idolanya. Ocha menyikut tangan Haura agar dirinya tidak membuat malu.
"Ah maafkan adik ku ya, dia sengaja masuk ke kampus ini karena mendengar penyiar favoritnya ada di kampus ini. Sekali lagi kami minta maaf jika sudah membuat Kak Ari tidak nyaman." ucap Ocha. Haura pun hanya diam tertunduk malu.
"Tidak apa-apa, apa kalian tidak lapar?" tanya Ari reflek, ia memainkan jarinya acak.
"Hm..??" jawab Haura dan si kembar secara bersamaan, tanggapan ketiganya membuat Ari terkekeh pelan.
"Aku sangat lapar, ayo!" ajak Ari, ia sudah jalan lebih dulu sambil tangan kanannya ia masukkan ke kantong celana.
Si kembar dan Haura pun saling mencibir satu sama lain karena sikap norak Haura di depan Ari. "Kalau aku jadi kamu aku enggak akan senorak itu Dek." ucap Ochi dengan mencebikkan bibirnya mengejek.
"I don't care." ucap Haura sambil mempercepat langkahnya mengejar Ari yang sudah lebih dulu berjalan di depan meninggalkan mereka bertiga.
"Ish.. Lihat tuh Cha, tingkah ABG-nya masih dia bawa sampai ke kampus." ucap Ochi yang mencoba memprovokasi Ocha.
"Biarkan saja, namanya juga pengagum rahasia, kamu juga akan seperti itu kalau bertemu idolamu." ujar Ocha sambil menepuk pundak Ochi dan melangkah pergi.
"Cha, tungguin aku dong!" teriak Ochi, ia berlari mengejar sang kakak yang lebih dulu pergi meninggalkannya.
Ari dan Haura sudah sampai di kantin kampus terlebih dahulu. Haura memilih untuk duduk di seberang Ari, "Kenapa duduk di situ? Duduklah disini." pinta Ari sambil tangannya menepuk-nepuk kursi yang ada disampingnya. Haura pun tersipu malu saat Ari sendiri yang meminta dirinya untuk duduk disampingnya. Ocha pun datang dan tak lama Ochi pun ikut hadir di meja makan mereka. Tak lama pegawai kantin pun menghampiri meja Ari untuk menanyakan pesanan.
"Kau mau pesan apa?" tanya Ari ke Haura. Haura mencoba berfikir sejenak menu apa yang akan ia pesan.
"Aku ikut Kak Ari saja." jawab Haura dengan senyuman. Mata keduanya saling mengunci satu sama lain.
"Ekhem..." Ochi pun berdeham, suara Ochi pun menyadarkan keduanya dari tatapan masing-masing.
"Ah.. Kalian mau makan apa?" tanya Ari ke si kembar, ia membuka acak buku menu di kantin itu.
"Aku jus alpukat saja Kak." jawab Ochi terlebih dahulu, "Aku jus mangga." lanjut Ocha. Sang pegawai kantin pun menulisnya satu per satu.
"Saya ulangi ya Mas, chiken katsu dua, jus mangga satu, jus alpukat satu. Ada lagi?" tanya pegawai tersebut. Ari pun ingat bahwa mereka berdua belum pesan makanan.
"Hmm.. Jangan lupa air mineralnya ya." ucap Ari, ia mengembalikan buku menu itu ke pegawai kantin tersebut.
"Tidak perlu khawatir mas karena itu sudah satu paket dengan menu makanan yang Mas pesan." jawab pegawai tersebut dengan ramah.
"Oh, baiklah. Terimakasih." jawab Ari. Pegawai itu pun mengangguk dan berpamitan pergi.
Ochi pun memulai obrolan, "Apa kau tak ingin menjelaskan sesuatu, Dek?" selidik Ochi ke Haura. Haura pun diam dan menelan salivanya, ia bingung harus bagaimana menjelaskan semuanya. Ari yang melihat respon Haura pun paham bahwa Haura saat ini tidak ingin membahas kejadian mengerikan yang baru saja ia alami.
"Hm.. Bagaimana kalau kita bahas yang lain saja. Aku belum tahu tentang kalian berdua. Apa... Kalian kembar?" tanya Ari penasaran. Ochi pun memajukan tubuhnya.
"Cih.. Kak Ari memang paling bisa mengubah topik ya." ujar Ochi yang kesal karena Ari mencoba mengubah topik pembicaraannya kepada sang adik.
"Ochi..!" kata Ocha yang mencoba menahan sang adik agar bersikap lebih ramah dengan orang baru terlebih dengan orang yang lebih tua darinya.
"Maafkan adik ku Kak. Ya, kami memang kembar, Kakak bisa panggil aku Ocha dan dia Ochi. Kami mahasiswi semester lima jurusan Ekonomi bisnis." jawab Ocha dengan gamblangnya.
"Kenapa Kakak tidak bertanya balik ke Kak Ari? Bukankah seharusnya seperti itu etika berkenalan?" tanya Haura dengan polosnya.
"Hm.. Ya, Kak Ari jurusan apa?" tanya Ocha basa-basi demi Haura.
"Aku jurusan broadcasting, semester enam." jawab Ari, mereka pun sama-sama tersenyum canggung.
Pesanan mereka pun sudah mereka terima, Ari dan Haura memulai makan sambil terus mengobrol berbagi cerita satu dengan yang lain, begitu pun si kembar. Ochi terus memperhatikan tingkah Ari yang begitu perhatian dengan sang adik.
"Apa Kak Ari suka dengan Adik ku?" tanya Ochi to the point.
"Uhuk..." pertanyaan Ochi sukses membuat Ari tersedak makanannya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
🍾⏤͟͟͞͞★<мαу ɢєѕяєк>ꗄ➺ᶬ⃝𝔣🌺
mantappp ochi lngsung to the point tanpa embel2 lagi 😂😂
2020-12-21
0
Zara's story
dewa nya😶
2020-11-29
0
younghoon wife
kudu ngapalin nih byk bgt yg maen
2020-11-27
0