Asil menceritakan ke Dea atas kejadian di ruangan Pak Arga.
Saat jam makan siang, Dea mengajak ku makan siang bersama.
"Makan siang bareng yuk. Asil sama Pak Doni dan Faris juga." Pinta Dea untuk makan siang bersama.
"Aku telfon temen ku dulu, Mbak Dea. Soalnya tadi udah janjian." seru ku sambil menghubungi ponsel Novi.
"Oke!" balasnya sambil duduk di samping ku.
Aku menelpon Novi sudah beberapa kali namun tidak di angkat oleh Novi.
"Kok nggak diangkat. Apa aku kirim pesan aja ya." batin ku seraya mengirim pesan pada Novi.
*No**v, ayo makan siang. Aku tunggu di cafe dekat kantor . Cepat bales* ya...
*Pe**san terkirim*.
"Sudah, aku sudah lapar nih!" ucap Dea sedari menunggu ku.
"Sudah, Mbak. Ayo!" ajak ku padanya.
Aku dan Dea berjalan menuju ke cafe yang berada dekat dengan kantor. Saat di depan cafe bertemu dengan Doni dan Faris.
"Di tunggu dari tadi baru nongol kamu, Dea." celetuk Doni.
"Ya maaf, Don. Aku tadi nungguin Asil ngajak temennya juga ternyata gak bisa di hubungin." Jelas Dea seraya memegang perutnya.
"Sudah-sudah. Yang penting kita sekarang udah ketemu di sini. Tuh lihat si Dea perutnya sudah nyanyi rame tuh." ledek Faris pada Dea dan terkekeh.
"Kamu tau aja deh!" Seru Dea sambil tertawa kecil. Melihat mereka bertiga bergurau aku ikut tertawa dengan kelucuan yang mereka buat.
Lalu kami masuk dan memesan makanan pada pelayan cafe.
"Pak Doni, Pak Faris, Mbak Dea mau pesan apa sekalian aku yang pesan?" Tanya ku sedikit kikuk.
"Aku soto daging sama minumnya teh aja, Sil." Jawab Doni.
"Nasi pecel sama es teh juga." tambah Faris.
"Kalau aku spaghetti bolognese sama jus alpukat tanpa gula, Sil." imbuh Dea.
"Aku tunggu di sana ya!" Seru Dea menunjuk ke arah tempat duduk dekat kaca yang terlihat ke luar.
"Oke. Siap, Mbak Dea." Jawab ku lalu memesan makan dan minum. Setelah memesan aku ke tempat duduk mereka bertiga.
"Sini-sini. Cepat duduk deh, aku pengen denger cerita kamu saat di ruangan Pak Arga tadi." tanya Dea seraya menarik tanganku.
"Kepo banget, Dea." Seru Faris sebenernya ingin tau juga. Lalu aku duduk di samping Dea dan memulai cerita.
"Saat menyerahkan berkas ke Pak Arga, aku sedikit takut dengan tatapannya yang tajam. Saat menyerahkannya aku sampai lupa kalau berkas tadi belum aku lepas. Jadi saling tarik menarik dengan Pak Arga. Lalu dia terjatuh, jatuhnya pun sangat lucu tapi nggak berani tertawa sih." jelas ku sambil tertawa.
Aku melanjutkan cerita kejadian tadi lalu Doni, Faris, dan Dea tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
"Kok bisa sih, Asil?" Tanya Doni sambil tertawa.
"Namanya aja orang takut jadi refleks." balas ku dengan menundukkan kepala karena malu.
Makanan yang di pesan datang.
"Permisi, ini pesanannya." ucap pelayan cafe.
"Terimakasih!" Jawab serempak.
Saat kami berempat menceritakan rumor Pak Arga. Ternyata dibelakang ku dan Dea berdiri dua orang laki-laki. Doni dan Faris yang dari tadi ikut bercerita seketika diam dan memandang ke arah dua laki laki yang sedari tadi berdiri lama di belakang kita.
"Se-se... Selamat siang, Pak Arga dan Pak Rio." sapa Doni dan Faris gagap.
Aku dan Mbak Dea tersentak mendengar Doni dan Faris menyapa Pak Arga serta sekretarisnya itu. Seketika aku dan Mbak Dea langsung diam tanpa bicara yang membuat ku membeku. Perlahan aku dan Mbak Dea menengok ke arah belakang.
"Pa-Pa... Pak Arga!" ucap ku gagap. Mbak Dea pun juga tersentak kaget sampai mulutnya terbuka melihat Pak Arga yang menatap tajam ke arah ku.
"Setelah makan siang, segeralah ke ruangan Pak Arga." Suruh Sekretaris Rio dengan dingin.
"Ba-baik, Pak." sahut bersamaan.
*S**ejak kapan Pak Arga sama Sekretarisnya itu disini. Oh... My God. Batinku*.
Melihat tatapan Pak Arga ke mereka, Sekretaris Rio pun sudah tahu pasti akan ada bencana besar sebentar lagi.
Lalu Pak Arga dan Sekretaris Rio pergi mengurungkan niat makan siang karena gosip bawahannya itu yaitu gosip Dea dan anak baru Asillya.
*Fl**ash Back Pak Arga dan Sekretaris Rio*.
Saat masuk cafe Pak Arga dan Sekretaris Rio memesan makanan lalu mencari meja yang kosong. Pak Arga dan Sekretaris Rio berjalan ke arah dekat meja Faris, Doni, Dea dan Asillya yang berada di belakang mereka.
Belum sempat duduk, Pak Arga mendengar pembicaraan dari mereka berempat mulai dari kejadian saat dia terjatuh sampai rumornya. Cukup lama Pak Arga dan Sekretaris Rio berdiri di belakang Asil dan Dea seraya memberikan tatapan ingin memangsa mereka berdua.
"Apa mereka tidak sadar kalau atasan mereka ada di sini? Dasar bawahan kurang ajar." batin Pak Arga dengan wajah sangat kesal dan greget.
*Fla**sh Back Off*.
"Anak baru banyak bikin ulah. Asillya namanya pun familiar." gerutu Pak Arga keluar dari cafe.
"Anda sedang memikirkan apa, Pak. Mungkin saya bisa membantu anda." Tanya Sekretaris Rio sedari tadi mendengar Pak Arga bergumam.
"Tidak ada apa-apa." jawab Pak Arga memijat keningnya yang tidak sakit.
Sampai di ruangan, Pak Arga duduk di sofa membaringkan tubuhnya.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk!" ucap Sekretaris Rio sambil membuka pintu. Pelayan cafe menyodorkan makanan, "Pesanan anda tadi, Pak."
"Terimakasih." balas Sekretaris Rio.
Pelayan cafe keluar menutup pintu ruangan Pak Arga.
"Pak, anda harus makan siang dulu." Suruh Sekretaris Rio.
"Makanlah dulu, Sekretaris Rio! Aku sedang tidak nafsu makan hari ini!" keluh Pak Arga.
"Baiklah, Pak. Apa anda tidak enak badan?" tanya Sekretaris Rio sebelum makan dengan lahap.
"Saya baik-baik saja." lirihnya.
"Rio, apa kamu pernah di jodohkan atau pacaran gitu?" Tanya Arga antusias. Rio yang sedang enak-enaknya makan seketika tersedak.
Huk... Uhuk... Uhuk...
Lalu Pak Arga mengambilkan air putih pada Sekretaris Rio.
"Kamu tanya seperti itu, apa tidak salah orang. Aku saja tidak pernah pacaran apalagi dijodohkan." ujarnya, "Sepertinya ada yang mau di jodohkan nih..." seru Sekretaris Rio sambil tertawa.
"Iya, benar. Papa mau jodohkan ku dengan anak supir pribadinya. Namanya Asillya, aku sudah menolak perjodohan ini, namun papa masih ngotot ingin anaknya nikah. Katanya takut anaknya ini lajang sampai tua." jelasnya bersandar di sofa.
"Haaah..." Arga menghembuskan nafasnya dengan kasar seraya mengacak-acak rambutnya.
"Bener kata papamu tuh. Kalau kamu tidak nikah, semakin tua tidak ada yang mau sama kamu." sindir Sekretaris Rio dengan serius.
"Jangan khayal, kamu saja belum pernah pacaran. Lama-lama kita berdua lajang sampai tua nih." canda Pak Arga lalu tertawa bersama.
Beberapa menit kemudian.
Tok... Tok... *****Tok*****...
"Selamat siang, Pak. Ada yang ingin bertemu dengan anda. Namanya Dea dan Asillya." ucap Asisten itu sambil membuka pintu.
"Silahkan. Suruh mereka masuk." Perintah Sekretaris Rio. Lalu Rio memberikan kode untuk asistennya agar segera keluar.
Aku dan Dea masuk dengan menundukkan kepala.
Apa yang terjadi di dalam ruangan Pak Arga? Lalu hukuman apa yang di berikan Pak Arga pada Asil dan *****Dea*****?
Yuk dukung terus novel saya dan berikan vote kalian para readers😍😍
Dukung lewat vote kalian, kritik dan saran readers jangan lupa klik favorit ♥️♥️♥️
Aku tunggu vote readers dan favorit kalian ♥️♥️♥️
😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments