"Masuk..."
Aku membuka pintu dan masuk berjalan mendekat memberikan laporan yang ku bawa. Tak berani melihat ke arahnya karena wajah dingin dan tegas nya.
Dia seorang CEO yang bernama Arga Diksananda. Bos yang terkenal dengan rumornya yang dingin, tidak menyukai wanita dengan tatapannya yang tajam seperti ingin membunuh, wajah dengan rahang yang terlihat tegas, kalau dilihat-lihat mempunyai lesung pipi sebelah.
Aku menyodorkan berkas laporan dengan tangan yang sedikit gemetar dan terasa mulai dingin sedangkan Pak Arga menerima berkas tersebut dengan tatapan dingin. Namun aku merasa takut sampai lupa kalau belum melepaskan berkas yang ada di tanganku.
*Se**perti saling tarik menarik*.
Pikiran ku sampai kemana-mana karena takut dengan rumornya.
"Lepaskan..." perintah Pak Arga dengan nada tegas seraya berdiri menatap ku dengan tajam.
Saat posisi Pak Arga sedang berdiri di dekat meja kerja, aku tersentak dan tidak sengaja melepas berkas tersebut.
*G**edubrak ... Bak ... Buk* ...
"Aaaaaggghhhh!" Teriak Pak Arga tersentak.
Author POV,
*Sa**mbil membayangkan ketika 2 orang memegang buku saling tarik menarik lalu 1 orang tadi melepaskan dengan secara tiba-tiba, tidak hanya terjatuh saja namun rasa sakit dan malu* pastinya.
Ha... Ha... Ha...😂
Pak Arga jatuh dengan posisi miring setengah terlentang, aku melihat kejadian itu segera menolongnya
"Pak, apa bapak baik-baik saja?" Tanya ku seraya mendekat ingin menolongnya.
"Saya, minta maaf..." imbuh ku merasa bersalah kala itu dan bersimpuh di sebelahnya.
"Apa kamu sengaja? Apa kamu tadi tidak melihat saya terjatuh? Hah." pekik Pak Arga geram dan marah.
"Iya, saya tadi melihatnya." lirih ku seraya mengangguk pelan. Takut, iya.
"Kenapa kamu masih bertanya? Siapa namamu? Bagian apa kamu?" sembur Pak Arga marah padaku.
*Mu**rka nih Pak Arga, pasti dipecat nih aku.
Kenapa disaat aku pertama masuk kerja sih, Asil. Bodohnya* *****aku*****...
Batin ku menunduk dengan kedua tangan ini menggenggam karena takut setelah menolongnya.
"Kenapa kamu diam. Apa mulutmu di lem? Hah." marah Pak Arga dengan ketus dan sangat kesal hingga mukanya saja terlihat merah membara seperti api 🔥.
"Saya... Asillya di bagian keuangan, Pak." jawab ku lirih masih menunduk tak berani menatapnya.
Lalu aku membantunya berdiri, "Saya bantu, Pak." ujar ku pelan, "Saya bisa sendiri." tampik Pak Arga kesal, yang tidak mau di bantu dengan sempoyongan berjalan ke sofa sambil memegang bahu sebelah kanannya yang terbentur mengenai lantai tadi.
Asil hanya diam berdiri membeku dan tidak berani mendongakkan wajahnya.
"Kesini kamu, siapa yang menyuruhmu mengantarkan berkas ke saya?" Tanya Arga memanggil ku.
Lalu aku segera mendekat ke Pak Arga dan menjawab dengan gugup, "Eeehm... Pak Doni, Pak." jawab ku pelan.
"Panggil dan suruh dia ke ruangan saya. SE... KA... RANG... Cepat!" perintah Pak Arga dengan berteriak marah dan kesal.
"Ba-baik, Pak." balas ku dengan resah segera keluar, aku turun ke tempat dimana ruang bagian keuangan.
Flashback,
Di luar ruang Pak Arga, karyawan lain kaget karena mendengar suara Pak Arga dengan keras.
Karyawan (1) "Waduh... Apa yang terjadi,suara Pak Arga terdengar sampai di luar ruangannya. Kenapa Pak Arga sampai marah seperti naungan singa yang lapar?" kekeh karyawan itu.
Karyawan (2) "Hus... Jaga bicaramu, nanti kalau Pak Arga dengar bahaya kamu bukan dia yang di makan duluan malah kamu yang pertama dimakan." timpalnya seraya tertawa kecil.
Karyawan (3) "Hei... Sudah selesai bercandanya. Kasian anak baru itu, pertama kerja sudah di kerjain sama si Doni." serunya.
Karyawan (2) "Kata siapa kamu kalau Doni yang ngerjain?" tanyanya.
Karyawan (3) "Doni sendiri yang cerita, ketika aku bertemu di tempat fotocopy." jelasnya.
Flashback off.
Sampai di ruang keuangan, aku mencari pak Doni namun tidak menemukan.
"Bu Dea, apa melihat Pak Doni?" Tanya ku padanya menghampiri.
"Asillya, jangan panggil aku Bu, aku masih lajang panggil Dea aja kan kita seumuran walau selisih 2 tahun." balasnya dengan tawa kecil.
"Pak Doni lagi fotocopy di lantai bawah sendiri karena yang di sini nggak bisa di pakai." timpal pria itu di sebelah Dea.
Aku berterima kasih dan segera ke lantai paling bawah.
"Kenapa aku sangat bodoh sih, ini hari pertama kerja di sini." gumam ku menggelengkan kepala.
Sampai di lantai paling bawah aku segera keluar dari lift dan mencari tempat fotocopy yang di katakan karyawan yang bernama Faris tadi.
"Naaah! Itu Pak Doni." seru ku pelan, "Pak Doni!" panggil ku dengan lantang.
"Ada apa anak baru mencari saya?" Tanya Doni menoleh ke arah ku.
"Iya, Pak. Bapak di panggil sama Pak Arga." jawab ku pelan.
"Memang apa yang terjadi. Kenapa aku yang di panggil?" imbuh Pak Doni sambil mengarahkan telunjuk ke arahnya.
"Saya jelaskan nanti saja Pak saat di lift." sahut ku mengajak ke ruang Pak Arga.
Tanpa bertanya lagi dia mengiyakan dan menuju ke ruang Pak Arga bersama Asil.
Saat di lift Asil menceritakan kejadian yang terjadi saat memberikan berkas ke Pak Arga. Doni tertawa terbahak-bahak.
"Kok bisa sih Asillya, kamu seceroboh ini!" lontar Pak Doni terkekeh.
"Sebenarnya saya sedikit takut sama Pak Arga karena rumornya itu." balas ku menggenggam tangan.
Keluar dari lift aku dan Pak Doni menuju ruang Pak Arga yang berada paling atas.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk!" sahut dari dalam terdengar suara laki-laki yang asing bagiku.
Aku dan Pak Doni masuk. Ternyata, Pak Arga sudah menunggu serta di ruangan itu ada seorang laki-laki yang sedari tadi berada di samping Pak Arga yang pasti sekretarisnya Pak Arga. Namanya Rio Efandi, wajahnya sebelas dua belas dengan Pak Arga sama dinginnya.
"Apa kamu tidak tahu peraturan disini, Don?" bentak Pak Arga menatap tajam ke arah Doni.
Kena hantaman asteroid raksasa nih. Batin ku.
"Saya tahu, Pak." Jawab Doni menunduk.
"Kenapa kamu menyuruh anak baru memberikan berkas ini? Kamu lupa peraturan disini." pekik Pak Arga yang memicingkan matanya ke arah Doni.
"Tidak, Pak. Saya ingat..." ucap Pak Doni pelan masih menunduk.
"Katakan!" bentak Pak Arga mendekat tepat di hadapan Doni. Doni yang tersentak terdiam seketika dan gugup. Sehingga sekretarisnya berdeham, "Hem..."
(*P**eraturan di Perusahaan Besar Ritel bagi anak baru "TRAINING" selama 3 bulan*).
1. Tidak boleh masuk ruang CEO tanpa izin dari atasan.
2. Menggarap laporan yang di berikan atasan dengan benar, terperinci, dan rapi.
3. Tidak boleh datang terlambat.
4. Melaksanakan 3S (Senyum, Salam, dan Sapa).
5. Menjaga etika sebagai karyawan.
"Apa kamu dengar? Di setiap pintu masuk ruangan tertempel peraturan seperti itu." sinis Pak Arga padaku.
"Saya dengar, Pak. Saya minta maaf..." jawab ku pelan.
Padahal baru hari ini dapat peraturannya. Batin ku.
"Jangan ulangi lagi, Don. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian." perintah Sekretaris Rio.
"Baik, Pak. Saya minta maaf." seru ku dan Doni bersamaan lalu keluar dari ruang Pak Arga.
Di ruang CEO.
"Aku belum pernah bertemu anak baru yang pertama masuk kerja sudah bikin kesalahan." gerutu Arga sambil memegang bahunya yang sakit.
"Mungkin kamu gugup melihat wajahnya yang cantik." goda Sekretaris Rio seraya tertawa keras.
"Apa hubungannya dengan wajah cantiknya. Biasa saja tuh. Semua wanita itu biasa tidak ada yang perfect." sindir Pak Arga memijat bahunya.
"Asillya. Namanya sangat familiar..." gumam Pak Arga mengingat-ingat namanya.
"Kamu belum pernah jadi bucin (budak **cinta**), makanya kamu menganggap semua wanita biasa saja." ledek Sekretaris Rio.
Flashback,
Setelah keluar dari ruang Pak Arga, aku dan Pak Doni bergegas masuk lift untuk melanjutkan pekerjaan masing-masing. Saat berada di dalam lift Pak Doni meminta maaf atas kejahilannya padaku, aku pun memaafkan kejahilannya.
"Kenapa lama banget, Asik. Cuma ngasih berkas tadi kan. Apa terjadi sesuatu?" tanya Dea antusias.
"Nanti aku ceritain saat istirahat, Mbak Dea." balas ku lalu melanjutkan pekerjaan lagi.
*A**sil menceritakan ke Dea atas kejadian di ruangan Pak Arga*?
Yuk dukung terus novel saya dan berikan vote kalian para readers😍😍
Dukung lewat vote kalian readers, kritik dan saran readers.
Jangan lupa klik favorit ♥️♥️♥️
A****ku tunggu vote readers dan favorit kalian ♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments