Abiyasha melangkahkan kakinya menuju apartemen saat mendengar suara seseorang memanggilnya. "Abiiii... Abiiii..."
Sontak, kepala pria itu berputar ke arah sumber suara. Ia melihat Amara berjalan ke arahnya dengan langkah lebar-lebar di atas heelsnya. Tidak lupa ia menambah senyum cerianya untuk Abi. Abi mendelik. Astagaa! Ia sudah cukup lelah untuk hari ini, dan Amara datang ke sini? Sekarang?
Demi Tuhan. Apa yang sebenarnya ada di otak Amara ketika wanita itu terus saja menempel padanya seperti perangko setiap harinya.
"Abiii... Ya Tuhan, aku merindukanmuuu." Kata Amara histeris. Wanita itu memeluk Abi erat-erat tanpa permisi. Membekap tubuh Abi dengan pelukan yang erat sampai Abi harus melepaskan diri dengan paksa dari cengkeraman wanita itu.
"Amara. Kau kenapa di sini?" Tanya Abi spontan.
"Kau bertanya kenapa aku disini, huh? Kau pikir aku tidak merindukanmu. Astaga Abi. Aku nyaris gila karena ingin bertemu denganmu. Aku langsung kemari sepulangnya dari bandara."
Ya belum lama Abi merasa tenang karena Amara menjalankan liburan tahunannya ke Los Angles selama seminggu yang berarti tidak ada gangguan untuk Abi, tapi wanita itu malah kembali secepat itu. Malahan kalau boleh terus terang, Abi ingin Amara menetap di LA atau malah tidak pulang sama sekali. Ah, kenapa pula kedamaian lahir batin itu harus musnah saat ini?
"Kau tahu, LA sangat panas."
"Umm ya..." Gumam Abiyasha.
"Kau tahu tidak kalau aku merindukanmu?"
"Umm... Ya..." Abiyasha bergumam lagi.
Hal itu membuat Amara jengah. "Kau tahu Papi dan orang tuamu akan menjodohkan kita dalam waktu dekat?"
"Umm... Eh apa kau bilang?" Abi mengernyitkan dahi.
Amara mengangkat bahunya. "Papi dan orang tuamu sedang merencanakan agenda untuk menjodohkan kita dalam waktu dekat. Aku tidak keberatan, sih. Pasalnya, aku memang menunggu-nunggu hal itu. Kau juga, kan?" Amara tersenyum lebar.
Abiyasha berdecak. "Kau suka dengan perjodohan konyol semacam itu?"
"Hei, kita ini sudah saling mengenal sejak lama. Mana mungkin aku tidak menyukai perjodohan ini." Jawab Amara terus terang.
"Mengenal bukan berarti mencintai, Amara. Kau tahu itu."
"Tapi aku mencintaimu, Bi. Tidak ada yang diragukan lagi." Amara menatap Abi dengan tajam. Pria itu seperti meragukan apa yang ia rasakan. Amara pikir setelah kehilangan ingatannya lima tahun lalu, Abiyasha akan dengan mudah mencintainya setelah mengenalnya kembali mulai dari 0. Namun ternyata menaklukkan hati pewaris Harsa grup ini memang sulit. Arah hati Abiyasha tidak pernah berubah.
Pria itu tetap bersikap dingin padanya. Tidak hanya dulu... Namun juga sekarang.
Abi mengangkat bahu. Ia tidak tahu harus berkata apa. Kata kedua orang tuanya, Amara dan dirinya memang sudah saling mengenal sejak lama. Tapi sejak kehilangan ingatannya, Amara hanya ia kenal lima tahun belakangan. Dan kesimpulannya adalah... Amara terlalu berisik dan berambisi untuk mendapatkannya entah untuk apa. Karena jelas yang Amara rasakan untuknya bukanlah cinta. Bagi Abiyasha cinta bukanlah ambisi. Dan tentu saja Amara tidak setuju untuk hal itu. "Lupakan soal perjodohan, Amara. Sekarang aku lelah sekali. Apa tidak sebaiknya kau pulang dan membiarkanku meringkuk di balik selimutku untuk istirahat?"
Pengusiran halus Abiyasha itu tidak berkmbas pada wanita bertubuh tinggi bak model dihadapannya. Alih-alih merasa tersinggung dan pergi, Amara lebih memilih membulatkan matanya dengan riang sambil bercicit. "Kau lelah? Baiklah aku akan memasak makanan yang enak untukmu sementara kau istirahat. Lalu biarkan aku memijat tubuhmu agar lau merasa lebih baik lagi."
"Tidak. Terima kasih." Geleng Abiyasha ngeri. "Yang kubutuhkan hanya tidur. Aku tidak memerlukan perusak dapur ada di apartemenku."
"Kau masih berpikir aku tidak bisa memasak? Jahat sekali."
"Memang begitu kenyataannya, kan?"
"Tidak, kok."
"Bukannya kau sendiri baru pulang dari LA? Lihat kantung matamu. Kau butuh tidur, Mara. Sekarang pulanglah. Selamat malam."
Tanpa membiarkan Amara membantah kalimatnya, atau yang paling menakutkan, menyeretnya masuk ke dalam apartemen, Abiyasha melangkahkan kakinya untuk meninggalkan wanita itu sendirian. Amara hanya memberenggut. Tapi Abiyasha tidak lagi peduli. Demi Tuhan ototnya butuh relaksasi. Ia hanya ingin istirahat dengan baik. Tanpa Amara, tanpa suara berisik wanita itu. Hanya ada dirinya. Sudah.
...🐾...
"Kau tidak mau ikut denganku?"
"Tidak. Aku akan tetap tinggal di sini." Bentak wanita itu, membalikkan tubuhnya.
"Tapi kau sudah berjanji akan selalu bersamaku. Apa ini karena keluargaku yang menentang hubungan kita?"
Wanita itu menggeleng. "Bukan." Katanya tegas. "Aku muak denganmu, Bi. Aku muak menjadi bahan ejekan teman-temanmu saat kita sedang bersama. Mereka berpikir kalau aku hanya numpang hidup darimu."
"Itu tidak benar."
"Kau tahu dengan baik kalau itu memang benar. Aku sangat berterima kasih karena kau sudah membiayai hidupku dengan sangat layak." Wanita itu tersenyum miring, bersedekap. "Kau pikir selama ini aku mencintaimu? Kau pikir hubungan kita akan menjadi indah? Kau pikir begitu?"
Abiyasha membulatkan matanya. Kaget. "Apa maksudmu?"
"Aku tidak pernah mencintaimu, Bi. Apa yang teman-temanmu katakan adalah benar. Aku memang memanfaatkan dirimu untuk kepentingan pribadiku."
"Abiyasha seperti kehilangan kendali. "A-apa?"
"Aku sudah muak denganmu. Perlu kuulangi?" Wanita itu mengangkat alisnya. Menantang Abiyasha. "AKU. SUDAH. MUAK. DENGAN. HUBUNGAN. INI."
Abiyasha menggeleng kuat-kuat. "Tidak. Aku tidak percaya semua itu. Kau hanya berbohong, kan?"
"Sayangnya tidak. Dengan sangat menyesal kukatakan kalau saat ini kau sudah tidak lagi berguna untukku. Jadi kita akhiri saja semua hubungan sialan ini."
Abiyasha berlutut di depan wanita itu. "Aku mohon jangan katakan hal yang bisa membuat hatiku hancur dan mati. Aku mohon. Aku tidak peduli apa yang mereka katakan. Aku tidak peduli apa selama ini kau hanya memanfaatku atau tidak. Tapi aku mohon, tolong jangan begini. Jangan akhiri hubungan apapun di antara kita." Abiyasha meraih tangan wanita itu. Dingin.
Wanita itu menyentak tangan Abiyasha. "Mulai saat ini kau tidak akan melihatku lagi. Berjanjilah kalau kau akan hidup dengan baik tanpaku... Berjanjilah, atau aku akan sangat membencimu."
...🐾...
"Berjanjilah kalau kau akan hidup dengan baik tanpaku... Berjanjilah, atau aku akan sangat membencimu."
Berjanjilah. Berjanjilah. Berjanjilah.
"Tidaaaaak!"
Dengan napas terengah-engah, Abiyasha membuka matanya. Setengah terduduk pria itu menatap sekelilingnya dan pada detik itulah ia benar-benar merasa lega karena menyadari bahwa ia sedang berada di kamarnya.
"Astaga. Mimpi itu lagi." Abiyasha mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu melirik jam dinding metalik yang ada di pergelangan tangannya. Masih pukul dua. Dengan sekali sentakkan Abiyasha meraih segelas air putih dan menegaknya sampai tandas.
Pria itu terduduk, bersandar pada kepala tempat tidur. Dan menutup wajahnya. "Kenapa aku bermimpi tentang wanita itu lagi? Sebenarnya siapa dia? Apa hubungannya denganku?" Abiyasha mendesah. Mimpi itu selalu dialaminya. Dan seperti biasa pula, setelah ia bermimpi yang sama, Abiyasha akan terjaga hingga pagi.
Keadaan ini sudah ia alami sejak lima tahun lalu. Dan mimpi itu selalu sama. Seolah ada hal yang ingin disampaikan dari sepotong kejadian itu. Tapi apa? Dan anehnya kenapa Abiyasha tidak pernah bisa melihat wajah wanita itu? Kenapa?
Abiyasha turun dari ranjangnya, lalu membuka laci pada nakasnya. Pria itu mengambil kotak perhiasan yang didalamnya ada sebuah foto. Foto yang ujungnya terbakar itu terdapat seorang wanita berfoto membelakangi kamera. Ia menatap lautan dan siluet itu yang diabadikan.
Polisi menemukan foto itu ada dalam dompet Abiyasha saat kecelakaan lima tahun lalu itu terjadi. Dan hal itulah yang mendasarinya menghubungi Erland untuk mencari tahu siapa wanita dalam foto tersebut. Dan apa hubungannya dengan Abiyasha? Apa dia juga wanita yang sama seperti dalam mimpinya?
Abiyasha mendesah. "Aku harus menemukanmu. Agar semua pertanyaanku terjawab." Katanya pasti dalam hati.
...🐾...
^^^Bab ini kupersembahkan untukmu,^^^
^^^yang dalam gundah selalu memastikanku^^^
^^^agar baik-baik selalu.^^^
^^^Follow IG : @_yuanitaaw^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Princess Shalala
cewek masa lalu abi kayaknya dipaksa sama ibunya abi agar menyakiti abi
2020-12-20
3