|Bagian 2|

Dalam sebuah mansion dengan pelataran halaman depan yang luas, mobil sedan hitam terlihat masuk. Tidak lama kemudian, seorang pria bersetelan jas abu-abu keluar dari kursi pengemudi. Setelah melepas jas yang membuatnya kegerahan, Abiyasha memijat tengkuknya. Pekerjaan hari ini cukup melelahkan. Menandatangani kontrak dengan buyer asal Korea bukanlah hal yang bisa dientengkan, mengingat koleganya adalah seorang yang sulit dimanipulasi. Namun bukan Abi namanya kalau ia tidak bisa menangani masalah itu semua.

Dengan mudah, buyer asal Korea itu tertarik dengan produknya, dan mau menandatangani kontrak darinya. Itu semua berkat keahlian Abiyasha dalam mengolah kata, data, dan produk agar sesuai dengan keinginan buyer.

Tapi semuanya sedikit kelimpungan karena sekretaris sekaligus asisten pribadinya, Tarissa harus cuti karena bersalin. Abiyasha merasa ia sedikit bingung dengan jadwal yang rumit hasil karyanya sendiri. Biasanya, Abiyasha selalu terbiasa tepat waktu berkat Tarissa. Namun karena kelahiran anak ketiganya, Tarissa tidak bisa mengurus detail sekedule harian miliknya yang berantakkan.

Kabarnya, besok akan ada yang menggantikan Tarissa selama sekretarisnya itu menjalani masa cuti pasca bersalin. Namun ia tidak tahu siapa seseorang yang akan menggantikan pegawai lamanya. Bukan tanpa alasan, saat wawancara, Abiyasha memang tidak mengajukan permintaan bertemu atau tes dalam bentuk apapun. Ia sudah cukup sibuk tanpa harus menambah pekerjaannya dengan berbagai wawancara. Alhasil ia menyerahkan semuanya pada pihak HRD.

Abiyasha mengetuk pintu jati yang diukir dengan aksen jawa sedemikian rupa tersebut pelan. Pintu dibuka, seorang wanita tua menyambutnya dengan senyum teduh. "Eh, Mas Abi!" sapa pembantu rumah tangga keluarga ini, Bi Ida.

"Halo, Bi. Apa kabar?" sapanya basa-basi pada wanita yang telah mengabdikan hidupnya pada keluarga Harsa sejak lama itu.

"Ah, saya baik, Mas. Ngomong-ngomong kenapa jarang ke sini? Nyonya kangen sekali dengan Mas Aba," papar Bi Ida.

Abiyasha tersenyum simpul. "Sekarang, di mana Ibu?"

"Di taman belakang. Sedang ngobrol dengan Tuan."

Setelah mengucapkan terima kasih dan meninggalkan Bi Ida di ruang tamu, Abiyasha melangkahkan kakinya masuk melewati ruang tengah, lalu melewati jembatan kecil yang menghubungkannya pada taman di sebelah kanan, hingga pria itu menemukan kedua orang tuanya sedang duduk santai di kursi kayu.

Abimana Harsa dan Liliana Harsa sedang mengobrol ringan. Abiyasha tersenyum. "Wah, Tidak ada yang menyadari kedatanganku rupanya."

Abimana dan Liliana menoleh. Mendapati putra mereka yang biasanya jarang berkunjung, kini menyapanya. "Lho, Bi. Kau di sini? Kenapa tidak menelepon dulu?"

Abiyasha memeluk Ibunya, lalu ayahnya dengan bergantian. "Aku hanya mampir sebentar, Bu. Ibu apa kabar? Halo, Ayah."

"Kabar kami baik," jawab Liliana. "Kau baru pulang? Kalau tadi kau menelepon, Ibu pasti bisa masak dulu."

Abiyasha duduk di samping ayahnya. "Biarkan dia, Liliana. Abi tidak butuh masakanmu lagi, sebentar lagi dia akan menikah," kekeh Abimana.

Abiyasha mengangkat alisnya tinggi. "Apa maksudnya itu?"

"Kau sebentar lagi, kan, akan bertunangan dengan Amara. Kau pikir apa?" balas Liliana.

"Bertunangan?!" Abiyasha tertawa sumbang. "Jangan bercanda. Aku tidak mungkin bertunangan dengan Amara, Bu."

Abiyasha tidak pernah membayangkan kalau ia akan bertunangan dengan Amara. Bukan tanpa alasan Abiyasha menolak perjodohan yang sudah disepakati dua belah pihak keluarga, tapi memang Abiyasha tidak pernah memiliki perasaan pada wanita yang ia kenal sejak kecil dan sudah ia anggap adik bungsunya itu.

Wajah Abimana mengeras. "Kau menolak bertunangan dengan Amara? Bukannya kalian sudah mengenal sejak kecil?"

"Ya, sepertinya begitu. Tapi aku tidak pernah membayangkan akan hidup dengannya."

"Kau bercanda?!" sergah Abimana. "Kau pikir Amara tidak mencintaimu sejak kalian masih remaja? Kau pikir keluarganya akan menerima perlakuan semacam ini?"

Abiyasha memijat pangkal hidungnya yang mendadak berdenyut. "Ayah, aku mohon. Aku dan Amara tidak memiliki hubungan apapun. Ayah salah berasumsi tentang kami."

"Tapi, Nak. Kau tahu, kan, Papi Amara sudah banyak membantu keluarga kita. Dia yang sudah membuatmu dan ayahmu ada di posisi sekarang ini. Akan sulit kalau kau menolak perjodohan ini hanya karena egomu. Lagipula Amara wanita yang baik, berasal dari keluarga terpandang, dan dia sangat cantik. Apa yang kau inginkan?"

Abiyasha merenung. Ada satu hal yang ia inginkan. Cinta. Dan Abiyasha tidak pernah merasakan adanya letupan bahagia saat bertemu dengan wanita lain termasuk Amara, atau merasakan dadanya berdenyut-denyut sakit karena melihat orang yang ia cintai merasa sedih, atau merasa damai bersama wanita lain. Itu cinta dan ia belum pernah merasakannya.

"Amara memang wanita yang baik, tapi sepertinya aku tidak mencintainya," Abiyasha tersenyum miris. "Aku bahkan tidak tahu apa iti cinta. Sejak lima tahun pasca kecelakaan itu aku tidak mengingat apapun, Bu. Mungkin hatiku menolak mengakui adanya cinta."

"Tapi kau bisa belajar mencintai Amara!"

Abiyasha menggeleng, menyingsing lengannya, dan melangkahkan kakinya perlahan. "Aku tidak tahu," katanya. "Tapi seandainya aku bisa mengenal hal-hal semacam itu, aku akan sangat bahagia. Kalau begitu, aku harus pulang. Selamat malam."

Abiyasha melangkahkan kakinya keluar dari taman tersebut. Meninggalkan orang tuanya yang menatap miris ke arahnya.

...***...

Yasmine menatap bayangannya di cermin. Matanya bengkak karena terlalu lama menangis. Ia tidak tahu kenapa dirinya harus menangisi hal-hal yang tidak mungkin dapat terulang kembali seperti masa lalu. Ini sudah malam, nyaris pagi, tapi Yasmine tetap tidak bisa memejamkan mata. Ia ingat bagaimana baiknya Rio saat bersamanya. Pria itu seseorang yang selalu mencintai dan menemaninya sejak bertahun-tahun. Tapi nyatanya, Yasmine tetap mengecewakannya.

Demi Tuhan, bahkan pria itu sudah melamarnya. Lalu apa? Kenapa hatinya tidak bahagia? Tidak peduli sekeras apapun Yasmine mencoba mencintai pria itu nyatanya semuanya masih tetap sama. Arah hatinya.

Yasmine mengelus cincin yang terpasang pada jari kanannya. Dalam keremangan cahaya kamar ia melihat ketulusan Rio untuk selalu bersamanya. Dan lagi-lagi dadanya sesak mengingat hal itu.

Yasmine tahu, pria itu sudah mati-matian untuk bertahan dengannya. Selama ini Rio srlalu melakukan yang terbaik yang pria itu bisa untuk Yasmine. Tapi tetap saja, semuanya masih saja sama. Dalam hati, ada perasaan kasihan sekaligus bingung pada Rio. Yasmine bertanya-tanya kenapa Rio masih saja mau bertahan dengan dirinya padahal selama ini pria itu tahu kalau Yasmine tidak lagi percaya akan cinta.

Kejadian di masa lalunya telah merenggut sebagian angan Yasmine akan dicintai dan mencintai. Namun di situ Rio datang, sebagai pria humoris dan menyenangkan. Sebagai teman dan sahabat baik. Menemani Yasmine saat Yasmine sendirian. Mencintainya dengan sepenuh hati pula.

Tapi kebodohan dirinyalah yang selalu menyakiti Rio perlahan. Entah sampai kapan Rio akan menemaninya. Entah sampai kapan pula hatinya akan seperti ini. Yasmine tidak tahu.

"Rio, terima kasih karena sudah begitu banyak memberiku cinta. Sedang aku hanya bisa memberimu luka..."

...***...

^^^Bab ini kupersembahkan untukmu^^^

^^^yang tidak pernah lelah menggenggam tanganku.^^^

^^^IG : @_yuanitaaw^^^

Episodes
1 Prologue
2 |Bagian 1|
3 |Bagian 2|
4 |Bagian 3|
5 |Bagian 4|
6 |Bagian 5|
7 |Bagian 6|
8 |Bagian 7|
9 |Bagian 8|
10 |Bagian 9|
11 |Bagian 10|
12 |Bagian 11|
13 |Bagian 12|
14 |Bagian 13|
15 |Bagian 14|
16 |Bagian 15|
17 |Bagian 16|
18 |Bagian 17|
19 |Bagian 18|
20 Pengumuman dan Giveaway
21 |Bagian 19|
22 |Bagian 20|
23 |Bagian 21|
24 |Bagian 22|
25 |Bagian 23|
26 |Bagian 24|
27 |Bagian 25|
28 |Bagian 26|
29 |Bagian 27|
30 |Bagian 28|
31 |Bagian 29|
32 |Bagian 30|
33 |Bagian 31|
34 |Bagian 32|
35 |Bagian 33|
36 |Bagian 34|
37 |Bagian 35|
38 |Bagian 36|
39 |Bagian 37|
40 |Bagian 38|
41 |Bagian 39|
42 |Bagian 40|
43 |Bagian 41|
44 |Bagian 42|
45 |Bagian 43|
46 |Bagian 44|
47 |Bagian 44|
48 |Bagian 45|
49 |Bagian 46|
50 |Bagian 47|
51 |Bagian 48|
52 |Bagian 49|
53 |Bagian 50|
54 |Bagian 51|
55 |Bagian 52|
56 |Bagian 53|
57 |Bagian 54|
58 |Bagian 55|
59 |Bagian 56|
60 |Bagian 57|
61 |Bagian 58|
62 |Bagian 59|
63 |Bagian 60|
64 |Bagian 61|
65 |Bagian 62|
66 |Bagian 63|
67 |Bagian 64|
68 |Bagian 65|
69 |Bagian 66|
70 |Bagian 67|
71 |Bagian 68|
72 |Bagian 69|
73 |Bagian 70|
74 |Bagian 71|
75 |Bagian 72|
76 |Bagian 73|
77 |Bagian 74|
78 |Bagian 75|
79 |Bagian 76|
80 |Bagian 77|
81 |Bagian 78|
82 |Bagian 79|
83 |Bagian 80|
84 |Bagian 81|
85 |Bagian 82|
86 |Bagian 83|
87 |Bagian 84|
88 |Bagian 85|
89 |Bagian 87|
90 |Bagian 88|
91 |Bagian 89|
92 |Bagian 90|
93 |Bagian 91|
94 |Bagian 92|
95 |Bagian 93|
96 |Bagian 94|
97 |Bagian 95|
98 |Bagian 96|
99 |Bagian 97|
100 |Bagian 98|
101 |Bagian 99|
102 |Bagian 100|
103 |Bagian 101+ 102|
104 S.2 | Bagian 103 |
105 S.2 | Bagian 104 |
106 EPILOGUE
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Prologue
2
|Bagian 1|
3
|Bagian 2|
4
|Bagian 3|
5
|Bagian 4|
6
|Bagian 5|
7
|Bagian 6|
8
|Bagian 7|
9
|Bagian 8|
10
|Bagian 9|
11
|Bagian 10|
12
|Bagian 11|
13
|Bagian 12|
14
|Bagian 13|
15
|Bagian 14|
16
|Bagian 15|
17
|Bagian 16|
18
|Bagian 17|
19
|Bagian 18|
20
Pengumuman dan Giveaway
21
|Bagian 19|
22
|Bagian 20|
23
|Bagian 21|
24
|Bagian 22|
25
|Bagian 23|
26
|Bagian 24|
27
|Bagian 25|
28
|Bagian 26|
29
|Bagian 27|
30
|Bagian 28|
31
|Bagian 29|
32
|Bagian 30|
33
|Bagian 31|
34
|Bagian 32|
35
|Bagian 33|
36
|Bagian 34|
37
|Bagian 35|
38
|Bagian 36|
39
|Bagian 37|
40
|Bagian 38|
41
|Bagian 39|
42
|Bagian 40|
43
|Bagian 41|
44
|Bagian 42|
45
|Bagian 43|
46
|Bagian 44|
47
|Bagian 44|
48
|Bagian 45|
49
|Bagian 46|
50
|Bagian 47|
51
|Bagian 48|
52
|Bagian 49|
53
|Bagian 50|
54
|Bagian 51|
55
|Bagian 52|
56
|Bagian 53|
57
|Bagian 54|
58
|Bagian 55|
59
|Bagian 56|
60
|Bagian 57|
61
|Bagian 58|
62
|Bagian 59|
63
|Bagian 60|
64
|Bagian 61|
65
|Bagian 62|
66
|Bagian 63|
67
|Bagian 64|
68
|Bagian 65|
69
|Bagian 66|
70
|Bagian 67|
71
|Bagian 68|
72
|Bagian 69|
73
|Bagian 70|
74
|Bagian 71|
75
|Bagian 72|
76
|Bagian 73|
77
|Bagian 74|
78
|Bagian 75|
79
|Bagian 76|
80
|Bagian 77|
81
|Bagian 78|
82
|Bagian 79|
83
|Bagian 80|
84
|Bagian 81|
85
|Bagian 82|
86
|Bagian 83|
87
|Bagian 84|
88
|Bagian 85|
89
|Bagian 87|
90
|Bagian 88|
91
|Bagian 89|
92
|Bagian 90|
93
|Bagian 91|
94
|Bagian 92|
95
|Bagian 93|
96
|Bagian 94|
97
|Bagian 95|
98
|Bagian 96|
99
|Bagian 97|
100
|Bagian 98|
101
|Bagian 99|
102
|Bagian 100|
103
|Bagian 101+ 102|
104
S.2 | Bagian 103 |
105
S.2 | Bagian 104 |
106
EPILOGUE

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!