|Bagian 1|

20 Desember

Lima tahun kemudian

Dalam sebuah ruangan kantor yang lampunya sengaja diredupkan, seorang pria duduk di samping jendela. Pandangannya jauh mengamati gedung-gedung tinggi yang sejajar dengan gedungnya dengan tatapan kosong. Sebenarnya ia sedang menunggu sebuah pesan. Lebih tepatnya kabar dari seseorang. Di atas pangkuannya ada sebuah ponsel, yang ia tinggu-tunggu untuk berbunyi. Abiyasha Harsa, menatap layar ponselnya. Benda itu berkedip-kedip dan bergetar saat menunjukkan satu pesan masuk.

Akhirnya!

Abiyasha meraih ponsel tersebut, secepat kilat membuka pesan dari orang suruhannya tersebut. Lalu terperangah saat membaca isinya.

Pesan masuk : Erland

22.08 Wib

...Aku belum menemukan dia!...

Hanya satu kalimat tersebut yang mampu membuat Abiyasha merasa seseorang meninju perutnya hingga membuatnya mual. Hanya satu kabar itu mampu membuat dadanya terasa tersumbat sehingga ia kesulitan bernapas.

Tidak mau menunggu lama, Abiyasha langsung menekan tombol hijau. Menghubungi Erland yang entah ada di penjuru mana. Terdengar beberapa kali nada sambung sampai kemudian Erland berdehem dan mengucapkan halo.

"Halo, Erland. Ini aku. Kenapa kau masih belum menemukannya?" seru Abiyasha. Langsung ke topik pembicaraan mereka.

Erland sekali lagi berdehem. Lalu pria itu terdengar membuka-buka sebuah kertas. "Aku tidak yakin, Bi. Tapi ciri-ciri yang kau berikan benar-benar sulit. Seperti tidak ada informasi apapun tentang seseorang dalam foto yang kau berikan padaku beberapa hari lalu. Aku juga kelimpungan."

"Cari lagi sampai ketemu!" perintah Abiyasha. Ia merasa nyaris frustasi.

Erland terkekeh. "Seandainya dia sudah kutemukan, kau mau apa?"

Abiyasha memijat alisnya yang mendadak berkedut. "Aku tidak tahu."

"Kau benar-benar aneh, teman. Kau memberiku sebuah foto, memintaku menyelidikinya, sedangkan kau tidak mengenalnya dan bahkan kau tidak tahu mau apa. Lalu kenapa kau susah-susah membayarku, Bi?"

Abiyasha tahu Erland sedang bercanda, dan ia sedang tidak ingin meladeninya. Tapi meskipun begitu, Abiyasha tetap tersenyum kecil. "Aku juga tidak tahu kenapa aku bisa sangat penasaran sekali."

"Apa ini ada kaitannya dengan masa lalumu?

"Aku tidak ingat," jawab Abiyasha.

"Ah, aku lupa. Kau tidak ingat sama sekali soal masa lalumu gara-gara kecelakaan konyol itu. Baiklah," desah Erland.

Abiyasha mengusap wajahnya dengan kasar. "Ya, kau benar sekali. Aku memang konyol."

"Baiklah," jeda sejenak. "Omong-omong kau masih suka mimpi buruk?" tanya Erland

"Untuk beberapa waktu, ya. Aku sering terbangun dengan napas tersengal-sengal di tengah malam. Mungkin itu efek dari kecelakaanku. Jadi aku ingin tahu apa orang yang kucari ini ada hubungannya dengan masa laluku atau tidak."

"Abi, kusarankan agar kau lupakan sesuatu yang membuatmu tertekan dan mulailah dekat dengan Amara. Kau tidak tahu, kan, betapa dia sangat menyukaimu sejak lama?"

Amara lagi. Amara lagi. "Erland!" sergah Abiyasha kesal.

"Baiklah-baiklah, teman. Aku akan mencari informasi sebanyak mungkin. Sekarang pulanglah. Ibumu meneleponku barusan dan bertanya apa aku sedang bersamamu atau tidak. Aku, kan, bukan pacar gelap yang menyembunyikanmu. Jadi tolong katakan pada Ibumu untuk tidak merecokkiku, oke?"

"Baik. Terima kasih!"

Setelah itu telepon ditutup. Abiyasha masih belum beranjak dari tempatnya. Mendadak kalimat Erland berputar-putar dalam benaknya.

Benar, kenapa pula ia harus repot-repot mencari seseorang yang bahkan tidak ia kenal? Dan kenapa pula saat ini bukannya berkencan dengan wanita lain, ia malah duduk melamun dan menunggu sambil bertanya-tanya bagaimana kabar dari seseorang yang sedang ia cari?

Siapa dia?

Tidak mau menunggu lama dan larut dalam lamunannya, Abiyasha bangkit dari tempatnya, meraih jasnya yang ada pada sandaran kursi kerja, lalu bergegas untuk pergi.

***

Yasmine Abichara menyesap cappuccino-nya. Wanita berbaju hijau dengan rambut pirang yang dibiarkan tergerai itu sedang menunggu seseorang. Rio Diwangkara, pacarnya. Pria itu bilang akan menemuinya tepat pukul dua siang di kafe O'brien. Namun Rio belum juga datang meskipun Yasmine sudah datang sejak lima belas menit yang lalu.

Ponsel pria itu tidak aktif. Itu yang dipastikan Yasmine setelah mengecek ponselnya dan memutuskan untuk menelepon pria itu lima detik yang lalu. Yasmine mendesah, tidak ada yang salah dari Rio. Pria itu sangat baik hati. Tidak pernah sekalipun Rio memperlakukannya secara kasar. Intinya, Rio adalah sosok pria yang sangat ideal untuk menjadi pacarnya. Kecuali keterlambatannya itu.

Lima menit kemudian, pintu kafe berdenting. Menandakan adanya pengunjung yang datang. Yasmine menoleh dan mendapati Rio sedang melambaikan tangan di ujung sana. Yasmine tersenyum. Ikut melambaikan tangan.

"Hai!" Rio mendekatinya, memeluk Yasmine sebentar, lalu mengambil posisi duduk di depan wanita itu. "Maaf, aku terlambat. Jalanan macet!"

Yasmine mendesah. "Alasanmu klise, Rio."

Rio tertawa sumbang. "Kau sudah pesan makan?"

"Tidak, aku sudah makan sebelum datang ke sini!" Yasmine menggeleng. Rio mengangkat tangan untuk memanggil waiters dan memesan kopi hitam untuk dirinya sendiri.

Yasmine menyesap cappuccino-nya lagi saat waiters datang beberapa menit kemudian. Sejujurnya lidahnya sulit menerima jenis kopi selain cappucino. Di luar gerimis. Yasmine berdoa dalam hati semoga hari ini tidak hujan. Ia tidak suka suara gemuruh petir, kilat, dan basah. Entah mengapa.

"Kau sibuk akhir-akhir ini?"

Yasmine yang tadinya sibuk dengan pikirannya sendiri menoleh ke arah Rio. Pria itu tersenyum, seperti biasa. Terkadang, Yasmine bingung, bagaimana mungkin Rio mau menunggunya dan sabar menghadapinya. Padahal...

"Eh, tidak. Kenapa?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya takut mengganggumu kalau kau sibuk dengan mengajakmu keluar hari ini. Kudengar besok kau sudah mulai bekerja di perusahaan barumu. Jadi aku khawatir kau merasa terbebani."

Selain menjadi tipikal pria yang ideal, Rio juga sangat pengertian. Mereka sudah berpacaran selama beberapa tahun, dan tidak pernah Yasmine melihat Rio marah. Pria itu lebih banyak merasa tidak enak pada Yasmine untuk banyak hal. Seperti saat ini misalnya.

"Rio. Apa yang kau bicarakan? Aku sama sekali tidak merasa keberatan. Akhir-akhir ini aku memang sibuk. Aku jadi sedikit sulit menghubungimu. Tapi aku sama sekali tidak berniat begitu," jelas Yasmine. Besok dirinya memang mulai bekerja pada sebuah perusahaan properti di Jakarta sebagai seorang sekretaris. Tapi tentu saja hal itu tidak membuatnya merasa kalau ia terganggu dengan Rio seperti yang pria itu katakan tadi."

"Kalau begitu, apa kau ingat hari apa ini?"

Yasmine menggeleng. "Sepertinya hari ini bukan hari ulang tahun Pablo," Yasmine menyebut nama kucing kesayangan Rio yang lahir di bulan Januari bukan Desember seperti sekarang ini. "Seingatku kau tidak berulang tahun, dan aku tidak melewatkan apapun."

"Tapi hari ini adalah tanggal perayaan anniversary kita tepat yang ke tiga tahun."

Deg! Yasmine mengangkat kepalanya. Matanya langsung menatap ke manik mata Rio yang gelap di hadapannya. Pria itu tersenyum. Tapi Yasmine tahu Rio tidak benar-benar tersenyum. Perlahan ada perasaan bersalah yang teramat sangat mendadak menggelayuti hatinya. "Oh, Rio... A-aku..." Kesulitan bicara, Yasmine hanya menggerak-gerakkan tangannya.

"Kau lupa? Sekarang tanggal 20 Desember!"

Ya. Yasmine tidak ingat sama sekali. Yasmine memang pelupa. Tapi ia tidak menyangka kalau dirinya akan sekejam itu dengan melupakan hari penting ini. "Rio, maafkan aku. Aku salah. Aku... Aku tidak ingat sama sekali."

"Tidak apa-apa, Yash," Rio meraih tangannya. Menggenggamnya pelan. "Aku tahu kau sangat sibuk. Aku harus maklum."

"Maafkan aku, Rio. Aku benar-benar payah," Yasmine merasa air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Hsssh. Kenapa kau menangis? Aku tidak marah padamu. Aku hanya mengingatkanmu, Yash."

"Aku menangis karena..."

Karena kau sudah begitu baik, karena sudah mencintaiku sebesar itu, dan karena pada detik ini pun aku masih belum bisa membalasnya.

"...karena aku melupakan hari ini, Rio. Maafkan aku. Kau berhak marah."

Rio tersenyum. "Tidak, Yasmine. Aku tidak akan marah padamu. Aku sudah senang kau bertemu denganku. Aku tidak marah."

Yasmine mengusap air matanya. "Kau tidak marah? Benar-benar tidak marah?" tanya Yasmine.

"Tidak!" Rio menggelengkan kepalanya. "Meskipun ya, pada awalnya aku memang sangat bersemangat datang ke kafe dengan harapan kau akan mengingat hari spesial kita. Tapi kalau kau tidak ingat apapun, aku tidak bisa marah."

"Rio... Maaf..."

Rio mengangguk. "Lupa itu hal yang wajar. Aku tidak masalah."

Tangisan Yasmine berubah menjadi senggukan. Wanita itu terisak-isak. Ia merasa sangat bersalah. Rio memeluknya. "Aku tahu ini bukan saat yang tepat," seru Rio kemudian. Pria itu mengeluarkan sesuatu dari dari balik jaketnya. "Mungkin ini terlalu tergesa-gesa. Tapi aku ingin memberikan ini." Rio mengulurkan kotak dalam tangan Yasmine.

Yasmine menatap kotak yang dengan mudah bisa ditebak apa itu isinya. Cincin. "Rio... Ini..."

"Aku tahu masih ada jarak dalam hatimu untuk aku meskipun kita sudah lama menjalin hubungan. Aku hanya ingin merubah arah hatimu, Yash."

Seandainya aku pun bisa mengubahnya...

Air mata Yasmine tumpah saat Rio memasangkan cincin mungil itu pada jari manis kanannya. Yasmine merasa ada satu beban berat karena entah mengapa hatinya tidak bisa bahagia meskipun Rio sudah di sampingnya. "Rio, aku..."

"Aku tidak butuh jawaban sekarang," Rio tersenyum. "Jangan membuat pernyataanku sebagai sebuah beban. Aku hanya ingin kau mengetahui apa yang aku ingin katakan padamu."

Yasmine menatap cincin mungil tersebut. Mengelusnya perlahan. Wanita itu menenggelamkan dirinya pada bahu Rio. Menangis pelan di sana. "Terima kasih, Rio. Karena sudah mencintaiku sedemikian besar. Terima kasih..." itu yang Yasmine katakan untuk mewakili perasaannya.

Hujan mulai turun, dan Yasmine menangis dalam pelukan Rio.

Seandainya aku mampu mengubah arah hatiku, mungkin semuanya tidak akan sesakit ini.

Seandainya aku bisa mengabaikan apa yang tertulis dalam hatiku, mungkin segalanya akan lebih mudah.

***

^^^Bab ini kupersembahkan untukmu,^^^

^^^yang dalam lelah tetap mendukungku.^^^

^^^IG : @_yuanitaaw^^^

Episodes
1 Prologue
2 |Bagian 1|
3 |Bagian 2|
4 |Bagian 3|
5 |Bagian 4|
6 |Bagian 5|
7 |Bagian 6|
8 |Bagian 7|
9 |Bagian 8|
10 |Bagian 9|
11 |Bagian 10|
12 |Bagian 11|
13 |Bagian 12|
14 |Bagian 13|
15 |Bagian 14|
16 |Bagian 15|
17 |Bagian 16|
18 |Bagian 17|
19 |Bagian 18|
20 Pengumuman dan Giveaway
21 |Bagian 19|
22 |Bagian 20|
23 |Bagian 21|
24 |Bagian 22|
25 |Bagian 23|
26 |Bagian 24|
27 |Bagian 25|
28 |Bagian 26|
29 |Bagian 27|
30 |Bagian 28|
31 |Bagian 29|
32 |Bagian 30|
33 |Bagian 31|
34 |Bagian 32|
35 |Bagian 33|
36 |Bagian 34|
37 |Bagian 35|
38 |Bagian 36|
39 |Bagian 37|
40 |Bagian 38|
41 |Bagian 39|
42 |Bagian 40|
43 |Bagian 41|
44 |Bagian 42|
45 |Bagian 43|
46 |Bagian 44|
47 |Bagian 44|
48 |Bagian 45|
49 |Bagian 46|
50 |Bagian 47|
51 |Bagian 48|
52 |Bagian 49|
53 |Bagian 50|
54 |Bagian 51|
55 |Bagian 52|
56 |Bagian 53|
57 |Bagian 54|
58 |Bagian 55|
59 |Bagian 56|
60 |Bagian 57|
61 |Bagian 58|
62 |Bagian 59|
63 |Bagian 60|
64 |Bagian 61|
65 |Bagian 62|
66 |Bagian 63|
67 |Bagian 64|
68 |Bagian 65|
69 |Bagian 66|
70 |Bagian 67|
71 |Bagian 68|
72 |Bagian 69|
73 |Bagian 70|
74 |Bagian 71|
75 |Bagian 72|
76 |Bagian 73|
77 |Bagian 74|
78 |Bagian 75|
79 |Bagian 76|
80 |Bagian 77|
81 |Bagian 78|
82 |Bagian 79|
83 |Bagian 80|
84 |Bagian 81|
85 |Bagian 82|
86 |Bagian 83|
87 |Bagian 84|
88 |Bagian 85|
89 |Bagian 87|
90 |Bagian 88|
91 |Bagian 89|
92 |Bagian 90|
93 |Bagian 91|
94 |Bagian 92|
95 |Bagian 93|
96 |Bagian 94|
97 |Bagian 95|
98 |Bagian 96|
99 |Bagian 97|
100 |Bagian 98|
101 |Bagian 99|
102 |Bagian 100|
103 |Bagian 101+ 102|
104 S.2 | Bagian 103 |
105 S.2 | Bagian 104 |
106 EPILOGUE
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Prologue
2
|Bagian 1|
3
|Bagian 2|
4
|Bagian 3|
5
|Bagian 4|
6
|Bagian 5|
7
|Bagian 6|
8
|Bagian 7|
9
|Bagian 8|
10
|Bagian 9|
11
|Bagian 10|
12
|Bagian 11|
13
|Bagian 12|
14
|Bagian 13|
15
|Bagian 14|
16
|Bagian 15|
17
|Bagian 16|
18
|Bagian 17|
19
|Bagian 18|
20
Pengumuman dan Giveaway
21
|Bagian 19|
22
|Bagian 20|
23
|Bagian 21|
24
|Bagian 22|
25
|Bagian 23|
26
|Bagian 24|
27
|Bagian 25|
28
|Bagian 26|
29
|Bagian 27|
30
|Bagian 28|
31
|Bagian 29|
32
|Bagian 30|
33
|Bagian 31|
34
|Bagian 32|
35
|Bagian 33|
36
|Bagian 34|
37
|Bagian 35|
38
|Bagian 36|
39
|Bagian 37|
40
|Bagian 38|
41
|Bagian 39|
42
|Bagian 40|
43
|Bagian 41|
44
|Bagian 42|
45
|Bagian 43|
46
|Bagian 44|
47
|Bagian 44|
48
|Bagian 45|
49
|Bagian 46|
50
|Bagian 47|
51
|Bagian 48|
52
|Bagian 49|
53
|Bagian 50|
54
|Bagian 51|
55
|Bagian 52|
56
|Bagian 53|
57
|Bagian 54|
58
|Bagian 55|
59
|Bagian 56|
60
|Bagian 57|
61
|Bagian 58|
62
|Bagian 59|
63
|Bagian 60|
64
|Bagian 61|
65
|Bagian 62|
66
|Bagian 63|
67
|Bagian 64|
68
|Bagian 65|
69
|Bagian 66|
70
|Bagian 67|
71
|Bagian 68|
72
|Bagian 69|
73
|Bagian 70|
74
|Bagian 71|
75
|Bagian 72|
76
|Bagian 73|
77
|Bagian 74|
78
|Bagian 75|
79
|Bagian 76|
80
|Bagian 77|
81
|Bagian 78|
82
|Bagian 79|
83
|Bagian 80|
84
|Bagian 81|
85
|Bagian 82|
86
|Bagian 83|
87
|Bagian 84|
88
|Bagian 85|
89
|Bagian 87|
90
|Bagian 88|
91
|Bagian 89|
92
|Bagian 90|
93
|Bagian 91|
94
|Bagian 92|
95
|Bagian 93|
96
|Bagian 94|
97
|Bagian 95|
98
|Bagian 96|
99
|Bagian 97|
100
|Bagian 98|
101
|Bagian 99|
102
|Bagian 100|
103
|Bagian 101+ 102|
104
S.2 | Bagian 103 |
105
S.2 | Bagian 104 |
106
EPILOGUE

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!