Ahhhh Syaha kesiangan.. bisa-bisanya dia lupa menyetel alarm. Bodoh bodoh, runtu Syaha dalam hati. Karena Syaha sadar kalau telat makanya dia langsung inisiatif menelpon Malaika Ratnasari teman kantornya untuk mengijinkan telat. Jelas-jelas ini telat, sekarang pukul 08.30 WIB padahal jam masuk kantor adalah pukul 08.00 WIB tepat.
“Halo Mal.. aku masih terjebak macet, tolong ijinkan ke Mas Seto ya..” Rengek Syaha pada Mala.
“Okay.. okay.. hati-hati dijalan..” Jawab Mala.
Fiuh.. syukurlah, bisa mati dipotong gaji jika Syaha ketahuan sengaja telat. Tapi ini memang jelas tidak disengaja sobat. Tapi bangun kesiangan lebih tidak logis jika dijadikan alasan. Bisa-bisa Syaha di ceramahi lima SKS sama Mas Seto kepala divisinya jika telat karena bangun kesiangan.
Lima belas menit kemudian Syaha sudah sampai dikantor, nafasnya terengah-engah. Dengan segenap kekuatan bulan, eh.. dengan segenap kekuatannya Syaha masuk ke dalam ruangan divisi dan langsung berlari menuju meja kemudian secepat kilat membuka komputer dan langsung memencet tombol print untuk mencetak draft revisi miliknya kemarin.
“Sya.. “ Panggil Mala. “Sudah sampai?” Lanjutnya.
“Baru saja.. aku baru mau ngasih draft revisiku ke Mas Seto..” Jawab Syaha dengan nafas yang belum teratur.
“Tenang dulu.. atur dulu nafasmu, rapikan penampilanmu.. kucel gitu..” Mala memandangi penampilan Syaha yang sungguh mengenaskan. Rambut acak-acakan dan keringat bercucuran di pelipis.
“Aku lari tau ga dari halte kesini, bagaimana aku tidak berantakan..” Jelas Syaha sambil merapikan penampilannya.
“Tadi ketika kamu telpon kami semua sedang ada upacara penyambutan CEO baru loh Sya..” Mala menimpali perkataan Syaha.
“Apa? Kok ga ada kabar apa-apa sih di grup WA? Tahu gitu kan aku berangkat lebih pagi, mana aku tahu jika hari ini tuh Jakarta macet banget..” Kelit Syaha sedikit berbohong pada Mala. What? Penyambutan CEO baru.. wah Syaha kelewatan nih. Padahal Syaha juga penasaran dengan wajah CEO baru itu yang katanya bisa melehkan hati para wanita dalam waktu tiga detik saja. Impossible.
“Orang dia memang sengaja ga bilang-bilang mau kemari kok Sya kita aja kaget pagi-pagi disuruh kumpul di Lobby.. tau ga Sya.. orangnya ganteng banget loh Sya.. masih muda, kaya, dan sukses.. aku dengar dia baru 30 tahun loh Sya.. keren banget kan..” Mala nyerocos panjang lebar yang tidak Syaha hiraukan sama sekali, karena dia masih berkutat dengan acara print-ngeprint draft rvisian, kalau tidak segera diserahkan sekarang bisa digantung sama atasan diktatornya, Mas Seto.
“Ya ya ya.. sayang aku tidak melihatnya langsung ya Mal..” Syaha pura-pura kecewa biar Mala seneng deh.
“Mal aku tinggal ke Mas Seto dulu ya.. mau ngasih draft revisi..” Pamit Syaha pada Mala.
“Eh tunggu Sya.. tadi Pak CEO baru bilang kamu suruh nyerahin langsung ke ruangannya..”
“What?” Teriak Syaha. “The Hell” Lanjutnya dalam hati.
“Iya tadi dia tahu kamu belum datang terus dia nyuruh kami untuk menyampaikan padamu..” Jelas Mala. “Apa kamu kenal Pak CEO baru itu Sya?” Tanya Mala.
“Tidak.. aku aja belum pernah ketemu dengannya..” Jawab Syaha singkat. Bodo amat, pikirnya.
“Tapi kok dia tahu namamu ya, Aisyaha.. ga banyak orang pangil nama depanmu lengkap loh..” Mala mengutarakan rasa penasarannya.
“Ah bodoh amat Mal.. kenal atau tidak kenal aku juga tetap jadi staff bukan jadi Nyonya Lucas atau istri CEO baru itu...” Racau Syaha sembarangan.
“Hahahahah.. Syaha kau dasar... sana keruang CEO baru.. minta maaf biar ga dipecat..”
“Baiklah...” Dengan malasnya Syaha menyeret kakinya menuju lift.
Syaha memencet tombol lantai sepuluh yang artinya ruang CEO. Kantor ini hanya memiliki sepuluh lantai dan ruang kerjanya ada di lantai 5. Setiap lantai berisi divisi masing-masing. Memang kantor ini sederhana tapi fasilitasnya coy.. mantap surantaplah ya.. bahkan kamar mandinya saja berAC coba.. nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan coba! Selain gajinya besar, Syaha betah kerja disini karena antar pekerja tidak ada kompetitif, yang ada semua karyawan dituntut untuk kerjasama dan kerja keras. Sudah lima tahun Syaha kerja di Lucas Company, dimulai dari tahun 2014 dan sekarang sudah 2019. Duh kok Syaha jadi inget tahun 2014 sialan itu sih.. jadi mengingatkan mantan terindah dulu pas di Venice, mantan yang ninggalin Syaha pas dia lagi sayang-sayangnya.
Ting
Suara lift berbunyi artinya sudah sampai ke lantai sepuluh.
Dengan gontai Syaha berjalan menuju meja sekretaris.
“Mbak Ira, katanya CEO baru itu mencariku..” Tanya Syaha pada Ira Ayuni Putri, salah satu sekretaris CEO.
“Iya Sya.. Tuan Muda Lucas sudah menunggumu daritadi.. masuklah..” Jawab Mbak Ira seraya mengantar Syaha masuk.
“Persimi Tuan, ini Nona Syaha sudah datang..” Ucap Mbak Ira lirih. Syaha mencoba mencuri pandang ke arah depan tapi wajah CEO itu tidak terlihat. Sepertinya dia sedang menghadap ke jendela.
CEO baru itu tidak menjawab sama sekali ucapan Mbak Ira, hanya dengan lambaian tangan saja yang Syaha lihat.
“Sya.. masuklah, Tuan menyuruhmu masuk..” Titah Mbak Ira kemudian pergi meninggalkan Syaha dan tidak lupa menutup pintu.
Kok Syaha jadi merinding gini ya, berdua saja dengan bos diruangannya. Apa Syaha akan dipecat karena terlambat tadi pagi? Oh Tuhan aku mohon jangan, pinta Syaha dalam hati.
“Ehem ehem.. selamat pagi Tuan.. aku dengar anda menacari saya..” Syaha membuka suara. Dia tampilkan suara dan senyuman paling manis yang dia punya padahal sebenarnya Syaha gugup setengah mati loh coy..
“Ais...”
Glek
Mata Syaha menatap lurus pada sosok laki-laki yang baru saja memutar kursinya dan sekarang dia bisa melihat jelas wajahnya.
“Mas Ray..” Ucap Syaha spontan, sontak saja Syaha menutup mulutnya. Sumpah ini refleks.
Jadi.. jadi.. jadi.. CEO baru itu adalah Ray. Bagaimana mungkin.. Syaha kalut. Hatinya pilu. Seketika pikirannya melayang pada peristiwa lima tahun lalu di Venice, Italia.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Vita Liana
udah beberapa tahun ,, nemu lagi ceritanya 😍😂
2023-08-30
0
Nilna Isadah
jangan bilang mantannya
2022-06-29
0
pinna
Sqwerty retuyiop yang tidak masuk akal karena pak Harto
2021-12-16
0