bab 4

Setelah puas menangis, aku tetap memeluk ibuku. Keheningan yang ada sepanjang sore ini. Kalau kalian bertanya dimana ayahku ? Kenapa tidak perduli kalau ibuku sakit ? Aku tidak dapat menjawabnya, karena aku malas sekali bertanya pada ayahku. Kenapa tidak datang membesuk ibuku. ? Kenapa tidak pernah tanya ibu sakit apa. ? Ayah hanya datang seminggu sekali karena lebih memilih tinggal dengan istri barunya. Walaupun aku satu kantor dengan ayah tapi kami juga jarang bertemu. Aku juga malas menemuinya. Sore hari aku pulang. Ayah malam sampai pagi. Mungkin itu alibi yang paling tepat kenapa aku dan ayah jarang bertemu.

HP ku berbunyi terdengar tanda panggilan masuk. Aku meraih HP di nakas sebelah ranjang rumah sakit ini. Aku langsung beranjak meninggalkan ibuku melangkah keluar kamar, karena melihat nama panggilan. Kalian tentu dapat menebak dari siapa panggilan masuk di HP ku............... ya dari mas Ravi.

" Assalamualaikum," salam ku pada mas Ravi memulai pembicaraan.

" Waalaikumsalam. Bagaimana keadaan ibu Rin ? " tanya mas Ravi

" Masih tetap mas, tidak ada perubahan."

" Yang sabar ya."

" Iya mas terima kasih banyak atas perhatian mas Ravi."

" Rin.............kalau butuh dana aku bisa bantu semampuku. Arin jangan malu - malu. Aku mengganggap ibumu seperti ibuku."

" Benarkah mas Ravi menganggap ibu seperti ibu mas sendiri ? " tanya ku ragu pada mas Ravi.

" Iya Rin aku bersungguh - sungguh," jawabnya tegas menenangkan perasaanku.

" Mas, ibu kuatir dengan masa depanku. Aku harus bagaimana ?"

" Kuatir apa maksud ibu, Rin," terdengar kepanikan dari suara mas Ravi.

" Mas Ravi..............Apakah boleh aku memperkenalkan mas pada ibuku sebagai pacarku ? Itu yang ibu khawatirkan tentang masa depanku. Arin belum punya pasangan, " dengan penuh harap dan air mataku sudah membasahi kedua pipiku

" Jangan dulu Rin....................Aku belum siap," nada yang sumbang mas Ravi membalas permintaanku.

" Aku mohon mas,................. Mas Ravi mau aku perkenalkan pada ibu," Aku menyandarkan badanku di dinding, menunggu jawaban dari mas Ravi

Tidak ada jawaban dari mas Ravi.......

" Aku mohon mas.....," pintaku lagi. Aku meletakkan dasar - dasar nilai maluku entah dimana. Sehingga aku mampu mengatakan itu semua pada mas Ravi.

Belum ada jawaban dari mas Ravi tapi sambungan telepon tetap aktif. Tidak terasa air mataku jatuh lagi membasahi pipiku yang memang sudah basah.

Hari ini tugas kelenjar lakrimalisku sangat berat. Mulai pagi sampai sore hari ini terus saja harus bekerja lembur, memproduksi air mata . Duxtus kecilku yang malang. Aku sangat menghargai kerja rodi mu yang mengalirkan air mataku ke permukaan bola mataku sampai jatuh di pipiku.

" Mas Ravi tolong.......... Bukankah mas bilang menganggap ibuku seperti ibu mas. Ibuku sedang sakit mas."

Mas Ravi tetap tidak menjawab, hanya tarikan suara yang berat aku dengar dengan jelas.

" Mas.........tolong sekali ini saja, kalau mas mau kita berpisah aku tidak apa - apa. Tapi tolong............ mas mau aku kenalkan pada ibuku," seakan aku ingin berteriak pada mas Ravi, laki - laki yang aku cintai. Memaksanya, membawanya dihadapan ibuku.

" Iya baiklah aku mau, tolong sambungkan pada ibu," jawaban mas Ravi membuat aku senang. Setengah berlari aku menghampiri ibu yang memang sudah terjaga dari tidur beliau ketika ada suara telepon tadi.

" Ibu...... Ini mas Ravi temanku ingin bicara pada ibu, boleh ? tanyaku pada ibu, ketika aku sudah dekat dengan ibu dan duduk di samping beliau. Aku memberikan HP ku dan langsung disambut dengan tangan lemahnya. Menempelkan HP pada daun telinga beliau dengan mata yang berbinar - binar.

Aku merasa perasaan ibu antara terharu dan bahagia, aku dapat melihatnya dengan sangat jelas. Tangan yang satunya memegang HP dan satunya lagi menggenggam tanganku. Aku menganggukkan kepala memberi isyarat pada ibu kalau mas Ravi adalah calon menantunya.

" Assalamualaikum ibu, saya Raviantaka,"

terdengar dengan jelas suara mas Ravi sangat berwibawa dan dengan intonasi yang lembut.

" Maaf ibu......Baru kali ini saya bertegur sapa dengan ibu............. Tolong maafkan saya,"

suara merendah Mas Ravi membuat ibu semakin terharu.

Ibuku sangat gugup dengan keadaan ini. Beliau hanya mampu berkata, " Iyaa........ iya nak."

" Saya masih di luar kota ibu, Insha Allah Minggu ini sudah kembali," sambung mas Ravi lagi, berusaha memperkenalkan diri dan keadaannya.

" Iya tidak apa - apa nak. Tolong jaga Arin untuk ibu ! Tolong ya nak ! Ibu sangat berterima kasih banyak kalau nak Ravi mau menjaga Arin," Ibu berkata dengan memandangku dan mengeraskan pegangan tangannya. Sementara air mata ibu dan air mataku tetap berjatuhan, seperti hujan deras pada bulan Januari. Dipuncak - puncaknya musim hujan.

" Iya ibu saya akan menjaga Arin. Ibu harus sehat ya agar kita bisa bertemu," kalimat - kalimat yang dilontarkan mas Ravi seakan menjadi obat untuk ibuku dalam sakitnya.

Untukku sendiri seakan menjadi gubuk ditengah sawah. Tempat aku beristirahat dalam kerja kerasku selama hari ini. Seakan menjadi batu untuk aku berpijak, saat aku berjalan diatas tanah berlumpur. Seakan menjadi air saat aku sangat dahaga. Mudah - mudahan ini awal yang baik untuk hubunganku dengan mas Ravi.

Aku dan ibuku berpelukan sangat erat. Kembali tangisan diantara kami membuncah dengan kerasnya. Seakan dalam server yang sama aku dan ibuku menangis dengan suara yang keras. Kami seakan lupa kalau kamar sebelah juga sakit karena perasaan yang senang.

Aku bercerita pada ibu tentang hubunganku dengan mas Ravi. Mulai dari awal kami bertemu sampai tujuh tahun kami membina hubungan. Aku bercerita pada ibuku tentang pribadi mas Ravi. Mas Ravi orangnya baik dan pengertian. Yach ............ aku bercerita tentang laki - laki yang aku cintai, seperti apa yang aku inginkan. Rasanya aku juga ingin bercerita pada semua orang kalau aku punya mas Ravi. Mas Ravi yang selama ini menemaniku. Ibuku sangat bahagia mendengarkan ceritaku.

Dua hari setelah mas Ravi memperkenalkan dirinya. Setiap hari mas Ravi menelepon aku dan ibuku. Sekedar bercerita tentang pekerjaannya ataupun menanyakan keadaan ibuku.

Keadaan ibuku sudah membaik. Aku, kakakku dan adikku sangat senang mendengar kabar kalau ibu diperbolehkan untuk pulang.

Kami memang berjaga bergantian. Membagi tugas. Kakakku yang pertama membereskan rumah dan memasak untuk mengirim makanan di rumah sakit. Adikku yang saat itu mempunyai bayi tidak dapat berbuat banyak. Sementara kakak laki - laki ku tidak dapat pulang ke Jawa karena pekerjaannya juga berat.

Setelah dua minggu merawat ibu dan tidak bekerja. Pagi ini aku melakukan aktivitasku seperti semula. Kakak perempuanku pulang ke rumah suaminya yang agak jauh dari rumah kami. Kakak tinggal di kecamatan yang berbeda dengan rumahku. Memakan waktu hampir dua jam perjalanan untuk sampai kerumahnya.

" Bagaimana mbak, ibu sudah sehat," ? tanya Henry menyapaku ketika aku sampai di kantor.

" Iya Alhamdulillah sudah sehat. Sekarang masa pemulihan saja," jawabku sambil tetap memijit keyboard komputer.

" Nanti kalau sudah selesai, mbak cepat pulang ! Kasian ibu sendirian," perintah Henry padaku

" Tidak apa apa kok, ada Jhoji pulang sekolah bisa jaga ibu," aku menolak dengan halus tawaran dari Henry karena tidak enak sudah dua minggu tidak bekerja.

" Tidak apa - apa mbak, aku juga punya ibu. tahu rasanya merawat ibu. Tentang pekerjaan kan ada aku sama Dita, mbak " sambungnya lagi memberi penjelasan.

Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepalaku tanda setuju dengan tawaran Henry pemilik usaha tempat aku bekerja.

Bersambung.....,........

Mohon dukungan, semangat dan like Yach.........

Episodes
1 Bab 1 perkenalan tokoh
2 Bab 2
3 bab 3
4 bab 4
5 bab 5
6 bab 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 Bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 bab 34
35 bab 35
36 bab 36
37 bab 37
38 bab 38
39 bab 39
40 bab 40
41 bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Kisah - kisah di balik layar yang seharusnya ada di paragraf.
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Episode Spesial 1
117 Episode Spesial 2
118 Episode Spesial 3
119 Episode Spesial 4
120 Episode Spesial 6
121 Episode Spesial 5
122 Episode Spesial 6
123 Episode Spesial 7
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Bab 1 perkenalan tokoh
2
Bab 2
3
bab 3
4
bab 4
5
bab 5
6
bab 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
Bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
bab 34
35
bab 35
36
bab 36
37
bab 37
38
bab 38
39
bab 39
40
bab 40
41
bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Kisah - kisah di balik layar yang seharusnya ada di paragraf.
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Episode Spesial 1
117
Episode Spesial 2
118
Episode Spesial 3
119
Episode Spesial 4
120
Episode Spesial 6
121
Episode Spesial 5
122
Episode Spesial 6
123
Episode Spesial 7

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!