bab 5

( Aku nanti ke rumahmu untuk besuk ibu )

Berkali - kali aku membaca pesan Wastapp dari mas Ravi. Aku tidak bermimpi kan ? Aku tidak berkhayal kan ? Karena senangnya aku sampai lupa membalas pesan mas Ravi.

Mas Ravi

( Kenapa cuma di baca. )

Aku

( Iya mas maaf. Iya mas Arin tunggu )

Mas Ravi

( Ibu sukanya apa Rin? Aku ingin bawa buah tangan untuk ibu )

Aku

( Tidak usah repot- repot mas. Ibu masih makan bubur )

Mas Ravi

( Ok. Nanti pulang kerja aku langsung ke rumahmu. )

Seperti mimpi mas Ravi mau ke rumahku. Ini pertama kalinya mas Ravi ke rumahku. Walaupun kami sudah bersama tujuh tahun bersama, tapi kami selalu bertemu di luar.

Ketika aku memberi tahukan ibuku, kalau mas Ravi akan ke rumah ibu sangat senang.

Sore hari sesuai janjinya mas Ravi datang ke rumah. Menggenakan kemeja putih lengan panjang dan celana jeans membuat mas Ravi sangat tampan. Aku duduk bersebrangan dengan mas Ravi sementara ibu diantara kami berdua. Meja ruang tamu di rumahku hanya meja tua. Terdiri dari empat kursi dan satu meja bundar peninggalan nenekku.

Mas Ravi tampak canggung bertamu ke rumahku, karena ini pertama kalinya mas Ravi datang ke rumah. Tidak banyak yang kami bicarakan. Mas Ravi memperkenalkan dirinya. Pekerjaannya dan asalnya.

" Tolong jaga Arin ya nak, ibu sudah tua. Terima kasih sudah jenguk ibu nak...," begitu permintaan ibu ketika mas Ravi pamit pulang.

" Iya ibu. Insha Allah saya akan selalu menjaga Arin sampai kapanpun," suara santun mas Ravi membuat ibu tersenyum. Mencium punggung tangan ibuku, kemudian berjalan mundur. Sampai pagar baru mas Ravi melangkah menuju mobilnya yang terparkir di sebrang jalan.

Sejak mas Ravi bertemu dengan ibu Hubungan kami menjadi sangat baik. Tidak jarang mas Ravi sering ke rumah menjenguk ibu. Walaupun aku sedang bekerja. Aku sangat bersyukur mas Ravi ternyata mau terbuka dengan hubungan kami.

Tidak terasa dua bulan sudah berlalu. Keadaan kesehatan ibu walau terlihat sehat tapi masih lemas. Apa yang beliau makan selalu kembali karena lambungnya sudah tidak bisa menerima makanan. Seperti hari ini walau tidak diopname tetapi ibu terbaring di ranjang. Ketika aku berkerja, adikku yang merawat ibu. Tak jarang aku melibatkan Jhoji keponakanku untuk merawat ibu.

Notif di hp ku berbunyi tanda ada wa masuk. Aku membaca ternyata dari mas Ravi.

Mas Ravi

( Maaf aku tidak sempat ke rumahmu hari ini. Mendadak ibuku sakit, aku pulang dulu. )

Aku

( Iya mas hati - hati. Salam buat ibu mas )

Mas Ravi

( Aku agak lama karena sekalian aku ambil cuti tahunan. Selama dua belas hari aku di rumah ibu. Kamu baik - baik ya jaga ibu )

Aku

( Iya mas siap )

Mas Ravi

( Aku setir mobil sendiri. Doakan aku Yach )

Aku

( Iya mas. Kalau mas Capek, mas istirahat dulu )

Setelah memasukkan hp ke tas, aku segera mengemasi barang di meja kantorku. Sekarang sudah menunjukkan pukul empat sore, sudah waktunya pulang.

Aku lihat Dita tersenyum dan melambaikan tangan padaku.

" Mbak aku pulang dulu yach. Sudah di jemput nich sama Rian," pamit Dita padaku dengan riang.

" Yach, hati - hati, " jawabku dengan tersenyum pada Dita.

Ketika aku hendak melangkahkan kaki. Henry menepuk pundak ku." Pulang sama aku mbak...... ? Aku lihat tadi mbak Arin gak bawa motor,"

" Boleh..........Aku terima daripada naik gojek bayar...." jawabku sambil terkekeh.

" Waaaah sungguh - sungguh menerapkan prinsip ekonomi, " gurau Henry ikut tertawa.

" Tapi tidak ada yang marah kan ?" tanyaku kepo pada Henry.

Henry semakin tertawa lebar. Matanya juga menyipit ikut seakan ikut tertawa. " Kalau ada ya pasti dari kemarin - kemarin mbak," jawabnya santai sambil melangkah melewati aku yang berjalan tertinggal darinya.

Aku hanya mengangguk - anggukkan kepalaku dengan berjalan mengikutinya dari belakang menuju tempat parkir.

" Kita cari makan dulu mbak ? tanya Henry ketika di dalam mobil

" Tidak, masih sore buat makan malam," tolakku halus pada tawaran Henry.

" Dibungkus kan bisa untuk makan nanti malam," saran Henry dengan menoleh ke arahku.

Aku hanya mengiyakan saja perkataanya. Entahlah perasaanku tidak enak. Aku sendiri tidak tahu karena apa ? Jantungku berdetak dengan ritme seperti biasa tapi sangat kuat sampai terasa. Aku tidak tahu, ini perasaan apa tapi aku sangat gelisah ? Tampaknya hal ini disadari oleh Henry, dia beberapa kali menoleh padaku dengan mengerutkan keningnya.

" Mbak sakit ? sambil mengurangi laju mobilnya dia bertanya penuh kecemasan padaku.

Tetap dengan perasaan gelisah aku menjawab pertanyaan Henry.

" Tidak kok. Cuma perasaanku tidak enak itu saja, aku ingin cepat pulang."

" Iya mbak kita langsung pulang saja. Lain kali kita bisa makan bersama," Henry menoleh ke arahku lagi, tapi tetap awas dengan jalurnya.

Jarak dari tempat kerjaku dari rumah tidak terlalu jauh. Sekitar dua km saja. Tetapi di jam - jam pulang kantor seperti ini memang agak ramai di jalan.

Begitu sampai rumah, aku langsung menuju pembaringan ibu. Ternyata benar, ibu kembali sakit. Henry langsung menawarkan bantuannya untuk mengantar ibu ke rumah sakit. Aku dan adikku langsung menyetujui tawaran Henry.

" Ibu tidak bisa makan mbak, dari tadi muntah - muntah terus," cerita adikku ketika dalam perjalan ke rumah sakit. Aku tidak bisa berkata apa - apa aku hanya menggenggam tangan ibuku.

Kembali ibu masuk rumah sakit. Kembali ibu harus menjalani rawat inap. Agak lama di IGD, karena prosesnya yang aku kurang tahu entah kenapa, hingga aku tidak sadar sekarang sudah jam tujuh malam.

Henry datang dengan membawa dua bungkusan nasi. " Mbak Arin makan dulu sama adik mbak. Ini sudah waktunya makan malam. Aku sama Jhoji sudah makan,"

Aku kaget, karena jam enam sore Henry biasanya kembali ke toko untuk bekerja lagi.

" Kok Belum pulang ? Cepat pulang saya tidak apa - apa."

" Aku sudah telepon mama mbak. Besuk Mbak Arin tidak usah masuk kerja ! Jaga ibu saja ! Nanti masalah kantor aku dan Dita mbak,"

Saran Henry padaku

" T..........t........tapi.......,"

Belum selesai aku melanjutkan kalimatku Henry sudah memotongnya

" lain - lain gak usah dipikirkan dalam - dalam mbak. Nanti sakit."

Aku hanya terdiam menunduk. Benar kata Henry, aku hanya ingin fokus merawat ibuku dulu. Aku sangat beruntung Henry dan mamanya sangat baik padaku, walau sudah berapa kali aku ijin dan mereka tetap baik padaku.

" Aku keluar dulu ya mbak. Kasian Jhoji sendirian. " kata Henry membuyarkan lamunanku.

Setelah urusan di IGD selesai. Ibu sudah mendapatkan kamar, adikku dan Jhoji pulang. Hanya aku dan Henry yang menunggu ibu. Tidak begitu lama Henry pun pamit pulang ketika jam menunjukkan pukul sepuluh malam.

Bagiku Henry sahabat yang baik. Ketika kami menjaga ibu di IGD. Ternyata dengan cekatan Henry membelikan perlengkapan ku menginap di rumah sakit. Ada pasta gigi, handuk, sabun, sampai air mineral dan camilan dia belikan. Benar- benar pria yang baik, beruntung kelak yang akan menjadi istrinya.

Malam ini kembali aku tidur di rumah sakit menemani ibuku. Ibu yang masih lemah tertidur dengan sangat pulas membuat aku sedikit tenang. Tetapi kenapa masih saja ada perasaan yang mengganjal di hatiku ? Ya Allah perasaan apa ini ? Jantungku tetap saja berdebar - debar dan gelisah. Ya Alloh aku tidak tahu ini pertanda apa. Jika harus terjadi, hamba mohon kuatkan hamba menghadapi semua takdir yang engkau berikan.

Bersambung.........

Beri masukan kritik dan saran karena masih pemula. Jangan lupa like nya.

Episodes
1 Bab 1 perkenalan tokoh
2 Bab 2
3 bab 3
4 bab 4
5 bab 5
6 bab 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 Bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 bab 34
35 bab 35
36 bab 36
37 bab 37
38 bab 38
39 bab 39
40 bab 40
41 bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Kisah - kisah di balik layar yang seharusnya ada di paragraf.
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Episode Spesial 1
117 Episode Spesial 2
118 Episode Spesial 3
119 Episode Spesial 4
120 Episode Spesial 6
121 Episode Spesial 5
122 Episode Spesial 6
123 Episode Spesial 7
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Bab 1 perkenalan tokoh
2
Bab 2
3
bab 3
4
bab 4
5
bab 5
6
bab 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
Bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
bab 34
35
bab 35
36
bab 36
37
bab 37
38
bab 38
39
bab 39
40
bab 40
41
bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Kisah - kisah di balik layar yang seharusnya ada di paragraf.
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Episode Spesial 1
117
Episode Spesial 2
118
Episode Spesial 3
119
Episode Spesial 4
120
Episode Spesial 6
121
Episode Spesial 5
122
Episode Spesial 6
123
Episode Spesial 7

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!