bab 3

Semalam dan sampai pagi ini Mas Ravi tidak menghubungiku. Aku memakluminya, begitulah cara mas Ravi kalau kami sedang bertengkar atau ada masalah. Dia menghindar dan tidak menghubungiku. Setelah beberapa hari barulah menghubungiku seakan - akan tidak terjadi apa - apa.

Sekarang sudah jam sepuluh pagi. Aku sudah di toko tempat aku bekerja dari jam delapan tadi. Mencatat keluar masuknya barang dan menghitung barang.

Disinilah di tempat aku bekerja. Aku bertemu dengan Mas Ravi. Kantor Mas Ravi selalu membeli ATK di toko tempatku bekerja. Karena pembelian yang selalu banyak, jadi tidak melalui toko tapi langsung ke gudang di tempatku.

Aku ingat Mas Ravi datang ke tempatku. Sopir toko yang biasa mengantar barang ke kantor mas Ravi sakit. Mas Ravi tidak bisa menunggu lama dengan ATK yang dia pesan. Dia langsung mendatangi kami.

" Mbak barangnya sudah ready?" tanyanya waktu itu.

" Iya mas sudah. Cuma Pak Antok nya sakit jadi agak terlambat. "

" lni masih cari supir pengganti," aku berusaha menjelaskan duduk permasalahannya pada Mas Ravi waktu itu.

" Gak papa, Mbak. Sekalian saya bawa."

" Ini saya juga dari toko bangunan cek barang," Mas Ravi kembali mempertegas pernyataannya.

Dari pertemuan singkat itulah Mas Ravi meminta no HP ku. Komunikasi kami semakin sering. Mas Ravi sering mengirimkan pesan. Sekadar bertanya sudah makan belum ? Jangan angkat barang yang berat - berat karena aku perempuan. Kami sering bertemu sampai sekarang memasuki tujuh tahun kebersamaan kami.

Aku

( Assalamualaikum, Mas sudah sampai Bandung? )

Itulah kalimat yang aku tulis setelah berkali - kali. Mengetik, menghapus, mengetik lagi dan menghapus lagi. Mencari kalimat yang tepat dan topik yang sesuai dengan kondisi tegang antara aku dengan Mas Ravi.

Lama tidak mendapatkan balasan dari Mas Ravi membuat aku berusaha melupakan kalau aku mengirimkannya pesan.

Sampai sore hari pun Mas Ravi tidak menjawab pesanku. Aku hanya berpikir positif, mungkin mas Ravi masih sibuk dengan pekerjaannya.

Di rumah ini aku juga sibuk dengan kesehatan ibuku yang semakin memburuk. Kami memutuskan untuk membawa ibu ke UGD. Selama mas Ravi di luar kota, selama itu juga ibuku menjalani rawat inap di rumah sakit. Menjalani perawatan yang intensif. Ibu sakit maag akut. Begitu diagnosis dokter ketika memberitahukan kepada kami.

Aku

(Assalamualaikum..........)

( Mas ibuku sakit. )

Aku mengirim pesan pada mas Ravi. Sekitar sepuluh menit baru mas Ravi memberi jawaban.

Mas Ravi

( Sakit apa ? )

Aku

(Mag akut, mas. Ibu rawat jalan )

Mas Ravi

( Kamu juga harus banyak istirahat. Jaga pola makan karena menjaga orang sakit juga berat. )

Aku

( Iya Mas terima kasih banyak )

Aku tersenyum dengan balasan Mas Ravi yang sangat mendukungku. Selama ibu di rumah sakit aku izin berkerja. Bersyukur aku, pemilik toko tempat aku bekerja sangat baik. Beliau mengijinkan aku merawat ibu di rumah sakit.

Tanganku masih asik memainkan HP ketika ibu memanggil namaku dengan suara yang tertahan.

" Rin........Rin..........ke sini....."

" Iya Bu, " jawabku berjalan mendekati ibu. Aku duduk di sisi ranjang menghadapkan badanku pada ibu yang berbaring.

Ibu tersenyum dan meraih tanganku.

" Ibu punya empat anak. Ibu berat denganmu, Nak........."

Ibu tidak melanjutkan kata - katanya hanya air mata deras sebagai lanjutannya. Serta merta aku langsung merangkul ibuku, terbawa suasana ikut menangis juga.

" Ibu jangan bilang begitu. Arin sudah besar," terbata - bata dan tetap dalam posisi memeluk ibu. Menangis tanpa suara hanya air mata yang membasahi kedua pipiku.

" Ibu berat Rin........ Kamu yang jaga siapa Ayahmu seperti itu tidak bisa diharapkan. Kakak - kakak dan adikmu sudah menikah ibu tidak khawatir. Kamu yang kuat ya, Nak......," petuah beliau dengan suara lemah.

Aku hanya menangis dengan menggelengkan kepalaku. Berharap tidak terjadi apa - apa dengan ibuku. Jujur aku masih belum siap jika terjadi hal paling buruk sekalipun. Aku belum siap ya Tuhan....... Izinkan aku lebih lama lagi dengan ibuku.

Kembali dengan suara rendah ibu berkata, Carilah suami yang baik, Nak. Rezeki semua ada yang mengatur tapi kalau kita tidak usaha tetap tidak akan datang dengan sendirinya. "

Aku tetap memeluk ibuku dengan menangis sambil membelai rambut ibuku yang sudah jauh dari kata hitam.

" Arin..... kalau kau punya pasangan, Arin akan tegar. Arin mau ya cari pasangan hidup," Ibuku kembali berkata lirih.

"Ibu mohon, Nak. Jangan bekerja terus. Perasaan kasih sayang kita nanti akan dicurahkan ke siapa?" nasihat ibu lagi tetap dengan uraian air mata yang tak kunjung berhenti.

Keluh lidahku. Ingin aku bercerita pada ibu, kalau aku mempunyai teman yang selama ini mengisi hari - hariku selama tujuh tahun. Ingin rasanya aku berkata dengan bangga kepada ibuku. Memperkenalkan Mas Ravi kekasihku. Bercerita kalau Mas Ravi pria yang baik. Tetapi entah kenapa aku lebih memilih diam. Lebih memilih memeluk ibuku dari pada harus bercerita tentang Mas Ravi. Aku tetap memegang janjiku pada Mas Ravi. Tidak mengatakan atau bercerita pada siapapun tentang hubungan kami.

Ibu terus saja menangis tersedu - sedu dan menatap iba padaku. Mungkin ibu merasa kasihan padaku karena keadaanku. Sejujurnya aku juga kasihan pada ibuku. Tentu beliau sangat menderita memikirkan tentang masa depanku yang juga belum bertemu dengan jodoh. Bahkan teman lelaki pun aku tidak punya. Hanya Henry yang akhir-akhir ini sering ke rumah. Itu pun karena Henry kepala gudang di tempatku. Anak pemilik tempat aku bekerja. Usianya sepuluh tahun di bawahku. Ibuku dengan jelas dapat melihat kami hanya berteman saja. Karena itulah ibu tetap cemas dengan keadaanku.

" Rin.......apa kamu kuat menjalani semua sendiri?" kata - kata ibuku seakan menjadi cambuk di hatiku. Pertanyaan yang ternyata membuat aku takut. Jika benar - benar itu terjadi bagaimana dengan diriku? Apa aku benar - benar kuat sendiri tanpa ibu, tanpa suami ?

" Kan ada Jhoji Bu, Arin tidak sendiri," jawabku menenangkan ibuku.

Walau dalam hatiku bergetar. Bibir ini terbata - bata berkata pada ibu. Ibuku dengan jelas dapat melihat aku hanya mengalihkan pembicaraan.

Jhoji adalah keponakan laki - laki ku, anak dari kakak pertamaku. Sekarang kelas lima SD. Jhoji diambil ibuku untuk diasuh sejak usianya 16 bulan, karena keadaan ekonomi kakak pertamaku yang sulit. Aku sudah bercerita tentang kakak perempuanku. Walaupun keadaan kami juga pas - pasan ibu tetap mengambil Jhoji karena kakakku juga mempunyai bayi kembar yang berusia dua bulan.

" Arin, itu lain Nak. Kamu bisa hidup dengan Jhoji tapi tetap kamu harus menikah, harus punya suami. " ibu menangis dengan suara yang terbata - bata.

Aku tidak tega melihatnya. Betapa berdosanya aku yang sudah membuat ibuku menderita karena cemas dengan keadaanku. Alangkah piciknya aku hanya karena sebuah ancaman akan ditinggalkan Mas Ravi. Aku tidak bisa berbuat apa - apa. Aku tidak bisa berkata yang sebenarnya pada ibuku. Dadaku sesak seakan diremas - remas. Sakit sekali. Kasian sekali dengan organ tubuhku yang yang bernama hati. Begitu berat menanggung perdebatan antara bercerita pada ibuku atau tidak. Aku membaringkan badanku di ranjang sempit ini. Tubuhku miring ke kiri, ke arah ibuku sambil tanganku tak bisa melepaskan pelukan pada ibuku. Aku tetap menangis tak bersuara. Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan....... bantu aku ya Tuhan.

bersambung........

mohon dukungan, kritik dan sarannya karena masih pemula.

Episodes
1 Bab 1 perkenalan tokoh
2 Bab 2
3 bab 3
4 bab 4
5 bab 5
6 bab 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 Bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 bab 34
35 bab 35
36 bab 36
37 bab 37
38 bab 38
39 bab 39
40 bab 40
41 bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Kisah - kisah di balik layar yang seharusnya ada di paragraf.
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Episode Spesial 1
117 Episode Spesial 2
118 Episode Spesial 3
119 Episode Spesial 4
120 Episode Spesial 6
121 Episode Spesial 5
122 Episode Spesial 6
123 Episode Spesial 7
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Bab 1 perkenalan tokoh
2
Bab 2
3
bab 3
4
bab 4
5
bab 5
6
bab 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
Bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
bab 34
35
bab 35
36
bab 36
37
bab 37
38
bab 38
39
bab 39
40
bab 40
41
bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Kisah - kisah di balik layar yang seharusnya ada di paragraf.
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Episode Spesial 1
117
Episode Spesial 2
118
Episode Spesial 3
119
Episode Spesial 4
120
Episode Spesial 6
121
Episode Spesial 5
122
Episode Spesial 6
123
Episode Spesial 7

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!