Bab 2

Mas Ravi tersenyum melihat kedatanganku, dan aku balas dengan senyuman yang manis.

" Sudah lama mas ?" sambil meletakkan tas. Aku duduk di kursi yang berhadapan dengan mas Ravi.

" Lumayan," jawabnya dengan melihatku dan tersenyum lagi. "Aku ada perjalanan ke luar kota, ke Bandung mungkin sampai dua Minggu. Aku juga akan pulang sebentar ke rumah ibu". Sambungnya setelah posisi dudukku berhadapan dengannya.

" Kok mendadak sekali mas ?" tanyaku heran karena tidak biasanya tugas mendadak seperti ini.

" Iya ada kunjungan ke kantor pusat. Aku harus menemani manajer."

Hening sejenak. Setelah makanan tiba kami tidak membahas apa - apa karena mas Ravi tidak suka makan dengan mengobrol. Tidak baik katanya.

Mas Ravi adalah lelaki yang sudah tujuh tahun ini menemaniku. Wajahnya seperti laki laki Jawa pada umumnya. Hitam manis dengan tinggi 180 cm, membuatnya semakin terlihat gagah.

Memang aku tidak terlalu mengekspose mas Ravi keteman - temanku atau keluargaku atas permintaan mas Ravi. Aku setuju - setuju saja. Toh lebih baik seperti ini yang penting hubungan kami lancar.

Aku tidak terlalu perduli dengan omongan orang. Memang seusiaku yang sudah memasuki kepala tiga sudah seharusnya aku punya keluarga dan punya anak.

Mas Ravi tidak pernah menyingung masalah pernikahan denganku. Demikian juga aku. Keluh lidahku, setiap kali ingin meminta atau bertanya bagaimana hubungan kami ini. Jujur, sebenarnya aku juga ingin menikah. Ingin punya anak yang lucu - lucu. Tetapi mas Ravi tidak pernah membahas masalah pernikahan denganku. Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Cita - citanya yang ingin menjadi orang yang sukses.

Setiap kali kami bertemu. Mas Ravi selalu bercerita tentang pekerjaannya........... pekerjaannya...........dan selalu pekerjaannya. Entah kenapa aku selalu menjadi pendengar yang setia untuknya ? Memberikan semangat untuknya. Membantunya menyelesaikan tugas - tugasnya sebagai kepala divisi perencanaan.

Seperti pertemuan hari ini dengannya. Mas Ravi mengatakan akan menemani managernya ke luar kota dan akan mampir ke kota asalnya. Seakan ada celah untukku membahas masalah yang lebih mendalam pada hubungan kami.

" Mas tidak kepingin ngajak aku ?" tanyaku ragu pada mas Ravi

" Aneh kamu Rin, inikan perjalanan dinas bukan traveling," Mas Ravi menjawab dengan terkejut dengan keinginanku

" Mas Ravi kan mau ke rumah ibu mas, aku ingin ikut bertemu ibu mas, boleh ?" setengah mendesak aku pada mas Ravi dan menatap netra hitamnya

Wajah datar mas Ravi langsung memberiku isyarat untuk jawaban yang akan aku dengar. Hatiku langsung menciut. Aku langsung menundukkan wajahku merasa malu dengan apa yang aku tanyakan barusan. Sebuah kata penolakan yang akan aku terima belum terlontar dari mulut mas Ravi. Hatiku sudah teriris terlebih dahulu.

" Jangan dulu Rin, aku belum siap kearah sana,"

" Beri aku waktu Rin........Aku ingin sukses dulu.........Aku ingin berkarir dulu..........". Suara mas Ravi tertahan dan pelan menjawab pertanyaan ku

" Aku ingin punya anak mas. Sama seperti teman-temanku," pintaku bernada sedih. " Aku ingin menikah mas. Sama seperti perempuan lain yang punya suami," kembali dengan nada memelas aku ucapkan kalimat tersebut dan menatap netra mas Ravi.

Tanpa aku sadari, kata - kata itu yang terlontar dari mulutku. Aku juga tidak tahu kenapa keinginan mendalam ku yang seharusnya hanya aku yang tahu. Seharusnya tidak boleh keluar dari mulutku untuk mas Ravi. Ternyata keluar begitu saja. Seperti air yang menjulang tinggi di sumber oasis Padang pasir.

Perasaan ku berkecamuk antara bingung dan lega karena bisa mengutarakan apa yang aku inginkan selama ini.

Entahlah aku tidak tahu. Aku salah atau tidak, menyampaikan keinginanku pada mas Ravi. Tapi, tidak bolehkah aku yang sudah berumur tiga puluh satu ini dan sebentar lagi tiga puluh dua menginginkan suatu pernikahan ? Apalagi pada pasangannya yang sudah lama dalam membina hubungan ?

Tidak terasa air mataku jatuh. Aku takut mas Ravi marah dan meninggalkan aku. Aku sangat mencintai mas Ravi. Karena itulah aku tidak pernah menuntut apa - apa dari mas Ravi. Baik itu materi atau yang lainnya. Aku berpikir kalau aku terlalu banyak menuntut, mas Ravi akan meninggalkan aku dan memilih gadis lain yang lebih segalanya dari aku. Apalah aku yang hanya wanita biasa dibanding teman - teman sekantor mas Ravi yang cantik - cantik.

Aku juga semakin malu dengan perkataan ku pada mas Ravi. Aku mengangkat wajahku menguatkan hatiku menatap mas Ravi. Hanya helaan nafas panjang dan berat yang mas Ravi berikan padaku. Wajahnya tetap datar dan tenang.

Mas Ravi berdiri dari tempat duduk dengan gerakan yang wajar. Seolah tidak mendengar apa yang barusan aku katakan. Seolah - olah tidak terjadi apa - apa. Seolah tidak tahu perasaanku yang bergejolak.

" Aku harus packing sekarang. Besuk pagi - pagi sekali aku berangkat." Mas Ravi tidak memandangku dan berkata dengan suaranya yang datar. Seakan aku tidak ada di depannya.

Aku tidak bisa berkata apa - apa. Hanya tatapan mata yang terus melihatnya, sampai mas Ravi keluar dari cafe ini.

Aku masih duduk terdiam mematung. Berusaha menahan air mataku yang semakin deras. Notif di HP ku berbunyi. Aku melihat ada notif dari M Banking yang menandakan ada uang masuk di rekeningku.

...Tak lama HP ku berbunyi lagi. Ada pesan WA dari mas Ravi. Aku membacanya dengan perasaan kecewa...

..." Aku barusan transfer uang untuk bayar makanan dan uang jajan untukmu selama dua minggu aku keluar kota." ...

...Selalu dengan cara seperti ini mas Ravi mengalihkan pertengkaran kami. Kadang aku sampai menolak pemberiannya. Uang pemberian mas Ravi selalu aku simpan. Aku tidak pernah menyentuh atau memakai uang pemberiannya. Aku merasa uang dari gaji ku sudah cukup untuk hidupku satu bulan. Hidup dengan orang tua dan di kota kecil seperti ini, cukup bagiku dengan uang dua setengah juta....

...Aku mengagumi mas Ravi dia tetap menghormati ku dan menjagaku. Dia selalu berkata akan melakukan semuanya setelah menikah. Itulah yang membuat aku tetap bertahan dengan mas Ravi. Hanya satu yang kurang dari mas Ravi tidak pernah mau membicarakan pernikahan denganku...

Aku memarkirkan sepeda motor matic pemberian mas Ravi di ruang tamuku. Rumahku memang kecil tidak ada garasi. Di rumahku ada dua motor yang satu punya bapak dan punyaku.

Ibu langsung menyambut ku begitu mendengar suara motorku. Wajah sakit beliau terlihat jelas, berusaha berdiri dari duduk beliau.

" Ibuu jangan berdiri nanti tidak kuat. " seruku panik pada ibu.

" Ibu masih kuat kok, ibu nungguin anak ibu. " Tetapi yang dikatakan ibu tidak sesuai dengan keadaan beliau yang pucat pasi.

" Arin sudah datang kok bu, sekarang kan masih jam sebelas malam."

" Iya tapi ibu kuatir nak, Arin kok tumben terlambat sampai malam apa ada lembur?" ibu berusaha untuk berbaring kembali dengan bantuan ku.

" Iya Bu. Arin, lembur ada barang toko yang datang," jawabku gugup karena berbohong.

Ibuku seolah tahu kalau aku membohongi beliau. Begitulah ibuku beliau sangat sabar. Berusaha memahami kami anak - anaknya.

Ibu tidak pernah bertanya padaku apa aku punya pacar atau tidak ? Tapi aku yakin beliau bisa merasakan apa yang aku rasakan. Beliau bisa mengetahui kalau aku punya pacar. Hanya tidak berani bertanya kepadaku karena takut aku tersinggung.

minta dukungan dan like nya.......

sampai ketemu pada bab berikutnya.

Terpopuler

Comments

Joen Marlina Lengkey

Joen Marlina Lengkey

baru mampir dan masih nyimak

2022-01-23

1

TUYUL

TUYUL

waah udah up
semangat

2020-11-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 perkenalan tokoh
2 Bab 2
3 bab 3
4 bab 4
5 bab 5
6 bab 6
7 bab 7
8 bab 8
9 bab 9
10 bab 10
11 bab 11
12 bab 12
13 bab 13
14 bab 14
15 bab 15
16 bab 16
17 bab 17
18 bab 18
19 bab 19
20 bab 20
21 bab 21
22 bab 22
23 bab 23
24 Bab 24
25 bab 25
26 bab 26
27 bab 27
28 bab 28
29 bab 29
30 bab 30
31 bab 31
32 bab 32
33 bab 33
34 bab 34
35 bab 35
36 bab 36
37 bab 37
38 bab 38
39 bab 39
40 bab 40
41 bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Kisah - kisah di balik layar yang seharusnya ada di paragraf.
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Episode Spesial 1
117 Episode Spesial 2
118 Episode Spesial 3
119 Episode Spesial 4
120 Episode Spesial 6
121 Episode Spesial 5
122 Episode Spesial 6
123 Episode Spesial 7
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Bab 1 perkenalan tokoh
2
Bab 2
3
bab 3
4
bab 4
5
bab 5
6
bab 6
7
bab 7
8
bab 8
9
bab 9
10
bab 10
11
bab 11
12
bab 12
13
bab 13
14
bab 14
15
bab 15
16
bab 16
17
bab 17
18
bab 18
19
bab 19
20
bab 20
21
bab 21
22
bab 22
23
bab 23
24
Bab 24
25
bab 25
26
bab 26
27
bab 27
28
bab 28
29
bab 29
30
bab 30
31
bab 31
32
bab 32
33
bab 33
34
bab 34
35
bab 35
36
bab 36
37
bab 37
38
bab 38
39
bab 39
40
bab 40
41
bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Kisah - kisah di balik layar yang seharusnya ada di paragraf.
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Episode Spesial 1
117
Episode Spesial 2
118
Episode Spesial 3
119
Episode Spesial 4
120
Episode Spesial 6
121
Episode Spesial 5
122
Episode Spesial 6
123
Episode Spesial 7

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!