"Apa begitu caramu bekerja selama ini Marcell. Kamu mencampurkan masalah pribadi dengan pekerjaan. Sungguh kasian"ucapku yang mulai memprovokator dirinya yang langsung menatapku tajam sangat tajam dari sebelumnya.
"It's not your problem"ucapnya yang langsung mengalihkan tatapannya itu kearah makanan yang ada dihadapannya. Aku merasa kesal melihatnya seperti itu. Aku pun membuka pintu pembatas itu untuk meninggalkannya tapi ancaman itu dia lontarkan lagi.
"Jika kamu keluar dari sini, maka saya..."ucapnya yang segara aku potong.
"Apa maumu!!!"ucapku merasa kesal. Dia hanya tersenyum tipis disana sambil menyesap tehnya kembali.
"Kamu sendiri sudah tahu apa yang saya mau, bukan?!"ucapnya menatapku. Aku pun dengan reflek mengepalkan kedua telapak tanganku ini.
Ingin sekali aku memukulnya saat ini juga. Tapi mana mungkin aku melakukan kepadanya. Dia Marcel Aarav, semua yang keluar dari mulutnya adalah mutlak. Pewaris perusahaan M company. Siapa yang tidak tahu M company?. Perusahan yang memiliki banyak cabang di seluruh dunia. Dan masuk dalam 5 besar perusahan dengan aset ter tinggi di dunia. dan dia merupakan orang yang aku hindari selama ini, karena dia orang yang menakutkan. Kenapa takdir ini, harus mempertemukanku denganya. Kenapa dia harus menjadi kakak dari Derren dan Jesicca?. Aku masih menatapnya sengit, aku membenci semua ini.
"Aku akan menjauhi mereka tapi jangan berani-berani kamu menyentuh mereka, maupun keluargaku"ucapku dan aku baru sadar kenapa aku berbicara seperti itu. Dia malah tertawa mendengar perkataanku barusan. Apa dia gila?. Sepertinya iya.
"Jika itu mau mu, saya bisa apa?"ucapnya setelah itu dengan senyuman sinisnya.
Aku pun tanpa pikir panjang langsung membuka kasar pintu itu dan keluar dari ruangan itu. Aku tidak peduli dengan ucapannya yang memang aku tidak mendengar dia menghalangiku keluar.
"Kenapa menjadi seperti itu?. Kenapa harus bertemu pria gila itu lagi?!"ucapku memaki setelah keluar dari sana.
#Zania Pov' end
***
"Dari mana saja kamu, ini sudah jam berapa?"tanya Revan ke Zania yang baru saja pulang.
"Aku tadi sudah bilang, ada urusan kak?"ucap Zania berbohong.
Dia tahu jika keluarganya sangat khawatir padanya. Karena apa yang pernah Zania alami membuat keluarganya sangat berhati-hati hingga Zania tidak diperbolehkan keluar rumah sendiri.
"Kakak sudah pernah bilang bukan, kamu jangan pernah pergi sendirian?. Seharusnya tadi setelah pulang dari aperteman Derren kamu pulang dengan Devan, tapi kamu menghilang dan pergi sendiri, kami khawatir. Takut terjadi apa-apa sama kamu dek!"ucap Revan.
"Buktinya Nia gak apa-apa bukan?. Sudahlah kak, semua masalah itu sudah berakhir, Nia bisa jaga diri. Oh iya, Papa belum kembali dari London?"tanya Zania mengalihkan pembicaraan.
"Belum, jangan mengalihkan pembicaraan!?"ucap Revan masih menatap adiknya itu.
"Ya sudahlah, Nia kekamar dulu ya capek. Mama juga pasti sudah tidur. Good Night kakakku yang paling tampan sejagat raya"goda Zania ke kakaknya itu dan langsung berlari ke kamarnya. Revan menghela nafasnya kasar karena adiknya itu.
"Dasar bocah, besok-besok jangan begitu lagi, ngerti!'"ucap Revan yang langsung menutup pintu rumah mereka.
#Di tempat yang lain...
Seseorang menatap tajam kearah jendela kaca besar sambil menyesap wine yang menemaninya malam ini. Sebuah pemandangan kota dengan lautan lampu menyala pengganti bintang di langit yang malam ini tidak terlihat.
Seseorang itu memikirkan sesuatu hingga membuatnya tersenyum sinis setelahnya. Dia mengambil ponselnya dan menelphone seseorang disebrang sana.
"Besok pastikan adik saya sudah sampai di Swiss dan pastikan adik saya aman dan mendapatkan perawatan terbaik. Dua hari setelahnya saya menyusul"ucapnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Marcell yang langsung mematikan sambungan telphone itu setelah memerintah.
"Saya akan membuat ini menjadi lebih menarik Nia. Saya ingin melihat keputusasaanmu yang membuatku senang ketika melihatnya"ucap Marcell yang kembali menyesap wine itu.
Entah kenapa dia sangat menyukai wajah Zania yang ketakutan. Dia juga tidak tahu kenapa menyukai ketika Zania kesakitan. Tapi hal itu sangat menyenangkan baginya ketika melihat Zania seperti itu, seperti waktu dulu.
***
"Jujur sama aku, kemarin kamu dimana Ni?"tanya Devan yang sekarang berada dihadapan Zania yang menatap kearah luar cafe yang sedang hujan gerimis.
Zania menatap kearah Devan yang menatapnya serius. Zania pun menghela napasnya kasar.
"Kemarin kan aku sudah bilang sedang bersama teman aku Dev"ucap Zania sambil meminum lemon tea yang dia pesan tadi.
"Teman yang mana?. Riri bilang tidak bersamamu"ucap Devan dengan banyak keraguannya.
Zania menghela napas pelan dan langsung memegang kedua tangan laki-laki yang ada didepannya itu.
"Memang temanku cuma Riri saja, aneh deh kamu itu."ucap Zania yang langsung ditatap sedih oleh Devan. Zania tahu Devan sangat mengkhawatirkannya.
"Aku khawatir, karena kamu jarang keluar dengan teman kamu selama ini. Aku takut terjadi apa-apa denganmu Ni. Jika hal itu terjadi, aku akan menyalahkan diriku lagi Ni. Semua yang terjadi selama ini karena aku, aku tidak bisa melihatmu terluka. Kamu tahu bukan?!"ucap Devan menundukan kepalanya.
"Hei, ini semua bukan salahmu Dev. Aku gak mau kamu menyalahkan dirimu lagi, oke"ucap Zania ke Devan.
"Jangan pergi sendiri lagi ya. Kamu bisa minta bantuan aku atau yang lainnya. Yang terpenting jangan pernah pergi sendiri, janji"ucap Devan mengulurkan jari kelingkingnya dan membuat Zania tersenyum melihat tingkah laki-laki ini yang menurutnya kekanakan hanya didepannya tapi.
"Iya dokter Devan yang kekanakan"jawab Zania yang membuat mereka tertawa bersama.
"Aku begini juga hanya didepanmu Ni"ucap Devan yang mendapatkan gelengan geli dari Zania.
Seseorang yang baru saja masuk di cafe itu tidak sengaja melihat mereka berdua yang sedang tertawa bersama. Wajah seseorang itu terlihat sangat dingin dan tajam menatap kearah mereka.
"Aku pastikan tidak ada lagi senyum yang keluar dari wajahmu"ucapnya yang berlalu setelahnya.
***
Disaat Devan dan Zania akan kembali ke Rumah Sakit, tiba-tiba ada yang menghentikan mereka, dia adalah Rifky. Devan pun langsung pamit duluan ke Zania untuk masuk terlebih dahulu. Karena menurutnya Zania dan Rifky harus menyelesaikan masalah mereka baik-baik.
"Kamu harus jujur dengannya Nia. Jika kamu memilihnya, aku pun ikhlas. Karena aku tidak ingin memaksakan hatimu untukku. Tapi aku akan tetap menunggumu"ucap Devan yang langsung pergi.
Rifky pun menghampiri Zania yang berdiam diri menatap Rifky yang sudah ada didepannya.
"Kita perlu bicara"ucap Rifky menatap Zania yang juga menatapnya.
"Bicara apa lagi, waktu isterahatku sudah lewat. Aku harus kembali untuk pergantian sift"ucap Zania yang akan meninggalkan Rifky yang dengan cepat menahan tangan Zania.
"Kenapa kamu berbohong padaku"ucap Rifky...
.
.
.
.
.
Jangan lupa like, coment, vote, rate and shere_nya ya sobat♥️♥️♥️
Jika mau lanjut nih cerita mohon dukungannya ya say🤭
Next on...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mami Vanya Kaban
lanjut
2020-11-18
3
Htk
semangat kak, baru mampir saya kk🤭
2020-11-18
3
aslibener
ada apa nih, lanjut thor kepo jadinya🤭
semangat ya thor
2020-11-18
3