Ajari Aku Untuk Mencintaimu
Hari ini hari pertamaku bertemu dengan Pak Davino, seseorang yang akan menceritakan perjalanannya bersama dengan Bu Dina, istri tercintanya. Setelah sekian lama aku ingin menemuinya, baru hari ini pak Davino menyetujui ajakan ku. Yang ku dengar bahwa pak Davino sangatlah menyayangi Bu Dina, bahkan untuk mendapatkan Bu Dina pun pak Davino harus berjuang dengan sangat keras. Cintanya lah yang menguatkannya katanya.
Hari ini kami bertemu di sebuah kafe dekat dengan pantai, desiran ombak yang menyapu pasir sungguh pemandangan yang sangat indah di pandang mata. Pemandangan yang begitu sangat indah bukan. Sudah setengah jam aku menunggu kedatangan pak Davino. Memang salahku sebenarnya, aku datang lebih awal dari jam yang telah di tentukan. Sebenarnya kami janjian jam 9 pagi, tapi aku malah datang 1 jam lebih awal. Bodoh bukan? tapi untuk menemui pak vino yang sangat sulit di temui itu, mungkin itu semua tak sebanding. Kalau nanti aku sudah bertatap muka dengan wajahnya yang super tampan pasti aku akan klepek-klepek. Namun sayangnya ia sudah milik Bu Dina dan ia sangat menyayangi Bu Dina.
Akhirnya, tepat jam 9 gak kurang gak lebih pak Davino menepati janjinya untuk menemui ku. Ia datang menghampiri ku, jantungku berdegup sangat kencang. Matanya yang indah, bibirnya yang sexy, wajahnya sudah tidak di ragukan lagi. Pastinya ia sangatlah tampan rupawan. Andai saja ia belum menikah, pasti sudah ku suruh papa untuk melamarnya hehehh. Bercanda kale. Lagian gak mungkin pak Davino mau menerima ku, secara aku hanyalah gadis remaja ingusan yang baru belajar ingin menjadi novelis. Sedangkan dia sudah punya perempuan yang begitu sempurna yaitu Bu Dina Anindita. Perempuan cantik yang menjadi rebutan banyak orang katanya.
"Selamat pagi nona" sapa pak Davino yang membuatku tersadar dari khayalan ku. "Apa aku boleh duduk nona" tanyanya padaku yang membuat jantungku berhenti berdetak karena ia tersenyum manis padaku.
"Oh tuhan andaikan saja ia bisa ku miliki, pasti kan ku jaga sepenuh hati.! gumamku dalam hati. Mataku terus memandangnya, rasanya tak ingin mengalihkan pandanganku darinya. Sampai akhirnya lamunanku tersadar oleh panggilannya.
"Nona, apakah kau baik-baik saja? tanyanya padaku.
"Perkenalkan namaku Davino Agata, mungkin kau udah mengenalku namun aku tidak mengenalmu nona? Siapa namamu?"
"Sa....saya.... ba ....baik sa...saja tuan." jawabku gugup. Karena ia sekarang memandangku dengan tatapan aneh. Jadi ngeri sendiri heheehh. "Duduk lah tuan vino" Pintaku padanya.
"Namaku Dania Safitri. Aku yang berusaha menemui anda beberapa kali waktu itu." ucapku memperkenalkan diri.
"Oke nona, saya sudah tau apa alasan Anda meminta saya datang kesini. Jujur saja nona saya risih dengan anda yang selalu meminta saya menemui anda dan saya juga merasa risih jika ada orang yang mengganggu saya dan keluarga saya." ucapnya kesal. Ia menghembuskan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya secara kasar seakan jelas kekesalannya padaku. Sebelum akhirnya ia melanjutkan kata-katanya padaku.
"Baiklah nona, apa mau mu? meski sebenarnya saya udah tau mau mu apa, karena sekretaris saya sudah menceritakan semuanya. Tapi saya ingin mendengarnya langsung dari mulut anda." ucapnya penuh penegasan.
"Sebelumnya saya minta maaf tuan kalau ini mengganggu waktu tuan. Bukan maksud saya mengusik keluarga tuan, namun saya hanya ingin anda menceritakan kisah cinta anda bersama dengan Bu Dina. Saya penasaran bagaimana Bu Dina bisa meluluhkan hati tuan. Yang saya dengar tuan merupakan pria yang teguh pendirian, kaku dan tidak pernah peduli akan hal yang ada di sekitar anda kecuali adik kembaran anda." Rasanya jantungku mau copot saking gugupnya.
Pak vino mencoba menenangkan dirinya sendiri, ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan kasar. "Baiklah nona, saya akan ceritakan kisah perjalanan cinta saya dengan Dina yang penuh liku-liku. Perjalanan cinta kami yang menguras emosi, penuh prahara, tragedi dan misteri. Melihat betapa gigihnya anda datang ke kantor saya setiap waktu hanya demi bertemu dengan saya. Namun, saya ingin mengajukan syarat pada anda." ucapnya tegas. Ia membetulkan posisi duduknya, mencari posisi yang nyaman.
"Apa syarat anda, tuan? tanyaku antusias. Aku berjanji pada diriku sendiri pada saat itu juga. Bahwa apapun yang menjadi syarat pak Davino pasti akan saya setujui.
"Saya punya 3 syarat, syarat pertama...saya ingin anda hanya menjadi pendengar, tidak menanyakan sesuatu apapun atas tindakan saya ataupun setiap kata yang saya ucapkan. Anda cukup menjadi pendengar yang baik saja. Apa anda setuju" tanyanya padaku setelah mengajukan syarat pertamanya. Aku pun hanya bisa mengangguk tanda setuju.
"Syarat kedua, tempat dan waktu saya yang tentukan. Jadi anda harus stand by kapanpun saya menghubungi anda. Tenang nona saya gak akan macam-macam. Saya mengajukan syarat itu hanya untuk menjamin saya sendiri. Saya gak punya banyak waktu luang Nona, jadi kalau saya ada waktu luang maka saya akan langsung menghubungi anda." Seakan dia tau apa yang sedang saya pikirkan. Astaghfirullah saya sudah berburuk sangka pada pak vino padahal ia sudah mau membantuku. Maaf pak" gumamku dalam hati.
"Syarat ketiga saya tidak ingin anda menanyakan sedetail mungkin kejadiannya, saya hanya akan menceritakan intinya saja. Setelah itu kaulah yang akan merevisinya saya yakin anda mampu nona.
"Baik tuan, saya menerima semua syarat anda." ucapku sambil mengulurkan tanganku ingin menjabat tangannya. Namun pak vino malah menolak menjabat tanganku dan menelungkup kan tangannya di dadanya. Ya Allah rasanya aku sangat malu di buatnya.
"Maaf nona, kita bukan muhrim nona. akan terjadi zina tangan di antara kita. Bukankah kau seorang muslimah. Pastilah kau paham nona." ucapannya seakan tamparan bagiku. Bukan karena tersinggung ia menolak ku, namun justru aku sangat malu. Benar katanya aku seorang muslimah seharusnya aku bisa mengendalikan diriku sendiri. Ya Allah maaf kan aku. Pantas saja matanya selalu tertunduk dan tak melihatku sama sekali. Bodohnya aku malah menatapnya puas, bahkan berharap lebih atas dirinya.
Ia pun membacakan sebuah hadits kepadaku.
"Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zina nya melihat, kedua teling zina nya mendengar, lidah zina nya bicara, tangan zina nya memaksa (memegang dengan keras), kaki zina nya melangkah (berjalan) dan hati yang berhasrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari)."
"Okay miss, excuse me! I still have a lot of work to do.( Oke nona, permisi! Saya masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan)" ucapnya senyum dan langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Wait sir, you haven't ordered anything. At least order a drink first sir (Tunggu pak, Anda belum memesan apa pun. Setidaknya pesan minuman dulu pak)." ucapku mencegah agar ia tak pergi. Setidaknya ia tak membuatku malu untuk kedua kalinya karena telah membiarkannya pergi tanpa menjamunya. Namun ia hanya tersenyum padaku dan berkata"It's okay, next time isn't it after this we will often meet miss?(Tidak apa-apa, lain kali aja. bukankah setelah ini kita akan sering bertemu nona?) ucapnya dan langsung meninggalkanku tetap di tempatku.
Ia pun akhirnya pergi, sebelum pergi ia tersenyum padaku meski akhirnya ia menundukkan pandangannya kembali. "Subhanallah, sungguh dialah makhluk Tuhan yang paling sempurna." Aku tak menyadari telah memuji suami orang. ya Allah ampunilah hamba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
M Anha🌹 Ig: anha5569🌹
semangat Thor 💪💖
2021-08-16
2
astuti
pengen punya calon suami, seperti pak Davino
yg mengerti agama Islam 😍
2021-08-15
0
Sintia Puji astuti
aku mampir kak.
2021-08-04
0