Malam pun tiba, melalui kaca mobil aku memandangi langit malam Jakarta yang saat ini terlihat begitu indah. Warna langit yang gelap kebiruan ditambah dengan bintang yang bertaburan dan juga bulan purnama dengan cahayanya yang bersinar terang. Aku benar-benar menyukai pemandangan langit malam ini.
Aku yang seakan-akan tersihir oleh keindahan langit malam itu sampai tidak menyadari jika suasana di dalam mobil yang aku tumpangi saat ini begitu sangat sunyi dan tenang.
Ya, sedari tadi ketika meninggalkan tempat pernikahan aku dan suamiku sama sekali belum memiliki percakapan apapun secara pribadi. Seakan-akan kami adalah pasangan yang terlihat begitu canggung.
Sudah cukup menikmati langit malam, aku mulai menyadari tentang suasana yang sunyi ini. Untuk membuat suasananya berubah, aku pun memberanikan diri untuk membuka pembicaraan.
"Langitnya begitu indah," ucapku.
"Tidak terlalu," sahut suamiku begitu dingin dan singkat.
Tidak ingin menyerah sampai disini dan tidak ingin membiarkan suasana tetap sunyi, aku memilih untuk mengganti topik pembicaraan.
"Boleh aku bertanya sesuatu ?" kataku.
"Tanyakan saja," ucapnya singkat.
"Sebenarnya siapa kamu ? Mengapa kamu bisa berada di sana ? Kamu bukan tamu undangan," kataku mulai bertanya.
"Aku suamimu, dan aku berpikir semua yang terjadi ini kebetulan," ujar suamiku.
"Aku membantumu karena merasa kasihan," pungkasnya.
Aku berfikir jika menggunakan topik ini keadaan akan tidak begitu hening ini. Tetapi nyatanya setelah dia memberikan jawaban, suasana menjadi tenang kembali. Aku menyerah dan membiarkan keadaan tetap seperti ini.
.
.
.
Tiga puluh menit berlalu, akhirnya mobil yang aku tumpangi memasuki parkiran mobil dari sebuah apartemen. Setelah mobil itu berhenti dan terparkir rapi, aku keluar dari sana.
Saat sesudah keluar dari mobil itu, mataku terus berkeliling melihat keadaan sekitarku. Aku merasa jika kita berdua akan tinggal di apartemen.
"Untuk sementara kita akan tinggal disini. Aku tidak punya rumah di Jakarta," ujar suamiku memberitahu.
"Apa kamu keberatan untuk tinggal disini ?" tanya suamiku
"Tidak masalah. Mau dimana pun aku akan tetap merasa nyaman," jawabku.
"Pernikahan ini begitu mendadak. Aku hanya bisa menyiapkan apartemen ini untuk tempat tinggal," ucap suamiku.
Aku tidak bisa menjawab lagi ucapan dari suamiku itu karena jujur aku tidak mengerti maksud perkataannya itu.
Tidak lagi banyak berbicara, aku bersama dengan suamiku beserta kedua anak buahnya berjalan dari parkiran mobil sampai menuju ke kamar apartemen kami.
Akhirnya kami sampai di depan pintu kamar apartemen kami yang ada di lantai delapan dari gedung bertingkat itu.
Dengan segera, suamiku itu pun membuka pintunya menggunakan kartu akses dan tidak lama pintu pun terbuka. Aku bersama dengan suami segera masuk ke kamar itu sedangkan anak buah dari suamiku langsung meninggalkan tempatnya setelah mengantar kami.
Ketika berada di dalam kamar itu mataku benar-benar dibuat kagum dengan bentuk apartemen ini. Bentuknya benar-benar simpel dan klasik. Semua barang yang ada di apartemen ini juga berasal dari brand brand ternama.
Jujur untukku ini adalah kali pertama berada ditempat seperti ini. Kenapa ? Karena tempat tinggal ku sebelumnya berada di perkampungan kecil dan rumahku juga begitu sederhana. Barang-barangnya juga tidak dari brand ternama. Televisi pun di rumahku masih menggunakan yang bentuk tabung. Akhirnya dari sini aku mulai sadar jika, seseorang yang ku nikahi ini bukan dari sembarangan orang.
"Sebenarnya pria seperti apa dia ?" tanyaku dalam diam.
"Aku pria baik-baik. Bukan pria seperti Mr. Lee, kamu tidak perlu khawatir," ucap suamiku itu yang seakan-akan bisa membaca apa yang sedang aku pikiran.
"Ah iya... Ehmm... untunglah," kataku sedikit gugup.
Dia tidak menjawab apapun hanya memberiku senyuman kecil saja.
"Ada apa ? Mengapa tersenyum seperti itu ?" tanyaku penasaran.
"Melihatmu gugup itu begitu lucu," jawabnya.
"Sekarang mandilah, setelah itu kita makan malam. Aku tahu kamu pasti sudah merasa lapar," ucap suamiku memberiku perintah.
"Tapi, aku tidak memiliki baju ganti," kataku menyadari jika semua barang ku masih berada di rumah kedua orangtuaku.
"Pakai saja pakaianku untuk sementara. Besok aku akan menyuruh orang untuk mengambil pakaianmu," tutur suamiku.
"Baiklah," pungkas ku lalu melenggang pergi menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar.
"Maaf, tetapi tempat ini hanya memiliki satu kamar. Jadi, kira harus berbagi kamar," kata suami ku memberitahu.
Mendengarkan ini sebenarnya aku sedikit terkejut karena aku mengira kami berdua tidak akan tidur bersama. Bukannya aku tidak ingin tidur bersama dengan suamiku namun, jika boleh jujur aku masih belum siap untuk melakukan hubungan intim yang terjadi setelah menikah.
"Jangan khawatir, tidak akan terjadi sesuatu malam ini," ucap suamiku seperti tahu apa yang sedang ada di benakku.
...****************...
Badanku sudah terasa segar, akhirnya acara mandi ku telah usai. Aku pun keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk sebagai penutup badanku. Aku melangkah menuju ke arah lemari pakaian dan mengambil sebuah kemeja putih milik suamiku. Untuk sementara, sampai pakaian dan barang ku tiba, aku akan memakai pakaian dari suamiku dulu.
Kemeja yang sungguh begitu kebesaran itu sudah melekat di tubuhku. Menurutku ini terlihat begitu seksi, aku sungguh ingin menutupi bagian kakiku dengan celana namun, tidak ada sama sekali celana dari suamiku yang muat untuk ku gunakan. Dengan menahan sedikit malu dan rasa tidak nyaman, aku mengenakan pakaian ini.
Sebenarnya aku sedikit ragu untuk keluar dari kamar saat ini namun, bau makanan yang tercium sudah begitu menggodaku dan perutku juga sudah berbunyi sedari tadi. Dengan langkah kecilku aku keluar dari kamar dan melangkah perlahan-lahan menuju ke dapur.
Sudah berada di dapur, tidak menyangka mataku dapat melihat sesuatu hal yang menakjubkan. Aku melihat suamiku dengan lengan baju yang tergulung dan juga celemek masak yang mencoba untuk membuat hidangan makan malam.
Jujur, ketika suamiku sedang memasak seperti ini daya pikatnya meningkat dan terlihat begitu seksi. Jika wanita lain yang melihat hal ini pasti mereka sudah jatuh hati dengan suamiku itu.
"Sudah selesai ?" tanya suamiku dengan pandangannya yang masih berfokus pada masakan.
"Sudah," jawabku singkat.
"Duduklah, makan malam sebentar lagi akan siap," katanya.
Sesuai dengan perkataan suami, aku pun mengambil posisi duduk dan menunggu makanan matang. Tidak di buat menunggu lama, makanan pun matang dan disajikan langsung oleh suamiku.
"Hanya ada pasta dan daging. Jadi, aku memasak ini," ucap suamiku lalu mengambil posisi duduk tepat berhadapan denganku.
Ketika hidangan buatan suamiku itu tersaji yang aku lakukan hanya diam melihat terus piring makanan itu. Mengapa aku melakukan ini ? karena bagiku makanan yang dimasak oleh suamiku ini termasuk makanan mahal. Ya, bisa dibilang ini kali pertamaku makan pasta dan steak.
"Selamat makan...," ucapku dengan ceria.
Aku mengambil sendok lalu mulai kuambil pasta yang berbentuk seperti kupu-kupu itu. Setelah suapan pertama masuk ke mulutku, aku merasakan hidangan ini memiliki rasa yang begitu enak. Baru pertama kali menyantap hidangan yang seperti ini namun, sudah mendapatkan rasa yang begitu lezat. Rasanya, jika makanan ini habis aku ingin menambah lagi.
"Bagaimana rasanya ? Apa kamu menyukainya ?" tanya suamiku itu.
"Rasanya benar-benar enak. Pertama kali memakan hidangan seperti ini dan rasanya tidak mengecewakan," jawabku.
"Apa itu penilaian jujur ?" tanya suamiku.
"Tentu saja. Jika kamu membuka restoran mungkin akan ramai," ucapku.
"Habiskan makananmu, kemudian istirahatlah," ujar suamiku yang seakan-akan tidak ingin menanggapi ucapan ku.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Dirah Guak Kui
kl diliat dari percakapan sang Suami sih org baik2, tapi wkt juga yg akan menjawabnya
karna penampilan juga kesing tdk bisa pasti😇
2021-01-02
3