Saat ini, diriku sudah berada kembali di ruangan rias. Untuk memperbaiki penampilan dan mengganti konsep, aku harus dirias dan berganti gaun lagi.
Jika sebelumnya pada saat dirias aku merasa sedih namun untuk pernikahanku yang sekarang entah mengapa aku merasa sedikit lega.
Sebuah gaun berwarna putih dengan panjang yang hampir sama dengan sebelumnya saat ini sudah terpakai di tubuhku. Jika dilihat dari bentuknya, aku yakin harga gaun ini jauh lebih mahal dibandingkan harga gaun pernikahanku yang sebelumnya.
Aku menatap cermin besar dan melihat diriku yang telah mengenakan gaun pernikahan. Aku benar-benar terlihat sangat cantik dan bahkan aku merasa seperti seorang putri kerajaan saat ini. Aku tersenyum bahagia karena melihat penampilanku yang sungguh memuaskan tidak seperti sebelumnya.
Ketika aku masih asyik memandang diriku di cermin, pria asing atau calon suamiku itu datang menghampiriku. Ya, pria itu juga sudah terlihat sangat tampan dengan menggunakan suit's berwarna abu-abu dan hitam
Dengan langkahnya yang panjang dan cara jalannya yang terlihat begitu gagah, pria itu mulai mendekat ke arahku. Jarak kita sudah begitu dekat dan kedua mata kita saling memandang melalui cermin.
"Aku mendengar jika ibumu tidak menyetujui pernikahan ini," ucap pria itu.
"Ya, ibuku ragu dengan keputusanku," jawabku.
"Jika kamu tidak ingin menikah, kamu bisa bilang sekarang. Namun, jika pernikahan ini batal maka kamu harus membayar 300 juta itu," kata pria itu mengingatkanku dengan hutang yang ku punya.
"Aku ingin jadi pria yang baik. Aku memberimu pilihan," ucap pria itu.
"Keputusanku sudah bulat. Aku akan menikah denganmu untuk membayar hutangku. Tetapi, apa setelah menikah aku masih boleh meminta sesuatu darimu ?" tanya ku.
"Apa yang kamu inginkan ?" tanya balik pria itu.
"Aku ingin keselamatan keluargaku terjamin dan aku ingin sekolah," jawabku jujur.
"Hanya itu ?" tanya pria itu lagi.
"Iya...," ucapku singkat.
"Apakah orang yang menggangu keluargamu adalah Mr. Lee ?" tanya pria itu.
"Benar. Mr. Lee selalu menyulitkan keluargaku," jawabku berkata apa adanya.
Tidak memberikan ekspresi apapun dan bahkan tidak memberikan jawaban, pria itu pun keluar dari ruangan ku begitu saja. Namun, ketika langkah pria itu masih belum jauh aku memanggilnya dan membuat langkahnya terhenti. Alasan aku memanggilnya adalah karena aku masih memiliki satu pertanyaan untuk pria itu.
"Tunggu, aku ingin bertanya satu hal lagi," ucapku.
"Tanyakan saja," katanya.
"Siapa namamu ? Bukankah nanti disaat pengucapan janji pernikahan aku harus mengatakan namamu," tanyaku.
"Jay Anderson," jawabnya singkat.
"Claudia Nathalie," ucapku.
"Aku sudah tahu namamu," pungkas pria itu lalu benar-benar pergi dari ruangan ku.
.
.
.
Dua jam berlalu, akhirnya semua persiapan sudah terselesaikan. Aku sudah siap untuk beranjak pergi dari tempatku. Ya, aku akan menuju ke ruang pernikahan dan melakukan prosesi pernikahan bersama pria asing itu.
Aku dengan ditemani oleh ayahku dan beberapa petugas wedding organizer melangkah memasuki ruang pernikahanku.
Aku berjalan perlahan-lahan dan mataku fokus lurus menatap altar pernikahan yang saat ini nampak cantik karena sudah berhiaskan bunga berwarna putih dan cream.
Disaat aku berjalan memasuki ruangan pernikahan itu, musik berbunyi menyambut kedatanganku dan Jay Anderson yang akan menjadi calon suamiku sudah menungguku di altar pernikahan.
Sudah saatnya, kini kakiku telah berhenti tepat di sebelah Jay sedangkan ayahku sudah kembali ke tempat duduknya. Aku berdiri diam di sana dengan pandangan tetap lurus ke depan.
Pendeta yang akan memimpin acara pernikahan ku ini pun bergabung di ruangan itu. Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, Pendeta memulai acara pernikahan ini.
"Sekarang saya minta kepada calon mempelai pria mengucapkan janji pernikahan," ucap pendeta itu.
"Saya Jay Anderson menerima engkau Claudia Nathalie sebagai istri satu-satunya. Saya berjanji akan selalu mengasihi mu, baik dalam keadaan suka dan duka, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan kita. Dan saya berjanji bahwa segala milikku adalah milikmu juga," kata Jay terdengar begitu lancar.
"Sekarang saya minta kepada calon mempelai wanita untuk mengucapkan janji pernikahannya," ucap pendeta itu.
"Saya Claudia Nathalie menerima engkau Jay Anderson sebagai suami satu-satunya. Saya berjanji akan selalu mengasihi mu, baik dalam keadaan suka dan duka, kaya maupun miskin, sehat maupun sakit, sampai maut memisahkan kita. Dan saya berjanji bahwa segala milikku adalah milikmu juga," kataku mengucapkan janji pernikahan itu.
"Semoga kalian mengingat janji yang telah dibuat ini. Oleh karena, janji sudah dibuat saya menyatakan kalian berdua sudah sah menjadi pasangan suami istri," pungkas pendeta itu mengesahkan hubungan pernikahan kami.
Statusku sudah berubah, sekarang aku adalah istri dari Jay Anderson. Dengan perubahan ini, kehidupan yang aku miliki juga berubah.
Setelah janji sudah terucap dan pernikahan telah dianggap sah, kini saatnya mengakhiri acara pernikahan ini. Jay pun melangkah mendekat ke arahku lalu tanpa ragu ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku dengan begitu lembut.
Jujur, ketika dicium oleh Jay jantungku rasanya berdebar dengan kencang dan aku bingung harus membalasnya bagaimana. Jadi, selama ciuman berlangsung aku hanya bisa menutup mata dan diam sambil merasakan detak jantungku yang sudah tidak beraturan.
Akhirnya Jay melepaskan ciumannya dan menatap wajahku dengan ekspresi aneh. Aku tidak tahu mengapa dia bisa berekspresi seperti itu, jadi aku memilih untuk menghindari kontak mata dengan Jay.
Pernikahan telah selesai dilakukan, hutang keluargaku juga sudah lunas dan aku kehilangan masa remajaku yang sangat berharga itu.
Kehidupan baru yang penuh kejutan telah menanti ku. Aku benar-benar berharap setelah menikah dengan Jay, kehidupanku bisa berubah jadi lebih baik dan aku tidak perlu merasa jika keputusanku untuk menikah salah serta merasakan penyesalan.
Pernikahan kini telah benar-benar selesai. Gaun indah yang tadi melekat di tubuhku kini sudah berganti dengan wedding dress dengan model yang lebih simpel.
Aku akan mengenakan pakaian ini untuk kembali ke rumah. Yang ku maksud rumah disini adalah rumah dari suamiku. Bukankah jika seorang wanita menikah ia harus mengikuti suaminya ?
Sebuah mobil SUV berwarna hitam telah berhenti tepat di hadapanku. Pengawal dari suamiku dengan cekatan membuka pintu mobil bagian belakang yang dimaksudkan untukku dan suamiku.
"Silahkan nona, tuan," ucap pengawal itu mempersilahkan ku dengan sopan.
"Masuklah," tutur suamiku.
Sesuai apa yang dikatakan oleh suamiku, aku pun melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam mobil itu namun, ketika aku mau melakukannya aku harus berhenti.
Aku memilih memutar badanku lagi lalu berlari dengan kencang menuju ke arah ayahku. Ya, aku ingin memeluk ayahku lagi walaupun tadi aku sudah melakukannya.
Setelah dirasa cukup, ayahku pun melepaskan pelukan itu dan tanpa terasa air mataku yang tadi sudah berhenti menetes kembali.
"Ayah tolong jangan rindukan aku dan mencemaskan keadaanku," ucapku
"Apa kamu yakin akan baik-baik saja ?" tanya ayahku.
"Iya, aku akan baik-baik saja. Aku akan bahagia dengan pernikahan ini ayah," jawabku bermaksud untuk menenangkan ayahku.
"Baiklah jika kamu bilang seperti itu," ucap ayahku sambil tersenyum.
"Ayah, tolong juga jaga ibu baik-baik ya. Ucapkan permintaan maaf dariku," kataku.
"Ayah akan menyampaikannya," ucap ayahku.
"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi. Jaga diri ayah baik-baik. Aku mencintaimu ayah," kataku sambil berjalan kembali ke arah mobil.
"Kamu juga... Jangan sampai telat makan...," tutur ayahku.
"Okay...," pungkas ku sambil tersenyum.
Aku pun masuk ke dalam mobil itu lalu diikuti oleh suamiku. Setelah semuanya siap mobil ini pun bergerak meninggalkan tempat pernikahan. Membawaku pergi menuju ke rumah suamiku
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Shautul Islah
gaunnya ngga cocok thor, sama usia claudia, gaun emak emak banget
2021-05-29
0
Dirah Guak Kui
sungguh mengharukan menikah dgn org asing
tanpa tau asal usul org tersebut😭😭😭😭😭
2021-01-02
2