5

Waktu pelajaran berlangsung, kelas 10C terjadi kehebohan. Dimana Rama yang suka banget ngegombalin ibu guru mereka yang masih muda. Bahkan Rama tak segan mengajak ibu guru itu mainan tiktok. Dasar nggak ada akhlaq emang tuh Rama.

"Rama lo gila.." seru Ciara sembari terbahak melihat kekonyolan Rama berjoget ala tiktok dengan ibu guru mereka.

"Stres emang tuh bocah." Boy tak kalah heboh melihat kekonyolan sabahatnya itu.

"Udah, udah! sekarang waktunya belajar, jogetnya dilanjut nanti." perintah ibu guru bernama Dini dengan sedikit tertawa.

Itu adalah salah satu cara guru untuk lebih dekat dengan muridnya. Karena murid akan lebih suka guru yang memahami mereka, daripada yang bisanya hanya memarahi mereka.

Karena sejatinya, anak SMA atau lebih disebut anak muda, lebih suka dianggap sebagai teman daripada dianggap murid. Mereka bisa mengekspresikan diri mereka, asal tidak berlebihan.

Mungkin hanya sedikit guru yang memahami teori seperti itu. Dan guru yang seperti itu emang sangat keren. Selain mereka akan menjadi guru favorit muridnya, mereka juga bisa menjadi teman curhat bagi para muridnya. Kedekatan emosional seperti itulah yang bisa membuat anak didik mereka jadi penurut.

"Bu Dini emang guru paling top-lah." puji Rama sembari mengajak tos bu Dini, guru bahasa Inggris mereka.

Dua jam sudah mereka berkutat dengan pelajaran bahasa Inggris. Dan ketika bel berbunyi, sorak sorai terdengar dengan lantang. Mereka lega akhirnya waktu pulang sekolah pun tiba.

"Yeyyy....."

"Al, lo bareng gue atau gimana?" tanya Ellena sembari membereskan alat tulisnya.

"Gue dijemput ama kak Kiano." jawab Alenka tersenyum senang.

"Ciee yang udah jadian.." sorak Ineke memutar tubuhnya kebelakang.

"Lo nggak mau traktir kita gitu Al?" Refina juga memutar badannya.

"Kapan-kapan aja ya? weekend gue ada acara ama orang tua gue." jawab Alenka sembari berdiri dan berjalan keluar kelas, diikuti oleh teman-temannya.

"Itu cowoknya Alenka? kok kelihatannya akrab banget?" tanya Jack, pada saat itu Jack dan yang lain juga sedang menuju parkiran, tapi tanpa sengaja melihat Alenka yang dijemput oleh Kiano.

"Iya, itu calon kakak ipar gue." jawab Arka sembari naik ke motornya. Lalu menjalankan motornya mendekat ke Ciara dan yang lain.

"Have fun ya Al?" seru Ineke juga Refina, bersamaan dengan Kiano yang menjalankan mobilnya secara perlahan.

Dari kejauhan Gio menatap secara seksama lelaki yang satu mobip dengan Alenka. Gio kayak kenal tapi nggak tahu dimana, pokoknya Gio nggak asing aja dengan perawakan Kiano.

"Udahlah, masih banyak cewek lain." ucap Boy menepuk pundak Gio pelan.

"Apaan sih," Gio kembali mengelak, lalu naik ke motornya.

****

Sesampainya dirumah, Gio melempar tas-nya ke atas meja belajarnya. Tanpa berganti pakaian dia melempar tubuhnya ke atas kasur. Pikirannya penuh dengan senyuman Alenka sewaktu dijemput oleh kekasihnya tadi.

Ketika hape-nya berdering pun Gio masih saja melamun. Kemudian diraihnya ponsel yang ada di dalam tas sekolahnya. Ketika dia melihat tidak nama yang tertera di ponselnya. Gio mulai mengerutkan keningnya.

"Ya." katanya singkat. Tapi tidak dijawab malah dimatiin.

"Gimana sih." Gio mulai kesal.

Tanpa sengaja Gio membuka galeri foto di hape-nya, dan melihat ada beberapa foto Alenka yang dia ambil secara sembunyi. Gio tersenyum senang hanya melihat beberapa foto itu. Lalu dia kembali teringat pula saat tadi pagi dia bertabrakan dengan Alenka.

Mata yang jernih, juga lembut membuat Gio sangat sulit untuk melupakannya. Mata yang sama saat dia pertama kali membuka mata karena insiden kegiatan kemah waktu itu.

"Seandainya lo tahu, kalau gue..."

"Nggak, bangun Gio! lo apaan sih, lo cuma merasa punya hutang budi aja, bukan karena lo suka sama dia." Gio meyakinkan dirinya, kalau apa yang dia rasakan itu hanya rasa terima kasih.

Supaya tidak lagi berpikir yang nggak-nggak, Gio memilih untuk ganti baju dan tidur siang. Mungkin pikirannya bisa mengelak dari rasa suka itu, tapi hatinya tidak bisa berbohong. Atau mungkin dia terlalu gengsi untuk mengakui. Atau dia terlalu takut ditolak, apalagi Alenka sudah punya pacar.

"Akh.." teriak Gio mengacak-acak rambutnya sendiri. Dia bahkan tidak bisa memejamkan matanya.

Tok tok tok

"Den, ada temennya dibawah!" suara bibi mengagetkan Gio.

Dengan malas Gio membuka pintu kamarnya, "siapa bi?" tanyanya.

"Nggak tahu den, katanya temen den Gio."

"Ya udah, bentar lagi aku turun." bibi pun menganggukan kepalanya dan kembali ke dapur, melanjutkan pekerjaannya.

Tak butuh waktu lama, Gio menuruni anak tangga. Dia memicingkan matanya melihat ternyata Ineke yang sedang menunggunya di ruang tamu.

"Ineke..." gumam Gio sambil menuruni anak tangga.

"Gio.. Maaf ya gue nggak kasih kabar dulu kalau mau kesini." ucap Ineke terbata-bata. Mungkin karena dia menekan rasa gugupnya.

Gio hanya tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya. "Ada apa ya?" tanyanya tanpa basa basi.

"E..e.. nggak gue cuma mau main aja, sekalian minta ajarin pelajaran matematik tadi."

"Oh, bentar kalau gitu gue ambil buku dulu." Gio kembali menaiki anak tangga dengan berlari kecil. Tak lama dia kembali dengan membawa buku pelajaran yang tadi pagi mereka terima dari guru mereka.

Melihat Gio yang fokus menjelaskan rumus-rumus yang Ineke tidak mengerti, membuat Ineke justru tidak fokus. Dia terus saja menatap Gio dengan kagum. Ketampanan Gio membuatnya tidak bisa fokus sama sekali. Apalagi wajah dingin Gio yang menambah kegantengan lelaki itu.

"Gi, sebenarnya gue udah lama suka sama lo." ucap Ineke tiba-tiba. Gio yang sedikit tersontak, menghentikan gerakan tangannya dan mulai menatap Ineke dengan tajam.

Gio bukannya tidak tahu kalau Ineke suka sama dia. Sikap Ineke sudah sangat jelas menunjukan kalau dia menyukai Gio. Tapi Gio tidak menyangka kalau Ineke akan mengatakan secara langsung kepada dirinya.

Mata mereka saling berpandangan agak lama. Tapi jelas tidak ada cinta di mata Gio buat Ineke.

"Gue suka sama lo Gi." lirih Ineke mengulangi pernyataannya lagi.

"Sorry In, gue cuma anggep lo sebagai temen nggak lebih." Ineke sudah tahu sebenarnya dia akan menerima penolakan ini. Tapi kalau dia tidak jujur sekarang, dia akan semakin terbebani dengan perasaannya sendiri.

"Gue tahu kok lo pasti nolak gue." ucap Ineke dengan tersenyum kecil.

"Tapi kenapa Gi? apa lo udah punya cewek? kata Rama dulu lo punya pacar, apa karena itu?" Ineke tidak bisa menahan rasa penasaraannya.

Gio hanya tersenyum kecil mendengar pertanyaan Ineke. "Iya gue punya pacar dulu, tapi sekarang nggak lagi. Cuman sekarang, gue udah suka sama wanita lain." jawab Gio dengan jujur tanpa memberitahu siapa wanita lain.

"Oh, kalau gitu gue bisa lega sekarang." Ineke lalu membereskan alat tulisnya dan berpamitan. Tujuan awal dia datang memang untuk menyatakan cintanya.

Padahal dia sudah mempersiapkan hati, tapi ternyata dia tidak sekuat itu. Dengan menahan tangisannya dia berlari keluar dari rumah Gio. Sebelumnya Gio juga meminta maaf karena dia tidak bisa menerima Ineke. Karena, harus dia akui, dia menyukai Alenka, meskipun sering kali dia menyangkalnya. Tapi cinta tetaplah cinta, meski mulut menyangkal tapi hati tak bisa bohong.

Terpopuler

Comments

Hidayatul Auylia

Hidayatul Auylia

ini crita cinta segitiga😀

2022-03-28

0

Nailil Ilma

Nailil Ilma

hai kak, aku bawa bom like nih

Kalau ada waktu jangan lupa juga ya mampir di Cinta Anak Pesantren 😍

Mari kita saling mendukung 🙏

2021-08-10

0

Tuti Aja

Tuti Aja

👍👍

2021-04-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!