Halo para Reader tersayang. Jangan lupa tinggalkan jejak ya..
✓Like 👍
✓Coment 💬
✓Rate 5 ⭐
✓Vote 💰
Agar Author semakin semangat nulisnya. Author tidak ada apa - apanya jika tanpa dukungan kalian🤗
🍂Selamat membaca🍂
Di dalam kamar Rey sedang menatap jengah kertas kecil yang sedang dia pegang. Tertulis dengan jelas dan besar sederetan angka nomor telepon.
"Sialan itu Radit, darimana juga dia dapat nomor telepon itu cewek cupu? niat bener itu anak mau ngerjain gue."
Rey menghela napas keras dan lekas mengetik sebuah pesan singkat pada gadis yang menjadi incaran tantangan dari Radit.
Sebenarnya Rey malas harus menghubungi itu cewek cupu. Selama ini cewek cantik dg body sexy bahenol yang selalu mengekorinya. Masak iya sih dia sekarang turun level dan harus berhubungan dengan cewek cupu? Merasa harga dirinya merosot ke lubang got yang tiada ujung, kotor, gelap, dan bau.
Rey mengetuk jarinya pada pinggiran sofa yang sedang didudukinya. Sesekali dia melirik HP smartphone mahal miliknya. 5 menit.. 10 menit.. 30 menit.. Belum ada tanda - tanda chat masuk. Dia sedang menunggu balasan chat dari Dara yang dari tadi belum juga menampilkan notifikasi.
"Gue Rey vanno Erlangga, cewek manapun tak pernah mengabaikanku!" gerutunya.
Rey menggertakkan giginya karena merasa geram.
Drrrttt...drrrttt... ponselnya bergetar pertanda ada notifikasi masuk. Rey langsung menyambar secepat kilat benda pipih yang tadinya ada di atas meja. Berharap ada balasan chat dari Dara. Sejenak Rey terdiam.
"Sejak kapan gue menaruh harapan pada cewek? apa lagi sama cewek cupu itu?"
dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Aaahh, ini karena tantangan si kunyuk Radit itu, dan nggak lebih." Rey coba menyangkalnya.
Kemudian dia melanjutkan aktivitasnya dan menggeser ke atas pada layar ponselnya. Seketika ekspresi Rey langsung berubah 180°, mukanya ditekuk setelah membuka dan membaca chat yang masuk.
Radit
"Hallo baby.. Itu cewek udah lo chat belum??"
Drrttt.. Chat masuk lagi.
Radit
"Gimana..gimana..??"
Drrrttt... Ponselnya bergetar lagi.
Radit
"Pasti kagak direspon ya..? ha..ha..ha.."
"Buju buseeet!! ini anak dukun apa yak. Ngerti aja itu cewek cupu nggak ngrespon gue.
"Gerutu Rey dan sedikit menjauhkan HPnya.
Rey mengetik pesan sambil menipiskan bibirnya dengan ekspresi muka yang seakan - akan ingin sekali memakan orang yang mengirim chat barusan.
Rey
"Aku belum chat dia. Buat apa buru - buru?"
bohong Rey demi menjaga harga dirinya di depan sahabatnya yang satu ini.
Rey
"Tunggu tanggal mainnya, jangan banyak bacot lo monyet anoman."
Rey membanting kesal benda pipih itu ke atas ranjang. Dia mengacak - ngacak rambutnya kesal namun tak menghilangkan ketampanannya.
"Aarrgghh!!! gue Rey Vanno Erlangga, nggak ada satupun wanita yang berani mengabaikanku!"
Rey merasa frustasi, mengingat tantangan dari Radit. Kalau sampai dia kalah mau nggak mau harus menyatakan cinta kepada mbok Inah perawan tua pemilik kantin sekolah yang selalu minta dipanggil inces.
Si inces memang selalu suka mengejar dan menggoda Rey setiap kali bertemu. Murid tampan itu sering menjadi bulan - bulanannya. Tak ketinggalan itu bibir dengan lipstick merah tebal dah kayak pantat ayam mau bertelur selalu ingin nyosor muka tampannya. Rey membayangkannya saja sudah bergidik. Bulu romanya langsung berdiri tanpa permisi.
"Oh..nooo..!! bisa berkurang ketampananku ini." Rey berteriak sambil menangkup kedua pipinya. Melemparkan diri ke atas kasur. Berguling - guling seperti cacing kepanasan. menendang - nendang selimut hingga terbang ke langit dan berserakan entah kemana. Menggigit bantal yang tak bersalah dan melemparnya ke dinding.
"DARA...!! liat aja, lo nggak bakal nolak gue."
Teriak Rey.
Tiba - tiba Rey terdiam. Entah mengapa dia merasa penasaran tentang itu cewek. Otaknya berkata tidak tapi hatinya berkata iya. Iya untuk pertama kalinya seumur hidup Rey merasa penasaran untuk mengetahui lebih tentang cewek. Dia memutar otak apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Alamat rumah, iya gue harus tahu dimana alamat rumahnya."
Rey mencoba menghubungi seseorang petugas sekolahan menanyakan alamat rumah seseorang yang dicarinya itu. Tidak sulit baginya untuk mendapatkan informasi karena dia anak orang konglomerat. Orang kaya mah bebas.
* * *
Pagi menyapa, suara cicitan burung terdengar merdu. Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Dara bergegas pergi ke kamar mandi hanya cuci muka dan sikat gigi. Mengganti piyama tidurnya dengan atasan ketat berlengan pendek bewarna merah muda celana legging ketat selutut. Menampilkan lekuk tubuh indahnya dan tak lupa rambut panjangnya di ikat keatas sehingga menampilkan bentuk lehernya yang jenjang dan putih.
Hari ini hari minggu. Seperti biasanya, Dara melakukan aktivitas paginya lari - lari keliling komplek. Dara bergegas keluar kamar dan menuruni anak tangga dengan semangat.
"Morning bi, saya mau jogging dulu ya." Pamit Dara kepada bi Wati asisten rumah tangganya yang sudah 10 tahun setia mengabdi di keluarganya.
"Iya non. Morning. Hati - hati non," jawab bi Wati sopan.
"Morning Pak Jajang." Sapa Dara kepada satpam rumahnya yang sedang berjaga di posnya.
"Morning non, mau jogging non?" Pak Jajang bergegas membuka gerbang pagar besi besar yang berdiri kokoh di depan rumah Dara.
"Iya pak, saya pergi dulu ya." Dara melangkahkan kakinya keluar gerbang. Berlari kecil mengelilingi komplek perumahan.
Sesampainya di taman, Dara beristirahat sebentar sambil menikmati pemandangan di depannya. Taman yang di desain begitu cantik. Macam - macam bunga dan tumbuhan ditata sedemikian rupa membuat Dara terkesan. Udaranya begitu segar karena di kelilingi pohon yang rindang. Ada danau buatan yang ikut memperindah taman tersebut. Karena hari minggu jadi taman agak ramai pengunjung.
Dara mendekati kursi taman di bawah pohon rindang yang menghadap danau. Dia meletakkan pantatnya di atas kursi dan meluruskan kakinya sambil memijat - mijat ringan.
Gadis cantik itu menghirup napas hingga udara memenuhi rongga paru - paru nya dan menghembuskannya pelan.
Melepas kaca mata tebalnya lalu diselipkan di kerah leher baju ketatnya membiarkan kacamatanya terletak pas di tengah - tengah buah dadanya.
Melepaskan ikat rambutnya dan dibiarkan jatuh tergerai tertiup angin. Dara mencoba menengadahkan mukanya ke atas menatap birunya langit dan memejamkan kedua mata indahnya.
Drrrttt... Drrrttt...
Selang beberapa detik dia baru memejamkan matanya HP yang berada di saku celananya terasa bergetar. Akan tetapi Dara tak kunjung mengecek HPnya, karena dia masih ingin menikmati suasana nyaman di tempat favoritnya ini.
Drrrttt... Drrrttt...
Seakan tidak mengijinkan Dara untuk bersantai HPnya bergetar lagi saakan berontak minta diperhatikan. Hal itu cukup membuat Dara mendengus kesal, dengan cepat mengambil HPnya yang berada di dalam saku celananya. Mengusap layar depan HP untuk membuka kunci dan melihat notifikasi. Ada dua pesan singkat.
From. 081223xxxxxx
"Morning Dara.."
"Boleh kita bertemu? gue Rey."
Dara menatap layar HPnya lama. Nomor yang sama dan mengaku namanya Rey. Dia baru ingat kemarin dia mengabaikan pesan singkat dari nomor ini kemarin.
"Apa mungkin dia Rey yang itu?" pikirannya melayang kemana - mana.
"Apa gue melakukan sesuatu yang fatal tanpa gue sadari ya?" batin Dara.
"Aahhhkk..!! Gue nggak mau berurusan dengan playboy, ngeriii!" Dara menghentak - hentakkan kakinya lalu tubuhnya bersandar lemas ke bangku taman yang sedang dia duduki. Tanpa dia sadari semua tindakannya sekarang sedang diperhatikan seseorang di balik pohon taman.
Bersambung~~
Mampir juga di karya ke duaku ya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
NA_SaRi
emmm kira2 siapa itu? Rey pasti
2022-08-23
0
NA_SaRi
alaaah
2022-08-23
0
NA_SaRi
idih narsis sendiri
2022-08-23
0