Di dalam mobil, tanpa aba - aba Rey memajukan tubuhnya membantu Dara memasangkan seat belt. Dara reflek menahan napas, tubuhnya membeku nggak berani bergerak. Meski Dara mencoba untuk menahan napas tapi harum parfum khas cowok dari tubuh Rey masih bisa memaksa menerobos indera penciumannya.
Masih di posisi yang sama, Rey menoleh ke arahnya. Dan hal itu semakin membuat kedekatan mereka semakin intim. Wajah mereka sangat dekat. Hembusan napas yang saling menyapu kulit muka terasa hangat dan lembut.
Rey menatap wajah mungil Dara yang terlihat lebih cantik dari dekat, lalu kedua maniknya turun ke arah bibir ranumnya yang terlihat basah. Benda kenyal berwarna pink itu begitu menggoda bagi Rey. Mereka masing - masing merasakan detak jantung yang semakin bekerja cepat. Memompa darah keseluruh tubuh. Otak mereka berkecamuk dengan pikiran masing - masing.
"Ohw shit!! Ini sangat menggoda. Gue harus tahan, gak boleh gegabah." Batin Rey.
"Astagaa!! ini cowok suka banget bikin jantungan," Dara juga membantin.
"Ehemm!" Rey berdehem untuk memecahkan suasana yang mulai menegang.
"Lo bisa mati kalau terlalu lama menahan napas," tukas Rey yang sadar akan tindakan Dara dan tersenyum tipis. Lalu mulai menjauhkan tubuhnya dan memposisikan tubuhnya dengan benar di depan setir mobilnya.
Setelah mengetahui Rey sudah menjauh Gadis cantik itu mulai coba bernapas kembali. Wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus. Berharap Rey tidak menyadarinya.
Selang tidak lama Rey menghidupkan mobil, membawa dengan kecepatan sedang. Dalam perjalanan mereka saling diam, hanya suara musik yang terdengar. Dara hanya mengedarkan pandangannya di luar kaca mobil, menikmati pemandangan yang ada.
Dara tidak sadar Rey yang sedari tadi menyetir sambil mengamatinya dalam diam.
Tubuh Dara yang bisa dikatakan langsing, kaki panjang dan ramping, buah dada yang kira - kira berukuran 34 tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil begitu pas di tubuhnya, yang cukup buat Rey tidak fokus dalam menyetir. Hingga dia merasakan ada yang mengeras di bawah sana. Rey berharap Dara tidak menyadarinya.
"Sial! kenapa ini keris mengeras di waktu yang nggak tepat sih?! kalau sampai Dara melihatnya bisa - bisa dia ngira gue cowok mesum. Mau ditaruh dimana muka gue?!" gerutu Rey di dalam hati seraya menutup tubuh bawahnya dengan sebelah tangannya.
Ya meskipun cap playboy melekat pada dirinya, tapi dia belum pernah melakukan hubungan di luar batas pada cewek manapun. Dia masih berfikir sehat karena tidak terkena penyakit kelamin. Dia tahu cewek - cewek yang selalu menggoda dan rela menawarkan tubuh mereka dengan cuma - cuma itu pasti sudah melakukan hubungan selayaknya suami istri pada beberapa pria di luar sana. Sayang banget burungnya yang masih perjaka tulen itu harus direlakan pada perempuan yang status gadis tapi terasa janda itu.
Dara yang sedari tadi diam seribu bahasa cuma bisa meremas - remas jari -jari tangannya karena merasa tidak nyaman. Ada tumpukan pertanyaan yang ingin dia lontarkan pada Rey. Alasan kenapa tiba - tiba dia mendekatinya. Tidak ada angin, hujan maupun petir, cowok itu datang dan bersikap sok akrab dan brani. Itu sungguh terasa aneh baginya.
Dia sadar diri, gak mungkin Rey sang idola tertarik dengannya. Apalagi kalau dibandingkan dengan cewek - cewek yang mengelilingi Rey selama ini selalu memiliki rupa cantik dan body sexy bak gitar spanyol yang sangat menggoda itu tidak apa - apanya kalau dibandingin Dengannya. Tapi pada akhirnya dia menahan niatnya untuk bertanya.
Selama 15 menit menempuh perjalanan. Akhirnya mereka sampai di sebuah kafe. Tanpa menunggu aba - aba dari Rey, Dara cepat keluar mobil. Dia khawatir Rey akan menggodanya lagi seperti yang sudah - sudah. Melangkahkan kakinya menuju kafe tanpa menunggu Rey. Mengedarkan pandangannya keliling ruang kafe untuk mencari bangku kosong.
Dara berinisiatif sendiri, karena kalaupun dia menolak juga percuma, si Rey pasti akan memaksa dan bertindak seperti sebelumnya, itu sangat memalukan.
Setelah keduanya duduk seorang waiter datang menawarkan daftar menu. Dara cuma memesan roti bakar dengan selai coklat kacang dan orange juice. Rey juga memesan menu yang sama dengan Dara. Dara yang mengetahui itu memutarkan bola matanya jengah.
Sambil menunggu pesanannya datang mereka menikmati pemandangan kafe yang bernuansa taman. Ada banyak tanaman terrarium di setiap sudutnya. Tempatnya sangat nyaman dan cantik. Dara yang sebenarnya hobi menanam bunga begitu terkesan dengan nuansa kafe tersebut. Ekspresi wajah yang sedari tadi kaku karena ulah Rey sekarang melembut. Tercetak senyum tipis di bibirnya.
Rey yang sedari tadi mengamati Dara mulai membuka pembicaraan.
"Lo suka tempat ini?"
"Iya." Tanpa menoleh ke arah Rey.
"Lo suka bunga?"
"Iya." Jawabnya singkat.
"Ra..?" panggil Rey lembut.
"Hmm"
"Lo gak penasaran?"
"Tentang?"
"Tentang gue."
"Enggak sama sekali!" ucap Dara penuh penekanan.
Rey terkekeh mendengar jawaban Dara. Dia gadis pertama yang gak terkesan dengan keberadaan Rey. Rey semakin memantapkan hatinya bahwa cewek di depannya itu berbeda dengan cewek - cewek yang mengejar - ngejarnya selama ini.
"Ra..?"
"Apa?"
"Kamu gak mau bertanya sesuatu?"
Pandangan Dara sekarang beralih pada Rey ketika mendengar Rey menggunakan kata 'kamu' padanya. Satu kata yang lebih sopan daripada kata lo gue. Dara merasa tidak enak, dia juga mengikuti alur, menggunakan panggilan 'aku dan kamu' seperti Rey.
"Kenapa? alasannya apa? apa tujuanmu?"
Rey belum menjawab karena seorang waiter datang mengantarkan pesanan makanan. Menaruh dua porsi roti bakar dan dua gelas orange juice di atas meja.
Rey yang melihat gelagat waiter merasa tidak suka. Sebenarnya dari awal masuk kafe Rey menyadari waiter tersebut mencuri curi pandang ke Dara. Sepertinya dia terpesona akan kecantikan Dara yang terlihat lebih sempurna, karena Dara melepas kacamata tebalnya saat ini.
Entah kenapa Rey merasa kesal. Merasa miliknya diincar orang lain. Ya, hari ini Rey bertekad untuk mengutarakan perasaannya ke Dara. Meski tingkat perasaannya masih seumuran jagung. Dia sudah yakin dengan perasaannya sekarang. Apalagi hanya karena seorang waiter terlihat kagum dengan cewek yang sekarang berada di depannya itu, sudah berhasil menumbuhkan rasa posesifnya pada Dara.
"Habisin dulu makananmu baru aku jawab pertanyaanmu," titah Rey.
Mereka makan dalam diam. Selesai makan mereka bergegas keluar kafe dan masuk ke mobil.
Dara mengarahkan tubuhnya menghadap Rey. Memasang ekspresi muka yang seakan menuntut jawaban dari pertanyaannya waktu di kafe tadi. Rey bisa menangkap maksut dari ekspresi mukanya.
"Oke..oke, aku jawab," Rey terdiam beberapa detik, mengatur irama detak jantungnya yang sebenarnya dari awal sudah berdegup kencang gak karu - karuan.
"Aku suka sama kamu, aku mau kamu jadi pacar aku," ucap Rey to the point. Tanpa basa basi dan embel - embelan kata gombalan.
Tiba - tiba Dara tertawa yang seketika membuat Rey memasang muka masam. Rey merasa Dara tidak menanggapi serius ungkapan perasaanya. Cowok itu nggak terima. Dia sudah bersusah payah mengatur jantungnya untuk hal itu.
"Kamu gak percaya?"
"Nggak."
"Kamu butuh bukti?"
"Gak perlu repot - repot," ucap Dara di sela - seka tawanya.
"Tapi sepertinya kamu harus dikasih bukti,"
Dengan cepat Rey meraih dagu manis Dara, menariknya mendekat, mendaratkan bibirnya ke bibir Dara. Memberi kecupan sekilas.
Dara yang terkejut luar biasa, aliran darahnya terasa berhenti. Otaknya mencoba mencerna situasi saat ini. Tidak ada respon apapun darinya.
"Kalau kamu cuma diam jangan salahkan aku jika bertindak lebih," tandas Rey. Hasratnya sudah memanas ingin sekali menikmati bibir ranum milik Dara.
Namun tidak ada respon apapun dari Dara. Nyawanya entah kemana. Terkejutnya akan serangan Rey yang tiba - tiba.
Rey pun mulai beraksi. Mencengkram tengkuk leher Dara. Melesatkan bibirnya pada benda kenyal bewarna pink itu, yang sedari tadi sudah menggodanya. Mencecap rakus seakan tiada lagi hari esok. Lidahnya mulai menjelajah permukaan bibir Dara yang sedari tadi tertutup rapat. Mencoba mendongkrak dengan lidahnya agar mau membuka bibirnya.
Dara yang mulai kehabisan napas reflek membuka bibirnya. Menyadari itu Rey menggunakan kesempatan itu, memasukan lidahnya, menjelajah rongga bibirnya, bertukaran cairan saliva.
Tubuh Rey semakin terasa panas, tangan kekarnya mulai turun mengusap - usap punggung Dara dan mulai menyelinap di balik kain. Hal itu menyadarkan Dara kembali ke akal sehatnya. Ciuman Rey terhenti karena mendapat dorongan keras dari Dara. Keduanya masih dengan napas yang terengah - engah.
"Dara, maaf," Rey sadar dia sudah melebihi batas Ada rasa cemas yang terbesit dalam hatinya. Khawatir bahwa gadis yang kini menjadi tambatan hatinya kecewa, marah, dan akan menjauh karena tindakannya tadi.
"Aku mau pulang," ucapnya datar.
"Raa.." Rey cemas.
"Pulang sekarang!" titahnya tegas. Kedua mata cantiknya mulai tergenang cairan bening.
Rey pun menuruti permintaannya, membetulkan posisinya dengan benar. Menghidupkan mobil dan melaju menuju ke rumah Dara.
Bersambung~~
Jangan lupa mampir di karya author satunya lagi ya, masih on going. Ditunggu kunjungannya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
NA_SaRi
nah loh, marahlah dia disosor kayak bebek angsa
2022-08-23
2
NA_SaRi
umur segitu udh ngerti aja jurusnya adooh
2022-08-23
2
NA_SaRi
wooooi aku msh dsni
2022-08-23
1