Rahim Sewaan
Berawal dari kebangkrutan perusahaan milik Raul Jaya, putrinya yang bernama Lilian Jaya harus menanggung banyak derita. Satu persatu rentenir dan para investor mendatangi Lilian untuk menagih hutang dari ayahnya. Lilian bingung karena setelah kebangkrutan perusahaan ayahnya pergi entah kemana bagaikan di telan bumi.
Lalu Lilian bertemu dengan Lestari, seorang wanita paruh baya yang sangat disegani di kota ini. Awal pertemuan mereka berawal saat Lilian yang berjalan kaki sepulang dari pasar hendak menuju rumahnya. Namun di tengah jalan tiba – tiba ada seorang rentenir beserta ke empat anak buahnya yang menghadang Lilian.
Saat Lestari melewati jalan itu dan tidak sengaja melihat Lilian yang ditindas, belanjaannya di injak – injak oleh para preman. Karena merasa kasihan akhirnya Lestari menyuruh sang supir untuk berhenti. Wajah rentenir dan anak buahnya seketika tercengan kala melihat seorang Lestari Pranata yang turun dari mobil itu.
“Kalian butuh berapa?” tanya Lestari dengan santai.
“Hutang dia lima ratus juta beserta bunganya,” jawab rentenir itu.
Lestari terlihat mengeluarkan sebuah cek, dan menuliskan nominal sesuai yang rentenir itu minta.
“Ambillah dan jangan pernah mengganggu gadis ini.” Lestari memberikan selembar cek itu dan akahirnya rentenir itu pergi bersama anak buahnya.
“Kamu tidak apa – apa?” tanya Lestari.
Lilian memberanikan diri untuk mendongkakkan wajahnya, dia meraih tangan Lestari yang ia ulurkan ke arahnya.
“Kamu tidak apa – apa?” tanya Lestari lagi.
“Iya Nyonya saya tidak apa – apa,” jawab Lilian ragu.
“Mari duduk dulu. Jangan panggil Nyonya, panggil saja tante atau bibi.” Lestari mengajak Lilian duduk di kursi halte yang ada tak jauh dari tempat mereka berdiri. Setelah memposisikan diri mereka di atas kursi halte, Lestari mulai bertanya kepada Lilian.
Dengan ragu Lilian mulai menceritakan kehidupannya kepada Lestari. Namun tanpa Lilian sadari air matanya mulai membanjiri pipnya, dia tak mampu lagi menahan kesedohannya saat mengingat kejadian yang menimpa keluarganya.
“Lalu dimana ibumu Lilian?” tanya Lestari.
“Ibuku sudah bahagia di surga Tante.” Lilian memaksakan bibirnya untuk mengulas sebuah senyuman.
“Maaf saya tidak tahu.” Lestari merasa bersalah karena telah menanyakan hal itu kepada Lilian. Namun disisi lain Lestari merasa sedang beruntung, dia menemukan wanita yang cocok untuk anaknya.
“Mari ikut saya.” Lestari mencoba mengajak Lilian ke suatu tempat. Awalnya Lilian takut dan menolaknya, namum karena paksaan dan mengingat Lestari sudah menolongnya akhirnya Lilian mau.
Lilian masuk ke dalam mobil mewah Lestari, di duduk di bangku penumpang tepat di sebelah Lestari. Dalam perjalanan, Lestari banyak menyakan tentang kehidupan Lilian dan juga asmaranya. Mendengar bahwa Lilian belum mempunyai seorang kekasih itu bagai kabar yang sangat baik bagi Lestari. Ditambah dengan Lilian yang hidup sebatang kara dan menanggung banyak hutang, membuat Lestari seperti mendapat peluang besar.
Mobil berhenti di tempat parkir salah satu café yang terlihat sangat mewah bagi Lilian. Lestari mengajak Lilian turun dan memasuki café itu.
“Mau pesan apa?” tanya Lestari yang melihat Lilian hanya diam tidak membuka buku menu.
“Apa saja Tante,” jawab Lilian ragu.
Sambil menunggu pesanan datang, Lestari mulai mebicarakan tawarannya kepada Lilian.
“Saya bisa saja membantumu untuk keluar dari masalah, dan Raul Jaya Group juga mempunyai hutang yang sangat besar dengan Pranata Corp’s.” lestari menyodorkan ponselnya ke arah Lilian.
Kedua mata Lilian terbelalak melihat nominal hutang ayahnya kepada Pranata Corp’s. Satu triliyun bukanlah angka yang kecil, itu bahkan mempunyai banyak angka nol di belakangnya. Lilian tidak bisa membayangkan bagaimana dia harus menghadapi para rentenir dan penagih hutang yang ditinggalkan oleh ayahnya.
“Saya bisa saja menganggap lunas hutang itu jika kamu mau menerima syarat dari saya. Tapi saya juga bisa menjebloskan kamu ke penjara karena kamu adalah satu – satunya pewaris sah atas Raul Jaya Group.” Lestari menghentikan pembicaraannya saat pelayan datang membawakan pesanan mereka.
“Bagaima Lilian?” tanya Lestari dengan senyum sejuta arti.
“Apa syaratnya Tante?” tanya Lilian ragu.
“Gampang saja, kamu menikah dengan anak saya dan kandungkan anak laki–laki untuknya. Jika anak itu sudah lahir kamu boleh bercerai dengannya.” Dengan sangat enteng Lestari mengatakan hal itu kepada Lilian.
Sejenak Lilian diam, dia memikirkan tawaran dari Lestari.
“Saya juga mau tapi juga dengan syarat,” ucap Lilian memecah keheningan.
“Apa?” tanya Lestari.
“Lunasi juga semua hutang ayahku yang lain.” Mendengar kata – kata Lilian membuat Lestari tertawa.
“Lilian , Lilian, itu hal yang sangat mudah bagiku. Aku menyanggupi syarat darimu, ini kartu namaku. Hubungi aku jika kamu sudah siap dan ini uang muka untukmu.” Lestari memberikan kartu namanya kepada Lilian. Tidak hanya itu, Lestari juga meninggalkan amplop coklat yang berisi uang sepuluh juta sebagai uang muka kepada Lilian.
Lilian memandang punggung wanita paruh baya itu saat meninggalkannya. Untuk beberapa saat Lilian memandang kartu nama itu dan memandang amplop coklat yang kini ada di tangannya. Dengan kekuatan yang tersisa, Lilian membawa kedua benda itu dan pergi meningglkan café tersebut.
Dengan gontai Lilian melangkahkan kakinya ke arah rumahnya. Pikirannya berkecamuk memikirkan keputusan yang aru saja ia buat.
Aku menjual rahimku untuk melunasi hutang ayahku. Kata – kata itu seperti sebuah audio yang terus berputar di otak Lilian.
“Tidak, aku harus merubah nasibku. Aku ingin ayah bahagia dan tidak ada orang yang menagih hutan jika ia kembali nanti.” Guman Lilian untuk menyemangati dirinya.
Meskipun sudah hampir satu tahun ayahnya tidak kembali, tapi Lilian masih mengharapkan kehadiran sang ayah. Dia selalu berdoa agar suatu saat nanti Tuhan membawa ayahnya kembali bersama Lilian.
Sampai di rumah, Lestari membicarakan hal ini kepada Johan. Laki – laki itu nampak tidak suka, dia ingin sekali menolak perintah sang ibu namun apa dayanya dia tidak akan bisa. Lestari menceritakan tentang kepribadian dan latar belakang dari Lilian.
“Jadi dia dulu orang kaya juga?” taya Johan memotong pembicraan Lestari.
“Iya Johan kamu benar. Dan Ibu yakin dia berpendidikan dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi.” Dengan penuh keyakinan Lestari mengatakan hal itu.
“Apa aku boleh masuk?” tanya Stevia dari pintu.
“Boleh Sayang, masuklah,” jawab Johan mengizinkan istrinya untuk masuk ke dalam.
“Ada apa?” tanya Stevia yang penasaran.
“Aku sudah menemukan wanita yang akan megandungkan anak kalian. Ibu sudah memeriksa latar belakangnya dan juga pendidikannya.”
“Apakah dia mau Bu?” tanya Stevia yang terlihat bersemangat.
“Tentu, kau tahu Raul Jaya Group kan Johan. Dia putri pemilik perusahaan itu, dan kau pasti tahu perusahaan itu mempunyai hutang yang sangat besar dengan Pranata Corp’s.” lestari memberikan penjelasan.
“Jadi Ibu meminta dia membayar lunas hutanya dengan mengandung anakku?” tanya Johan terkejut.
Bersambung.. .
Jangan lupa baca juga karya author yang lain ya😊
Ditunggu like, komen, favorit kalian di sana🙏🏻 Happy reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
。.。:∞♡*♥
tega banget masa disuruh cerai, mending pertahanin aja
2022-10-21
0
。.。:∞♡*♥
mampir semangat kak
2022-10-21
0
Yuli anti
🥺
2022-09-26
0