1

Mereka semua hanya diam, dan mendengarkan perkataan guru. Namun sepertinya ada satu anak yang tak mendengarkan perkataan gurunya. Yaitu gadis di sebelahku yang ku berikan boneka kelinci padanya.

Dia hanya bermain boneka kelinci itu, dengan senang, dan tersenyum-senyum sendiri. Lalu aku memanggilnya, dan berkata padanya untuk mendengarkan penjelasan gurunya. Untunglah dia langsung menurut padaku, sepertinya anak-anak disini sangat penurut.

Tapi baguslah jika mereka semua itu penurut, tak akan ada kekacauan yang akan terjadi saat mereka masih menurut. Kami semua mendengarkan penerangan dari guru kaki dengan serius.

Lalu tak lama kemudian suara bel berbunyi, yang menandakan waktu sekolah sudah selesai. Karena kami masih baru pertama kali masuk teka, jadi pulang kami lebih awal, hanya khusus hari ini saja.

Semua anak-anak berlari ke pintu keluar untuk segera menemui orang tua mereka yang sudah menunggunya. Lalu aku segera pergi keluar untuk menemui orang tuaku. Namun aku berhenti di depan pintu, dan melihat gadis itu.

Sepertinya dia sedang panik, dan sedang mencari sesuatu. Lalu aku kembali lagi, dan menemui gadis itu.

"Hei apa yang kau lakukan?" tanyaku padanya.

"Ah!? aku kehilangan boneka yang kau berikan" kata gadis itu sibuk mencari-cari.

"Hmm? memangnya terakhir kali kau lihat ada dimana?" tanyaku.

"Tadi kalau tidak salah aku taruh di atas meja, tapi sekarang menghilang entah kemana" kata gadis itu.

"Hei tidak mungkin boneka itu menghilang dengan sendirinya. Coba kau cari lagi ada dimana bonekanya, aku yakin bonekanya masih berada di dekat sini" kataku.

Akhirnya hanya karena dia, aku pun ikut membantu dalam pencarian bonekanya. Aku lihat wajahnya yang berkaca-kaca, yang hampir ingin menangis. Membuatku kasihan padanya, sebenarnya kenapa dia sampai begitu hanya karena sebuah boneka.

Lalu aku mengecek di dalam tasnya, dan ternyata boneka itu berada di dalam tasnya.

"Hei ini kan bonekanya" kataku sambil menunjukkan padanya.

"Ah iya, yey akhirnya ketemu... kau menemukannya dimana? apa sebenarnya kau sengaja menyembunyikan boneka ku?" tanya gadis itu marah padaku.

"Eh? kenapa kau berpikiran seperti itu? memangnya aku terlihat seperti menyembunyikan boneka mu?" kataku.

"Hmm? kau ini anak yang aneh sekali, cara bicaramu itu aneh" kata gadis itu.

"Aneh? aneh bagaimana maksudmu?" tanyaku.

"Iya aneh, kau itu berbicara seperti orang dewasa tahu. Oh ya, ngomong-ngomong kau menemukan boneka ku dimana?" tanya gadis itu.

"Aku menemukan boneka itu di dalam tasmu" kataku.

"Ah iya! aku lupa kalau aku sendiri yang menyimpan boneka ku di dalam tas. Maafkan aku sudah menuduh mu, ayo kita berteman" kata gadis itu menjulurkan tangannya padaku dengan tersenyum.

"Hah... apa boleh buat kalau kau memaksa" kataku sambil menjabat tangannya.

"Tuh kan, lagi-lagi cara berbicara mu itu seperti orang dewasa" kata gadis itu.

"Hah aku tidak peduli, jadi siapa namamu?" tanyaku.

"Namaku Lisa, kalau namamu?" kata Lisa.

"Namaku Jay" kataku.

Lalu tiba-tiba orang tuaku memanggilku di belakang, "Jay sayang! ayo pulang!" kata ibuku.

"Aduh ibu... jangan berbicara seperti itu, itu sangat memalukan" kataku dengan suara kecil pada ibu.

Lalu setelah itu aku pergi pulang menaiki mobil yang di kendarai oleh ayahku. Rasanya aku pernah mendengar nama "Lisa" tapi kapan ya aku pernah mendengar nama itu?. Rasanya namanya tak asing bagiku, oh ya aku baru ingat.

Kalau nama "Lisa" itu adalah bayi yang sering menatapku pada waktu aku di ruangan bayi. Tapi apa benar dia Lisa yang waktu itu, tapi sepertinya tidak mungkin. Karena tak hanya dia yang menggunakan nama Lisa, bisa saja orang lain.

"Oh ya Jay, kamu kalau berbicara dengan seseorang harus bertingkah seperti anak seumuran pada umumnya ya" kata ibuku.

"Iya ibu, aku akan berusaha" kataku.

Orang tuaku sudah mengetahui tentang diriku, sejak pertama kali aku bisa berbicara. Yaitu pada saat aku berumur 3 tahun, mereka mendengarkan aku yang sedang berbicara. Awalnya mereka sangat terkejut padaku, karena dengan cara berbicara yang seperti orang dewasa.

Namun lama-kelamaan mereka sudah tak mempedulikan cara bicaraku yang tak pantas pada umurku yang saat itu. Mereka mengira kalau aku waktu itu sedang kesurupan, sampai memanggil dukun segala.

"Oh ya Jay... siapa nama gadis kecil yang imut itu. Padahal kau ini masih kecil ya, sudah berani pegang-pegangan tangan perempuan. Apa kau suka padanya?" tanya ibuku.

Aku yang sedang minum mendengar perkataan ibu membuatku tersedak, "Uhuk uhuk... hah... ibu ini bicara apa sih? aku itu berpegang tangan dengannya hanya untuk berkenalan saja" kataku.

"Ah maaf gara-gara ibu kau jadi tersedak, hmm tapi. Kau tetap menyukainya kan" kata ibu.

"Argh! ibu ngomong apa sih, kalau berbicara jangan yang tidak-tidak" kataku kesal.

"Haha maafkan ibu, hanya saja kau itu seperti anak yang jenius Jay. Kau berfikir lebih cepat dari pada orang yang seumuran denganmu, jadi ibu pikir kau sudah bisa menyukai seseorang" kata ibu.

"Yang benar saja, tak akan mungkin aku menyukai gadis seperti itu. Tadi saja dia sangat ceroboh, dan pelupa sampai menghilangkan bonekanya. Untung aku menemukan bonekanya.

Dan di tambah lagi dia itu sangat cengeng, aku benci orang yang cengeng" kataku.

"Ah benar juga, terakhir kali kamu menangis itu hanya pada pertama kamu lahir. lalu setelahnya kau tak pernah menangis lagi, bahkan jatuh saja kau tak menangis. Anak ibu sangat kuat ya" kata ibuku.

"Haha tentu saja aku kuat, aku adalah anak yang hebat" kataku dengan sedikit sombong.

Tiba-tiba ayah ikut dalam pembicaraan ibu, dan aku,. "Halah kau hanya segitu doang Jay. Dulu ayah jatuh dari hotel lantai 5 saja tak menangis" kata ayah.

"Mana ada orang yang seperti itu, ayah hanya mengarang cerita saja" kataku.

Di sepanjang perjalanan kami saling mengobrol, dan canda tawa. Sampai suatu ketika di perjalanan kami pulang, karena kami asik mengobrol. Ayah menjadi tidak waspada dalam mengendarai mobil, alhasil kami terjadi kecelakaan yang sangat parah.

Mobil kami tak sengaja menabrak kereta api yang sedang berjalan dengan kencang. Aku melihat dengan samar-samar dalam kejadian itu, ku lihat banyak sekali orang yang membantu kami.

Aku melihat ayah, dan ibuku berlumuran darah di sekujur tubuhnya. Begitu juga denganku, kami di angkat keluar dari mobil oleh para warga. Lalu kami di letakan di atas tanah, aku lihat kedua orang tuaku sudah tak bergerak sedikitpun.

"A-ayah... I-ibu..." kataku dengan suara kecil.

Para warga yang melihat kejadian ini turut berdukacita, "Kasihan sekali anaknya, kedua orang tuanya pergi meninggalkannya. Padahal dia masih sangat kecil sekali, pasti dia akan berat sekali untuk melepaskan orang tuanya" kata seseorang yang melihat kejadian itu.

"Tidak! tidak mungkin! orang tuaku tidak mungkin mati!" kataku dalam hati.

Dengan sekuat tenaga aku merangkak untuk melihat wajah kedua orang tuaku. Lalu ku lihat wajahnya yang ternyata sudah hancur, dan tak berbentuk. Orang itu benar... kedua orang tuaku sudah mati.

Aku memeluk badan ayahku, dan ibuku sambil menangis. Kenapa? kenapa ini semua terjadi padaku, kenapa harus seperti ini. Aku tidak menginginkan yang seperti ini, sama sekali tidak. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk hidup ke depannya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

R.F

R.F

2 like. feedback ya

2020-12-27

1

Caramelatte

Caramelatte

jangan kasi kendor thorr
semangat terosss

2020-11-24

0

Akira ✨

Akira ✨

like 😉

2020-11-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!