Layar besar yang ditonton Tang Xiao lenyap bersamaan dengan lenyapnya orang-orang yang ada di dimensi kekosongan itu. Tang Xiao duduk berlutut memegang kepalanya. Ingatan tentang dirinya sebagai Sang Pemusnah berbayang sedikit demi sedikit. Ingatan itu ibarat puzzle yang harus disusun satu persatu agar menjadi sempurna.
Ingatan Tang Xiao tentang dirinya, tentang hidupnya, tentang kegiatan sehari-harinya sebelum pertempuran 100.000 terjadi, kini dia ingat dengan jelas. Bahkan tragedi penyebab dirinya meledakkan tubuhnya pun kini dia ingat dengan jelas. Dalam ingatannya, Tang Xiao sudah tidak bisa mengeluarkan satu jurus pun walaupun itu jurus terlemah. Yang dia ingat, lautan energinya sudah habis dan kering. Yang tersisa hanyalah beberapa tetes saja. Inti energinya pun sudah tak bergerak lagi dan sudah ada retakan halus di inti energinya yang berbentuk bola dengan sembilan warna seukuran kepala manusia. Malangnya, dengan sisa-sisa energinya, dia hanya bisa meledakkan diri. Peperangan selama 100.000 tahun melawan makhluk Ilahi kuno yang lebih kuat darinya, benar-benar telah menguras lautan energinya.
Tang Xiao menghembuskan nafas berat. Ada banyak hal yang terlalu cepat untuk diingatnya maupun diketahuinya. Hal itu membuat Tang Xiao sakit kepala. Walaupun ingatan Tang Xiao telah kembali, tapi perasaannya tidak dapat dirasakannya. Perasaan saat ia berperang, perasaan saat ia berkumpul bersama delapan temannya, perasaan saat ia bertualang ke Delapan Semesta. Tang Xiao pun menanyakan hal itu ke pada 2 orang abdinya yang dari tadi terus memperhatikannya.
"Kami juga tak tau Tuan, mungkin sudah keputusan Sang Maha Pencipta." Jawab mereka serempak.
Tang Xiao memejamkan matanya. Dia teringat orang tuanya yang meninggal beberapa tahun lalu akibat penyerangan aliran hitam. Dan bagaimana harapan kedua orang tuanya untuk membalaskan dendam kematian mereka. Dulu dia menganggap pembalasan kematian orangnya adalah hal mustahil. Tapi sekarang, ketika dia mengetahui akan jati dirinya, semua pembalasan dendam itu ibarat membalikkan telapak tangan. Hanya butuh sedikit kesiapan dan ketahanan agar kekuatannya bisa bangkit. Mengingat itu semua, membuat Tang Xiao mengepalkan tangan dan ingin segera membangkitkan kan kekuatannya.
Tang Xiao lalu menatap ke arah kedua abdinya itu yang sedang menatap ke arahnya. Mereka tidak tahu apa yang dialami oleh tuan mereka sejak kecil. Karena mereka tertidur di alam jiwa Tang Xiao sejak keluar dari dimensi kekosongan. Dan mereka baru bangun ketika umur Tang Xiao genap 15 tahun atau tepatnya hari ketika Tang Xiao dirusak wajahnya. Mereka berdua yang melihat kejadian itu begitu murka, namun mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka tidak bisa keluar dari alam jiwa Tang Xiao yang masih belum membangkitkan kekuatannya. Karena ada segel khusus yang mengurung mereka berdua agar tetap di dalam alam jiwa, yang mana segel itu tidak akan bisa lepas kecuali kekuatan Tang Xiao bangkit. Mereka melihat Tuan mereka saat ini sedang tersenyum ke pada mereka.
"Jadi kamu yang berjubah emas adalah Naga Sembilan. Sedangkan yang berjubah hitam pekat adalah Tongkat Hitam?" Tanya Tang Xiao sambil menunjuk ke arah mereka.
"Benar Tuan...." Jawab mereka serempak.
"Dan kami disini untuk membangkitkan kekuatan Tuan serta menemani Tuan mengambil penahan energi Tuan yang tersebar di Delapan Semesta." Lanjut pemuda yang berjubah hitam. Walaupun pemuda berjubah hitam itu memancarkan aura kematian yang begitu mengerikan yang dapat membunuh seseorang yang berada di tingkat Perunggu ke bawah, namun dia adalah seorang pemuda yang ramah. Wajahnya yang tampan itu pun selalu dihiasi dengan senyuman.
"Bagaimana caranya? Sedangkan aku tidak memiliki kemampuan apapun saat ini.?
"Itu gampang Tuan... " Jawab Naga Sembilan sambil menjentikkan jarinya.
Kliikk...
Kini Tang Xiao dan kedua abdinya telah berada di pinggir lautan energi yang sangat luas. Lautan itu begitu kental dan mempunyai sembilan warna yang berbeda. Ditengah lautan itu terdapat sebuah bola seukuran kepala manusia dewasa yang melayang tenang.
"Untuk membangkitkan kekuatan Tuan, hanya perlu meneteskan darah ke lautan energi tuan agar segera aktif. Nanti tuan akan melewati ujian yang sangat menyakitkan. Tuang akan disambar petir sepuluh kali sambaran. Petir itu mengandung hukum kematian sekaligus hukum kehidupan. Bagaimana berhasilnya Tuan dalam membangkitkan kekuatan, semua tergantung dari tekad Tuan." Jelas Naga Sembilan yang berada di belakang Tang Xiao.
Tang Xiao yang awalnya sangat semangat kini menelan ludah. Dia tidak menyangka begitu sulitnya untuk membangkitkan kekuatannya sendiri. Apalagi sampai harus disambar petir sampai sepuluh kali. Selama ini yang didengar oleh Tang Xiao, bahwa kebanyakan orang mati di tempat ketika di sambar petir satu kali saja. Sedangkan dia harus disambar petir 10 kali. Jika dia menjadi abu, bahkan abunya juga ikut tersambar petir hingga tak bersisa. Memikirkan itu membuat Tang Xiao merinding. Namun dia tahu, satu-satunya jalan yang bisa ditempuh olehnya untuk membalaskan dendam orang tuanya hanyalah ini. Walau seperti apapun ujian itu, walau harus meruntuhkan langit, tetap akan dijalankannya.
Dengan tekad dan keyakinan yang membara, Tang Xiao menggigit jarinya. Sesaat dia terlihat meringis. Darah mengucur dari jari yang digigit itu, dan dia langsung meneteskannya ke lautan energi yang tepat berada di depannya itu. Ketika tetesan darah terakhir, lautan energi itu tiba-tiba bergejolak mengeluarkan suara gemuruh. Terlihat petir-petir kecil keluar dari lautan energi. Naga Sembilan dan Tongkat Hitam terbang menjauhi Tang Xiao sejauh 500 meter. Semakin lama petir-petir kecil itu semakin besar. Hingga petir sebesar pohon randu berwarna hijau keluar dan langsung menyambar tubuh Tang Xiao.
Cetaarrr....
Aakkhh...
Bboomm....
Tubuh Tang Xiao yang terkena petir itu hancur berdebu. Debu-debu itu kemudian bersatu secara perlahan membentuk Tubuh Tang Xiao yang sedang dalam posisi duduk lotus. Naga Sembilan dan Tongkat Hitam tersenyum melihat itu. Mereka tidak menyangka akan secepat itu tubuh Tang Xiao terbentuk kembali. Mereka tahu, untuk memahami hukum kematian dan hukum kehidupan dalam petir itu sungguh sangat sulit. Tapi Tang Xiao hanya perlu sesaat untuk memahami kedua hukum yang paling absurd di seluruh semesta.
Sebuah petir berwarna hijau yang ukurannya dua kali lipat dari yang pertama kembali menyambar tubuh Tang Xiao. Kejadian serupa terus berlangsung hingga pada petir yang terakhir. Petir terakhir berwarna sembilan yang berbeda. Seperti paduan warna-warna petir-petir sebelumnya yang ukurannya lebih besar dari sembilan petir sebelumnya. Dengan cepat petir itu menyambar tubuh Tang Xiao dan mengeluarkan suara ledakan yang cukup keras. Saking kerasnya, lautan jiwa Tang Xiao bergetar.
Debu-debu tubuh Tang Xiao bergerak ke atas hingga ketinggian 100 meter, debu tersebut berhenti dan perlahan menyatu membentuk tubuh Tang Xiao.
Tampaklah kini seorang pemuda seumuran 20 tahun yang sangat tampan. Ketampanan yang tidak manusiawi. Tubuh yang berotot terlihat menyembul dari baju Tang Xiao yang robek-robek. Kulitnya kini sangat putih lebih putih dari susu. Kulitnya sangat halus tapi begitu keras. Lebih keras dari baja hitam sekalipun. Rambutnya berwarna biru muda begitu juga matanya yang warna biru bahkan lebih indah dari safeer biru. Tang Xiao yang melayang-layang itu tersenyum lebar. Senyuman yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya yang kedua ini. Kemudian Tang Xiao tertawa terbahak-bahak. Tawa yang belum pernah dilakukannya sebelumnya, baik di kehidupan pertamanya ataupun keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Zahwa 1234
mantapp upp nya banyakiin.
2021-07-03
2