Mentari merangkak dengan cepat ke peraduannya. Senja tampak di ufuk barat. Mega merah menghiasi langit sore, bak lukisan tiada tara. Burung-burung berterbangan membentuk formasi yang bermacam-macam. Suasana indah sore itu tak seperti suasana hati Tang Xiao yang berjalan gontai ke arah sekte. Dia berjalan memutar melewat tembok belakang. Disana ada jalan rahasia yang hanya diketahui oleh Tang Xiao dan pemimpin Sekte yang menjadi ayah angkatnya. Tang Xiao mengingat semua kejadian pada malam kematian kedua orang tuanya. Dia telah di nasihati ibunya agar tidak keluar sebelum orang bertopeng itu pergi dari desa. Setelah kematian ibunya, aliran putih mulai berdatangan menyerang ratusan orang bertopeng yang membantai seluruh orang desa. Dalam persembunyiannya, Tang Xiao mendengar suara pedang berdentingan. Dia menutup telinganya dan menangis tanpa suara. Hanya itu yang bisa dilakukan Tang Xiao saat ini.
Beberapa saat kemudian, suara dentingan pedang pun terhenti. Tang Xiao berdiri mencoba keluar melihat apa yang terjadi. Walaupun umur Tang Xiao baru 5 tahun, namun karena kecerdasan dan didikan terbaik dari orang tuanya, dia bisa memahami apa yang terjadi. Dia melihat beberapa orang dengan pakaian seperti seorang pendekar dan tidak memiliki topeng, sedang berlari menghunuskan pedangnya mengejar beberapa orang bertopeng yang lari terbirit-birit.
Melihat ada seorang anak kecil yang keluar dari rumah yang satu-satunya tidak terbakar di desa itu, beberapa orang yang ada disekitar situ menghampirinya. Seorang pria berumur 30-an tahun menunduk berlutut di depannya dan memeriksa keadaan anak itu.
"Nak, kamu tidak apa-apa? Dimana orang tuamu?. Tanya orang itu sambil mengusap kepala anak itu dengan penuh kasih sayang.
Sejenak Tang Xiao terdiam mendengar itu dan melihat sekelilingnya, dia mendapati orang tuanya yang berlutut tertusuk satu pedang dari belakang ayahnya hingga menembus punggung ibunya. Mereka mati dalam kedaan berpelukan dan tersenyum lebar. Tubuh Tang Xiao bergetar hebat melihat itu. Perlahan tangisnya pecah. Dia berlari ke arah jasad orang tuanya dan memeluk mereka. Dia menangis tersedu-sedu.
Beberapa orang yang ada disitu kaget melihat orang yang ada di depan mereka. Orang-orang itu menggertakan giginya melihat pasangan pendekar yang begitu terkenal di masanya, yang sudah mundur dari dunia pesilatan mati dalam keadaan yang begitu memilukan. Tang Xiao yang masih menangis tersedu-sedu itu seketika jatuh pingsan. Orang-orang segera membawanya dan mengobatinya.
Setelah melakukan pemakaman yang layak ke seluruh orang desa termasuk pasangan pendekar, orang-orang itu kembali ke tempat mereka masing-masing. Tang Xiao di bawa oleh pria yang mengajak dia berbicara tadi. Pria itu adalah Pemimpin Sekte Bambu Emas yang bernama Han Shan.
...****************...
Tang Xiao sampai di kamarnya dengan mengendap-endap agar tidak diketahui orang lain.
Hampir semua orang tidak menyukai Tang Xiao hanya beberapa orang saja.
Tang Xiao segera membersihkan diri. Wajahnya meringis bila luka-luka yang memenuhi wajahnya itu terkena air. Dia hanya bisa pasrah akan hidupnya. Namun saat ini dia bertekad bagaimana caranya pergi dari sekte. Dia lun mngemaskan barangnya serta menulis sesuatu di atas beberapa kertas. Setelah itu dia keluar dari kamarnya memakai topeng dan memakai baju seorang tetua sekte disitu.
Sementara itu di tempat yang tak jauh dari kamar Tang Xiao, dua orang tua sedang mengkhawatirkan seseorang.
"Bagaimana ini suamiku, kenapa Xiao'er belum kesini. Padahal ini sudah larut."Ucapa perempuan berumur sekitar 50-an dengan nada khawatir.
"Tenang lah istriku, Xiao'er mungkin sebentar lagi kesini. Mungkin sedang ada dikamarnya. Jika sebentar lagi Xiao'er tak datang maka aku sendiri yang akan mencarinya." Ucap seorang laki-laki berumur sekitar 60-an mencoba menenangkan istrinya walaupun dia sendiri juga khawatir.
"Bagaimana aku bisa tenang saja, sedangkan selama ini Xiao'er selalu diganggu oleh orang-orang bejat itu. Bagaimana aku bisa tenang jika terjadi sesuatu yang membahayakan Xiao'er. Bagaimana kita menjawabnya jika Ketua Sekte yang dalam pengasingan setelah kembali bertanya tentang Xiao'er? "
" Tenang aja istriku, Xiao'er orang yang kuat. Walaupun Xiao'er tak punya basis kultivasi, tapi tubuhnya setara dengan orang yang di tingkat Batu puncak." Laki-laki tua itu menyembunyikan kekhawatiran istrinya. Walaupun laki-laki tua itu mengetahui bahwa Tang Xiao tak kan bisa menang melawan seorang yang di tingkat Batu tahap awal apalagi melawan para jenius sekte yang berada pada tingkat perunggu akhir, namun dia mencoba untuk tetap menenangkan istrinya yang bernama Jie Ji itu.
Mendengar omongan suaminya itu, Jie Ji hanya bisa mendengus pelan. Dia tau, tak kan pernah bisa menang bersilat lidah melawan suaminya itu yang bernama Ju Tie. Setelah beberapa lama mereka menunggu, akhirnya mereka memutuskan untuk mencari Tang Xiao yang sudah dianggap seperti cucu sendiri dan merawatnya sejak datang ke sekte ini. Pasangan tua itu mencari ke kamar Tang Xiao, karena kemungkinan besar dia sudah pulang dan langsung istirahat, tidak menemui mereka dahulu. Namun Tang Xiao tidak ada di kamar. Hanya ada sepucuk surat di atas meja dekat pintu tempat mereka berdiri. Mereka membaca surat itu.
Kakek, Nenek, ini Xiao'er. Jika Kakek dan Nenek telah membaca surat ini, itu berarti Xiao'er sudah tidak ada di sekte. Tidak usah mencari Xiao'er. Xiao'er pergi hanya untuk mencari pengalaman baru di luar sana. Tenang saja Kek, Nek, dengan pengetahuan Xiao'er mampu menjadi orang yang sukses walaupun tidak menjadi seorang pendekar sperti cita-cita Xiao'er selama ini. Ya setidaknya Xiao'er bisa pergi dari sini yang sudah seperti neraka bagi Xiao'er. Oh iya Kek, Nek, nggak usah cemas jika ditanyai oleh ayah, karena Xiao'er udah tulis surat untuk ayah dan alasan Xiao'er pergi. Mohon maaf selama ini sering membuat hati Kakek dan Nenek sedih. Maafkan Xiao'er yang tak bisa pamit langsung karena takut tak diizinkan. Damai sentosa selalu untuk Kakek dan Nenek.
Setelah membaca surat itu, Jie Ji menangis perlahan dan memeluk suaminya. Di usianya yang telah berkepala lima ini tak bisa berbuat apa-apa. Apalagi pasangan ini bukanlah pendekar. Mereka hanyalah koki di Sekte, sehingga mereka tak mempunyai kekuasaan dalam Sekte itu. Ju Tie pun sedikit mengalir air matanya. Jelas dia lebih tegar dari istrinya. Namun siapa juga yang tak sedih hatinya ditinggal orang yang selama ini mereka sayangi sejak kecil hingga sekarang. Sejenak mereka terdiam disitu. Hanya suara isak tangis Jie Ji yang terdengar. Selama beberapa saat, setelah Ju Tie menenangkan istrinya, mereka pun kembali ke kamar.
Sementara itu diluar penginapan sekte, seorang remaja bertopeng dihadang oleh beberapa orang berjubah hitam berlambangkan bambu emas 1 rumpun.
"Tuan Muda, benarkah yang anda katakan itu? " Tanya salah seorang diantara mereka. Para pria berjubah hitam itu tak lain adalah orang-orang kepercayaan Ayah angkat Tang Xiao. Walau bagaimanapun, Tang Xiao tetap Tuan Muda mereka.
" Ya paman sekalian. Aku akan tetap pergi dari sini. Paman sekalian pasti sudah bisa menebak alasan aku pergi dari sini kan? " Jawab Tang Xiao.
Para pria di depannya menelan ludah. Mereka menggertakkan giginya. Selama ini mereka tau apa yang terjadi pada Tuan Muda mereka, tapi mereka hanya bisa diam tak mampu berbuat apa-apa karena telah diancam oleh Lin Hei. Jika mereka mengadukan segala perbuatan anaknya ke Patriak Sekte, maka keluarga orang yang melaporkan itu akan dibasmi dan dihancurkan sampai ke akar-akarnya. Hingga sekarang, Patriak tidak tahu perbuatan bejat Lin Hei yang selalu mengganggu anaknya.
"Bagaimana jika Patriak bertanya tentang Tuan Muda? " Tanya seorang pria paruh baya dengan nada sedikit khawatir.
" Ayah tak akan bertanya apapun, karena aku telah menuliskan surat agar tidak menyalahkan siapa pun. Tenang saja Paman aku akan baik-baik aja. Dengan pengetahuan yang aku punya serta kecerdasan ku, mungkin aku bisa bekerja untuk Kekaisaran dan menjadi seorang menteri dengan pengetahuan ku." Ujar Tang Xiao menenangkan. Ucapan Tang Xiao bukanlah omong kosong. Tang Xiao adalah orang yang sangat jenius. Jika dibandingkan dengan jenius lainnya maka mereka tidak ada apa-apanya. Bagaimana tidak, seluruh buku di perpustakaan sekte, mulai dari lantai bawah sampai lantai atas , telah habis dibaca oleh Tang Xiao. Dan jika Tang Xiao membaca, ia hanya membaca buku satu kali sampai habis, maka dia mampu mengingat semua yang ada di buku itu dengan jelas. Seolah-olah buku tersebut dibentangkan dihadapannya.
Makanya Tang Xiao percaya diri dengan kemampuannya dan pengetahuannya yang melebihi pengetahuan Tetua Sekte yang ada dihadapannya kini.
Para Tetua itu terdiam. Mereka manggut-manggut dan memang mereka mengakui kecerdasan Tang Xiao. Hanya saja sayangnya dia tak mampu belajar ilmu bela diri karena kondisi tubuhnya. Tapi tetap aja ada rasa khawatir dalam diri mereka.
Para Tetua itu hanya menghela nafas pelan. Mereka tak tau harus berbuat apa. Pada akhirnya seorang tetua mendekati Tang Xiao dan menyerahkan satu kantong berisi kepingan koin emas, perak dan perunggu.
"Tuan Muda, maaf kami hanya bisa memberikan ini. Semoga dengan ini, perjalanan Tuan Muda bisa lancar." Tang Xiao menerima kantung itu dengan berat hati.
"Paman sekalian, terima kasih telah membantuku selama ini, membantu dengan sembunyi-sembunyi pasti berat untuk Paman sekalian. Maaf aku yang tak bisa membalas kebaikan Paman sekalian. Paman sekalian dengan ini aku mohon ijin pergi" Tang Xiao menundukan badan kemudian dia berbalik dan menuju ke belakang Sekte. Saat itu suasana hampir tengah malam. Rembulan bersinar cerah di angkasa. Gemintang menghiasi langit malam itu. Sekte sendiri telah sepi. Hanya terdengar suara jangkrik malam.
Tang Xiao bergegas keluar melalui jalan rahasia yang kini dilewatinya. Setelah sampai diluar pondok, dia bergegas lari ke arah selatan Sekte. Setelah sekitar 2 jam berlari, kini Tang Xiao berdiri tegak. Di depannya telah ada jurang sedalam 200 meter. Jurang itu biasanya menjadi tempat pembuangan mayat aliran hitam yang mati di sekitar sekte. Jika seseorang jatuh ke jurang itu dan tidak memiliki ilmu meringankan tubuh serta tenaga dalam yang cukup, maka bisa dipastikan orang itu akan mati. Dasar jurang itu sangat curam hingga sangat jarang orang mendekatinya.
Tang Xiao menatap langit malam. Dia tersenyum. Air mata kembali mengalir di wajahnya yang kini penuh luka goresan. Bagi yang melihat wajahnya akan merasa ngeri tersendiri. Tang Xiao teringat masa-masa kecilnya yang begitu indah. Juga dia teringat masa bersama orang tua angkatnya dan kedua Kakek Neneknya.
Cerita.......
Dengarlah ceritaku
Seorang yatim piatu penuh duka
Hidup dalam bayang neraka
Hari-hari begitu berat
Hanya mereka segelintir
Memanusiakan manusia
Cukuplah disini derita ku.
Setelah berpuisi singkat itu, tanpa basa basi, Tang Xiao melompat ke jurang itu. Dengan cepat tubuhnya turun ke bawah. Tang Xiao melompat dengan wajah menatap angkasa. Topengnya telah lepas, namun bundelan kain yang dibawanya masih mengikat di dadanya. Tang Xiao tersenyum lebar.
'Ayah Ibu, aku akan segera menyusul kalian. Maafkan aku yang tak bisa membalaskan dendam kalian.' Ucap Tang Xiao dalam hatinya.
Namun, tanpa dia sadari sebuah portal terbentuk di dasar jurang sebelum dia melompat. Portal yang berwarna emas itu naik ke atas mendekati tubuh Tang Xiao yang sedang melayang jatuh ke bawah.
Swooshhh....
Portal itu menelan tubuh Tang Xiao tanpa disadarinya. Secepat tubuh Tang Xiao lenyap dari udara secepat itu juga portal itu hilang.
Lalu sebuah suara terdengar
"Selamat datang Tuan"
..._____________________...
Jangan lupa krisan, Like Vote dan Komen ya.😁😁🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Bang Fuadi
lanjut sudah saya like dan tare
2020-11-15
3
$0|4®
lanjut
2020-11-14
2