The Romance Of The Thousand Loves
Di sebuah sekte besar aliran putih, terlihat ratusan murid luar sedang berlatih di tanah lapang. Hiruk pikuk dan semangat teriakan terdengar dari setiap murid. Panas yang terik tidak menunurunkan semangat latihan mereka. Dipandu dengan beberapa guru pembimbing yang selalu memberi instruksi, sehingga tidak ada waktu untuk berleha-leha. Mereka semua berjuang untuk menjadi lebih kuat dan kuat. Di dunia ini berlaku hukum rimba, yang kuat dialah yang berkuasa. Perbedaan kasta menjadi hal yang sangat besar di dunia ini. Semua peraturan hukum rimba itu menjadi penyemangat murid-murid setiap sekte untuk terus berlatih tanpa letih.
Peperangan antara aliran hitam dan aliran putih selalu terjadi, hampir setiap tahun akan ada peperangan, baik dalam sekala besar maupun kecil.
Di suatu tempat yang lumayan jauh dari tempat latihan murid-murid tadi, tepatnya di luar tembok sekte, terdapat 10 orang remaja yang sedang mengelilingi 1 orang. Usia mereka sekitar 15-an tahun.
10 orang tersebut adalah murit inti dari sekte yang bernama Sekte Bambu Emas itu. 10 orang itu tampak bersemangat dan tertawa-tawa melihat orang yang mereka kelilingi itu hanya meringkuk di tanah menutupi wajahnya. Kejadian seperti ini bukanlah sekali atau dua kali, tapi sudah seperti menjadi hal rutinan untuk orang yang sedang meringkuk itu.
"Hahaha... Lihat lah si Sampah ini, hanya mampu meringkuk dan tak bisa melakukan apapun. Dasar orang lemah, cuihh...." Ucap seorang diantara 10 orang itu yang bertindak sebagai pemimpin. Dia bernama Lin Yan anak dari Wakil Pemimpin Sekte yang bernama Lin Hai, orang kedua terkuat di Sekte yang sekaligus adalah keluarga cabang dari 5 keluarga Utama Kekaisaran Yan. Walaupun Lin Hai adalah keluarga cabang, tapi kekuatannya patut diperhitungkan dan sebentar lagi memasuki Keluarga Utama Lin.
"Hahah benar Kakak Lin. Sampah ini hanya akan menjadi sampah selamanya. Dia hanya menjadi aib bagi sekte kita ini." Seorang gadis cantik dengan penampilan menggoda dan sedikit terbuka bagian dadanya tersenyum mengejek. Sehingga menampakan separuh buah dadanya yg montok itu. Dia adalah Lan Lun dari keluarga Lan. Satu keluarga yang menjadi Bangsawan di salah satu kota besar Kekaisaran Yan. Lan Lun juga adalah tunangan dari Lin Yan. Lan Lun termasuk jenius sekte seperti Lin Yan.
"Kakak Lin, bagaimana kalo wajahnya kita rusak aja. Biar mampus dia." Ucap Lan Lun ke Lin Yan sambil mengapit lengan Lin Yan ke dadanya yang montok itu membuat Lin Yan mimisan dan mengangguk seperti hewan peliharaan tuannya.
Orang yang meringkuk tadi bernama Tang Xiao, seorang yang mempunyai keanehan dalam tubuhnya. Keanehannya yang paling membuat sebagian orang ketakutan adalah dia mempunyai jantung yang terletak di sebelah kanan dada, yang pada umumnya manusia letak jantung berada di kiri dada. Dan lagi, Tang Xiao tidak memiliki wadah tenaga dalam sama sekali. Padahal di dunia ini setiap manusia mempunyainya walaupun bukan seorang pendekar ataupun keturunan pendekar. Orang-orang mengaitkan Tang Xiao tidak mempunyai tenaga dalam dan jantung yang terbalik dengan keturunan siluman. Sehingga orang-orang menjulukinya dengan nama Si Sampah Siluman.
Tang Xiao yang mendengar ucapan Lan Lun tersebut hanya bisa merintikan air mata. Wajahnya yang selama ini menjadi satu-satunya keberuntungan yang dimilikinya kini akan direnggut darinya. Wajah Tang Xiao sebenarnya sangat tampan. Bahkan tidak berlebihan bila dikatakan Tang Xiao adalah orang tertampan di benua. Karena ketampanan yang tak manusiawi ini juga semakin mengukuhkan orang-orang menjulukinya Si Sampah Siluman. Namun Tang Xiao menganggapnya sebagai sebuah takdir yang harus dijalaninya. Tapi menurutnya takdirnya ini terlalu menyakitkan. Seolah-olah takdir tak berpihak kepadanya, seolah-olah takdir mengolok-oloknya.
Tang Xiao tak terima bila wajahnya dirusak. Dia bangkit dengan perlahan. Mencoba melakukan perlawanan walaupun mustahil. Melihat Tang Xiao bangkit, Lan Yan tersenyum mengejek. Lalu tanpa basa basi dia menendang perut Tang Xiao yang belum sempurna berdiri. Tendangan itu membuat Tang Xiao terpental beberapa meter. Orang-orang sekitarnya tersenyum mengejek. Tak ada satupun yang membelanya. Bahkan mereka bersorak gembira melihat Tang Xiao terpental.
Tang Xiao memuntahkan darah segar yang cukup banyak. Seluruh isi perutnya seakan ingin keluar. Dia memegangi perutnya sambil terduduk berlutut. Darah segar mengalir dari mulutnya. Pandangan Tang Xiao berkunang-kunang. Sesekali gelap dilihatnya. Tapi dia mencoba mempertahankan kesadarannya. Terik matahari menambah kesengsaraan Tang Xiao.
"Hei kalian pegang erat tubuh sampah itu. Aku akan melakukan sesuatu yang tak akan pernah dilupakannya." Perintah Lin Yan ke delapan orang temannya itu. Mereka pun memegang seluruh tubuh Tang Xiao termasuk kepala Tang Xiao yang ditengadahkan oleh dua orang. Tang Xiao mencoba melawan, namun apalah dayanya yang begitu lemah dihadapan para pendekar sombong ini.
Lin Yan berjalan ke arah Tang Xiao sambil mengeluarkan sebuah pisau perak dari saku jubahnya. Lin Yan menjilat pisau tersebut seakan dia begitu menantikan kejadian seperti ini. Lan Lun yang berjalan di samping Lin Yan tersenyum sinis. Perusakan wajahpun dimulai, Tang Xiao hanya bisa meronta-ronta dan sesekali berteriak yang tak keluar suaranya karena mulutnya telah disumpali oleh kain. Selesai perusakan wajah, Lin Yan dan teman-temannya pergi dari situ meningggalkan Tang Xiao yang menangis tersedu-sedu dengan darah yang menuhi wajahnya serta luka yang begitu perih. Bukan cuma luka di wajah, tapi di hatinya juga bagai tersayat-sayat.
Tang Xiao telentang sambil menatap langit. Teriknya matahari tak dihiraukaunnya. Hidupnya kini begitu sengsara. Dia kini berpikir lebih baik baginya untuk pergi dari dunia ini. Dunia yang telah begitu kejam merenggut orang tuanya. Meninggalkan dia sendiri. Tang Xiao kembali teringat pada malam kematian kedua orang tuanya. Ingatan yang tak akan pernah terlupakan.
______Flashback_______
Pada malam itu, malam yang begitu cerah. Gemintang tampak bertaburan di angkasa. Walau tanpa rembulan, namun malam itu terasa begitu damai dan tenang. Di sebuah desa kecil di pinggiran Kekaisaran Yun, dalam sebuah rumah sederhana beratapkan daun rumbia, terdapat keluarga kecil yang bahagia. Keluarga itu terdiri dari seorang Ayah dan Ibu serta seorang anak berumur lima tahun. Seorang anak yang begitu tampan juga begitu cerdas.
"Xiao'er setelah belajar langsung tidur ya nak. Ini sudah larut." Ucap perempuan berumur sekitar 30-an tahun yang bernama Tang Ning.
"Iya ibu. Ini juga udah selesai. Ayah pun kelihatannya sudah ngantuk." Balas anak tersebut sambil melirik ayahnya yang menguap beberapa kali.
"Hadeuh Ning'er, anak mu ini sudah pandai menggoda ayahnya. Ini pasti gara-gara didikan Ibu kan." Balas seorang laki-laki yang berumur tak jauh dengan Istrinya. Laki-laki tersebut bernama Tang Shan. Kedua pasangan itu bermarga sama namun perempuan itu dari keluarga cabang, sedangkan suaminya dari keluarga utama.
Tang Ning hanya tersenyum mendengar suaminya. Dari tadi perasaannya sudah tak enak, seakan bakal terjadi sesuatu. Namun dia hanya menyimpannya sendiri tanpa mengatakan pada suaminya apa lagi anaknya. Dan dikira itu pun cuma perasaan saja.
Tang Xiao yang saat itu baru berumur 5 tahun berjalan kekamarnya bersama orang tuanya. Seperti biasa, sebelum tidur, Tang Ning akan membacakan beberapa puisi serta bernyanyi lagu anak-anak. Sedangkan Ayahnya memberi petuah dan nasihat kehidupan. Kedua pasangan itu ingin menjadikan Tang Xiao sesorang yang berbudi luhur. Seseorang yang tak memiliki jiwa pendendam
Lihatlah...
Rembulan menatap dari angkasa
Tersenyum penuh makna
Kepada mereka bertuah kebajikan
Tanpa pernah lelah menumpas kejahatan
Lihatlah......
Surya menatap dari angkasa
Memerah tatapannya
Kepada mereka yang semena-mena
Tak pernah takut akan karma
Hingga ajalpun tiba
Aduhai.... Hidup ini penuh makna.
Diantara bacaan puisi dan nasihat dari kedua orang tua itu, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang cukup keras. Membuat rumah anak beranak ini bergetar. Tang Xiao yang yang terkaget langsung memeluk ayahnya. Ayahnya juga langsung memeluk erat Tang Xiao.
"Apa yang terjadi ada apa ini?" Tang Ning bertanya ke suaminya.
"Lari.... Desa kita diserang aliran aaakkhhhhh...."
Terdengar suara jeritan dan minta tolong yang saling bersahut-sahutan.
Tang Shan yang mendengar itu menyerahkan Tang Xiao ke istrinya dan berjalan keluar sambil membawa pedang. Tang Ning membawa anaknya sembunyi di sebuah ruangan.
"Hahaha... Bakar semua rumahnya bunuh semua orang di desa ini. Jangan biarkan seorangpun hidup."
Terdengar suara tawa menggema.
Tang Shan keluar sambil menghunuskan pedangnya, dia meningkatkan kewaspadaannya. Begitu tiba diluar, dia melihat suasana yang begitu menyedihkan. Rumah-rumah dilalap api yang membubung. Mayat tanpa kepala tergetak di tanah, sebagian mayat itu ada yang terpotong badannya, tangannya, ada yang diitusuk beberapa tusukan.
Tiba-tiba dihadapan Tang Shan muncul sepuluh orang berjubah hitam memakai topeng hitam. Tanpa banyak basa basi, Tang Shan merengsek maju sambil memainkan pedangnya. Permainan pedang yang begitu indah.
"Hahaha tak ku sangka ternyata ada pendekar terkenal di desa kecil dan terpencil ini. Ini akan menjadi menarik." Ucap salah seorang diantara sepuluh orang itu sambil menghindari pedang yang diarahkan kepadanya. Orang itu menghindari pedang sambil tertawa.
Tang Shan tidak peduli dengan ucapan orang itu. Dia terus menyerang kesepuluh orang bertopeng itu tanpa henti. Tang Shan berhasil melukai 3 orang bertopeng itu dengan luka yang serius. Kesepuluh orang itu mundur seketika. Dan 3 orang terluka itu terduduk sambil mengalirkan tenaga dalamnya menghentikan pendarahan. Pertarungan itu pun terhenti sesaat.
"Hahah bagus-bagus. Walaupun kultivasi mu sudah hancur ternyata masih bisa melakukan perlawanan. Bagus-bagus. Tak sia-sia julukan Pendekar Pedang Suci diberikan padamu."
Mendengar hal itu, Tang Xiao mendengus
"Heh.... Ternyata antek-antek aliran hitam masih hidup. Tak kusangka 10 tahun yang lalu ketika aku melukaimu dengan cukup parah masih bisa banyak bacot seperti sekarang. Bagaimana wajah buruk mu itu masih ingat rasanya? " Balas Tang Xiao tersenyum sinis. Tang Xiao mencoba menyembunyikan gemetar tubuhnya kelelahan karena pertarungan sebentar tadi. Walaupun hanya sebentar tapi sudah membuat dia begitu kelelahan karena tak mempunyai tenaga dalam lagi serta beberapa luka dalam yang belum sembuh total.
"Kurang ajar. Orang yang hampir mati pun kebanyakan bicara. Kalian serang dia bersama gunakan kekuatan penuh kalian." Teriak orang yang tadi bicara.
Ketujuh orang itu melesat cepat ke arah Tang Shan sambil mengeluarkan jurus andalannya masing-masing. Pertarungan kembali berlanjut.
Pada akhirnya Tang Shan pun tumbang. Kekuatan perbedaan terlalu jauh. Ke sepeluh orang itu berada pada tingkat Pendekar Emas. Sedangkan yang berbicara tadi Pendekar Emas puncak.
"Hahaha... Lihat lah.... Seorang yang dijuluki Pendekar Pedang Suci dengan tingkat Permata pada zamannya bertekuk lutut didepan ku. Hahaha ini merupakan berita besar." Derai tawa orang yang bertopeng diikuti oleh ke sembilan bertopeng lainnya.
Tang Shan hanya diam menunduk. Dia sangat mengkhawatirkan anak dan istrinya. Dia berharap-harap mereka tidak keluar dari persembunyiannya. Walaupun kematian di depan matanya, setidaknya anak istrinya bisa hidup dan bisa membalaskan dendamnya kelak.
"Cepat gledah rumah ini, barangkali ada harta berharga ataupun istrinya disini. Kita bisa bersenang-senang dengan istrinya yang kecantikannya begitu terkenal dengan julukan Giok Suci. Hahahaha.... " Perintah orang bertopeng emas ke sembilan orang yang langsung bergerak ke rumah sederhana yang kini jadi tempat persembunyian anak dan ibu.
Tang Shan pucat pasi mendengar itu, dia mencoba tenang agar tidak dicurigai bahwa benar-benar ada anak dan istrinya di rumah itu. Namun dalam hatinya dia berdoa ke pada Tuhan agar mereka berdua bisa selamat.
Tak lama berselang, kesembilan orang itu keluar dari dalam rumah dengan tangan kosong tidak membawa apa-apa, hanya sebuah pedang putih milik Tang Ning. Tang Shan bernafas lega, dia bersyukur ke pada Tuhan yang mengabulkan doanya.
"Lapor Tuan, di dalam kami tidak menemukan apapun kecuali pedang ini. Sepertinya istrinya telah lari duluan." Seorang dari mereka memberikan pedang putih itu.
"Hemm... Pedang ini kualitasnya tak kalah dengan senjata milik pemimpin. Ditambah lagi dengan pedang milik orang ini maka bisa menjadi harta rampasan yang sangat berharga." Orang itu yang dijuluki Tengkorak Hitam sambil mengumpulkan pedang milik sepasang suami istri tersebut.
"Baiklah kita bunuh saja orang ini lalu secepatnya pergi dari sini sebelum orang aliran putih datang ke sini. "
Tengkorak Hitam pun mengeluarkan pedangnya dari punggungnya hendak menebas leher Tang Shan. Namun sebelum pedang itu mengenai leher Tang Shan seseorang dari dalam rumah menjerit dan melompat menyerang sepuluh orang bertopeng emas.
" Hahaha Giok Suci akhirnya keluar dari persembunyiannya. Sekarang kau bukan lagi tandingan kami. Kalo dulu mungkin kami memang bukan tandingan mu, tapi sekarang keadaan telah berbalik. Sama saja kamu menyerahkan kesucianmu kepada kami. Hahaha ini akan menjadi malam yang sangat menyenangkan. Hahaha.... " Tengkorak Hitam itu mundur ke belakang sambil menjulurkan lidahnya menjilati bibirnya yang meneteskan air ludah.
Namun tanpa ada yang menyangka, Tang Ning merebut pedang salah seorang bertopeng itu lalu berlari ke arah suaminya dan menusuk Tang Shan dari belakang hingga tembus ke dada, lalu Tang Ning melompat ke depan suaminya yang berlutut itu dan menusukan dirinya sendiri ke pedang yang menancap di dada suaminya. Pedang itu menembus jantung Tang Ning hingga ke belakang punggungnya.
Sebuah pemandangan memilukan terpapar di hadapan sepuluh orang bertopeng emas itu. Pasangan pendekar yang begitu terkenal 10 tahun lalu dan menjadi pilar penting Aliran Putih, kini mati bersama dalam pelukan penuh cinta dan saling menatap mesra.
"Suami ku..... ma... afkan... ak... u... Aku.... Tak.... Ing... in....eng...kau...mati... di.....tang... an... para bede.... bah... itu.... Suami.... ku.... A.. ku....mencin......taimu....." Ucap Tang Ning terbata-bata sambil menyunggingkan senyum manis untuk yang terakhir kali di depan suaminya.
"Istriku...tercinta......aku...yang....harusnya....minta.......ma...af.....Maaf...belum.....bisa..... memberikan... Hidup....yang....layak....kepadamu.....maafkan....aku....Istriku......" Tang Shan memeluk istrinya yang sedang tersenyum padanya itu. Mereka mati dalam pelukan sambil tersenyum. Mereka tidak membahas tentang Tang Xiao kecil agar orang-orang bertopeng itu tidak mencari anaknya. Mereka yakin, suatu hari Tang Xiao akan membalaskan dendam mereka dan dendam seluruh orang desa yang dibantai habis.
..._________________________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
mamayot
bawa like buat author.salam Dari MY BODYGUARD PANJI
2021-07-28
2
Rusmahar Nina Bunda Hanisa
aku maunya apa
2021-07-27
1
syafridawati
aku mampir dengan like dan fav fallbak balik ya ke novel lelakimu makasih
2021-07-26
1