My Destiny (Clara & Eland)
Eland dengan kasar menarik rambut kusut Clara hingga kepalanya terdongak ke atas. Satu tangannya lagi dia gunakan untuk mencengkeram dagu tirus gadis yang sedang memejamkan mata sembari mendesis lirih menahan sakit akibat kekerasan yang sedang dia lakukan.
"Katakan padaku dimana kakakmu bersembunyi sekarang! Cepat beritahu aku!" teriak Eland dengan nada suara yang sangat tinggi.
"A-aku tidak tahu, Tuan. S-sungguh," jawab Clara tak berdaya.
Plaaakkk
Satu tamparan langsung mendarat di pipi Clara begitu dia selesai bicara. Eland, dia begitu murka saat dirinya lagi-lagi tak berhasil membuat gadis ini membuka mulut. Setelah pulang dari perusahaan, seperti orang yang kerasukan dia mendatangi ruangan tempat Clara disekap saat terkenang dengan almarhum kakaknya yang meninggal dengan tubuh bersimbah darah. Amarahnya semakin memuncak ketika dia melihat Clara yang tengah tertidur nyenyak di atas tikar yang selama ini dia tinggali. Tanpa merasa iba sedikit pun Eland langsung melayangkan sebuah tendangan yang mengarah pada bagian perut Clara hingga membuatnya terpental menabrak tembok.
Clara saat itu hanya bisa meringis sambil memegangi perutnya yang luar biasa sakit. Air matanya menetes, tapi tidak ada satu pun suara yang keluar dari mulutnya begitu dia melihat Eland yang sedang menatapnya dengan penuh kebencian. Tubuh Clara bergetar kuat, dia sangat ketakutan setiap kali pria ini datang. Karena tidak hanya kekerasan fisik saja yang akan dia terima, tapi juga pelecehan s*sual yang sangat kejam. Ya, malam dimana Clara diculik, itu adalah malam terakhirnya menyandang gelar sebagai seorang gadis perawan. Pria psikopat ini dengan begitu kejam merudapaksa Clara dengan cara yang sangat brutal. Bahkan Clara dibuat tak sadarkan diri saat keperawanannya di renggut dengan cara yang sangat tidak manusiawi. Membuat dirinya mengalami rasa trauma yang sangat parah setiap kali melihat kemunculan Eland.
"Sekali lagi kutanya padamu dimana bajingan itu bersembunyi. Cepat beritahu aku atau aku akan menghabisimu malam ini juga. Cepat katakan dimana kakakmu bersembunyi, k*parat! Aaarrrgggghhhhhh!" teriak Eland semakin menggila.
Mata Clara terpejam, bibirnya bergetar dengan sangat kuat ketika dia mendengar suara ikat pinggang yang sedang dibuka. Clara tahu sebentar lagi tubuh ringkihnya akan kembali merasakan panasnya cambukan ikat pinggang tersebut. Hal yang sudah biasa dia rasakan hampir di setiap malamnya.
"Oh, jadi kau lebih memilih untuk menutup mulut daripada bicara jujur padaku. Iya?" tanya Eland sembari mengayun-ayunkan ikat pinggang di depan wajahnya Clara.
"T-Tuan ... a-aku sungguh tidak tahu dimana kakakku berada sekarang. A-aku tidak bohong."
Harus bagaimana lagi cara Clara meyakinkan pria ini kalau dia benar-benar tidak mengetahui dimana keberadaan kakaknya. Sejak dia di kurung di tempat ini, Clara tak lagi memiliki hak untuk sekedar berkomunikasi dengan satu-satunya keluarga yang dia punya. Tapi pria ini tak pernah mau percaya, dia selalu menjadikan alasan itu untuk menyiksanya dengan segala macam cara. Clara sudah putus asa, dia tak tahu lagi harus bagaimana.
"Aku muak mendengar alasanmu yang selalu saja tak mau memberitahuku dimana bajingan itu bersembunyi. Kalian berdua pasti bersekongkol. Iya kan!" tuduh Eland kemudian mulai melayangkan cambukan.
Ctaaarrrrrr, ctaaarrr
Mata Eland semakin memerah saat dia melihat Clara yang hanya diam tak bersuara. Delapan bulan menyekapnya, telinga Eland sudah terbiasa mendengar jerit kesakitan yang keluar dari mulut gadis ini setiap kali dia memberinya siksaan. Tapi entah kenapa sudah sebulan ini dia tak lagi mendengar suara rintihan Clara. Gadis ini hanya akan bicara saat dia bertanya, bahkan tak lagi memohon pengampunan seperti di awal-awal dia menyekapnya.
'Ibu, sakit Ibu. Tolong aku, aku sudah tidak kuat lagi menerima semua siksaan ini. Tolong minta Tuhan untuk mencabut nyawaku saja, aku ingin tinggal bersama Ayah dan Ibu di surga. Aku benar-benar sudah sangat lelah, Bu. Aku lelah....
Clara tidak tahu kapan penyiksaan itu berakhir karena dia sudah kehilangan kesadarannya lebih dulu. Eland yang melihat mangsanya sudah tidak sadarkan diri di lantai nampak tersenyum sinis kemudian memakai kembali ikat pinggangnya. Dia merasa begitu puas melihat punggung Clara yang koyak dan berdarah-darah. Jangan lupakan juga luka lebam di bagian tubuh yang lain, termasuk juga luka bekas tamparan di wajah gadis ini. Semua itu entah kenapa membuat Eland merasa sangat lega.
Saat hendak keluar dari ruangan itu, tiba-tiba sisi iblis di diri Eland kembali mencuat. Dia berkeinginan menyalurkan hasratnya ke tubuh kurus Clara. Dengan biadapnya Eland menarik celana Clara sambil terkekeh seperti orang gila, dia juga merobek baju usang yang menjadi penutup tubuh bagian atasnya. Seketika ***** Eland meledak begitu dia melihat pay*dara Clara yang hanya tertutup bra berwarna gelap, itupun sudah dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
"Kau p*lacur kecil, bangun. Cepat buka matamu dan layani aku. Cepat bangun!" teriak Eland sembari mengguncang tubuh kurus Clara.
Tak ada respon. Clara benar-benar sudah terjebak di alam bawah sadarnya. Dan hal itu membuat Eland kembali tersulut emosi.
Plaaakkkk
"Bangun j*lang, jangan memaksaku untuk kembali menyiksamu. Cepat bangun dan layani aku. Bangun Clara!"
Eland menggeram marah saat Clara masih tak mau membuka mata meskipun dia sudah menampar wajahnya dengan sangat kuat. Lama-lama ***** yang berkobar di diri Eland menghilang, dia sudah tak tertarik lagi untuk meminta pelayanan **** dari tawanannya ini.
"Huh, membuat moodku rusak saja. Dasar tidak berguna!" gerutu Eland kemudian memutuskan untuk pergi meninggalkan Clara yang masih tergeletak di lantai dengan tubuh penuh luka berdarah.
Bagai tak melakukan dosa apa-apa, Eland berjalan menuju dapur. Dia bersiul kemudian mengambil makanan yang ada di dalam kulkas lalu memasukannya ke dalam microwave. Sambil menunggu makanannya siap, Eland membuat coklat panas. Kebiasaan yang selalu dia lakukan setiap menjelang tidur.
"Bajingan itu sebenarnya bersembunyi dimana? Ini sudah delapan bulan dan orang-orang yang aku sebar masih belum juga menemukannya. Dia tidak mungkin sudah mati kan?" gumam Eland sambil mengaduk-aduk susu coklat yang sedang dia panaskan.
Tak lama kemudian Eland mengangkat susu coklat miliknya kemudian menuangkannya ke dalam gelas. Tak lupa juga dia memasukkan kacang almond sebagai pelengkap minuman tersebut.
"Apa pun caranya kau pasti akan aku temukan, Rian. Kau harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Kak Lolia. Mata di balas mata, nyawa di balas nyawa. Kalau kau tetap tak mau muncul dan menyerahkan diri padaku, maka adikmu akan kujadikan sebagai penggantinya. Akan kubuat dia mati dengan cara yang sama seperti apa yang dialami oleh kakakku. Aku pastikan itu, Rian!" geram Eland sambil mencengkeram kuat pinggiran gelas yang sedang dia pegang.
Sambil menahan amarah, Eland akhirnya menikmati makan malamnya seorang diri. Sesekali rahangnya tampak mengetat ketika dia teringat dengan kematian sang kakak. Malam semakin larut, tapi emosi Eland tak kunjung mereda. Yang mana hal itu membuat suasana rumah terasa begitu mencekam. Dulu, Eland adalah seorang pria baik dan juga lembut. Namun kebaikan dan kelembutan itu menghilang sejak dia menyaksikan satu-satunya keluarga yang dia punya mati dengan cara yang sangat mengenaskan. Ya, kakaknya nekad bunuh diri dengan cara melompat dari atas gedung perusahaan miliknya karena tak kuat menahan malu atas janin yang di kandungnya.
Kau pasti akan segera kutemukan dimanapun kau berada, Rian. Akan kubuat kau mati membusuk di dalam penjara.
******
...💜 VOTE, LIKE, COMMENT DAN RATE BINTANG LIMA YA GENGSS.....
...💜 IG: rifani_nini...
...💜 FB: Rifani...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Mauli Aja
ini seriusan ngegantung gini gk mau up lagi kah
2022-10-02
0
Asih Ningsih
jgn kasar2 lou nyesel entar lan
2022-09-18
0
Alexandra Juliana
Kakaknya Clara laki² pengecut, lari dari tanggung jawab skrg adiknya yg hrs menerima akibatnya..
2022-09-05
0