Harvey mengerutkan kening sambil memeriksa tekanan darah Clara, gadis yang disekap oleh sahabatnya. Dia lalu menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan apa yang di alami oleh gadis malang ini.
"Rian, kau sebenarnya sembunyi dimana? Cepatlah keluar. Aku tidak tega melihat adikmu terus di siksa oleh Eland," gumam Harvey sembari menatap pilu kearah luka-luka yang hampir memenuhi sekujur tubuh kurus Clara.
Bibi Yumna yang berdiri di samping ranjang tampak menarik nafas dalam. Matanya berkaca-kaca, dia juga sangat kasihan akan nasib gadis malang ini. Terkadang ingin sekali Bibi Yumna membawa Clara melarikan diri. Akan tetapi saat Bibi Yumna terkenang dengan wajah sedih majikannya, dia menjadi tidak tega. Serba salah, itu yang dirasakan oleh Bibi Yumna semenjak Clara menjadi tawanan di mansion mewah ini.
"Bibi Yumna," ....
"Iya, Tuan Harvey," sahut Bibi Yumna sedikit kaget saat namanya di panggil.
"Apa iblis itu selalu menyiksa gadis ini?" tanya Harvey terenyuh.
Bibi Yumna terdiam. Dia bingung harus menjawab apa.
"Hmm, jangan terlalu melindungi iblis kejam itu, Bi. Tindakannya ini sudah sangat keterlaluan. Eland tak seharusnya berbuat seperti ini pada Clara. Yang salah itu kakaknya, bukan dia."
"Dia atau pun kakaknya mereka sama-sama berasal dari keluarga pembunuh. Harvey, kau sebaiknya jangan ikut campur dengan urusanku. Aku memintamu datang kemari itu untuk mengobatinya, bukan untuk berceramah seperti ustadz!"
Harvey dan Bibi Yumna terperanjat kaget saat mendengar suara Eland. Mereka kemudian berbalik, sedikit bergidik ketika mendapati sorot mata Eland yang terlihat sangat mengerikan.
"Kalau kau sudah selesai memeriksanya, silahkan pergi dari sini. Gadis sialan itu tidak butuh siapa pun untuk mengasihi takdirnya!" usir Eland sambil melangkah masuk ke dalam kamar.
Ekor mata Eland menatap tangan kurus Clara yang terpasang jarum infus. Ada getaran aneh yang muncul di benaknya ketika melihat luka baru maupun luka lama yang menghiasi setiap senti tubuh gadis itu. Tak ingin terbawa perasaan, Eland segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Iblis dalam tubuhnya menolak kalah dari jeritan hati nuraninya.
"Kau gila, El. Coba buka matamu lebar-lebar, lihat! Manusia mana yang tega memperlakukan seorang gadis tidak bersalah hingga seperti ini? Cuma kau kau saja El, cuma kau seorang. Hanya manusia berhati iblis yang tega menyiksa manusia lain dengan sebegini kejam. Aku sangat tidak paham dengan caramu bertindak, El. Kau benar-benar berubah, kau bukan lagi Eland yang dulu. Kau iblis yang sangat jahat!" maki Harvey dengan nafas memburu.
"DIAM!" bentak Eland kemudian mencengkram kerah bajunya Harvey. "Kau tidak berhak memakiku, Vey. Kau ... kau tidak tahu apa yang aku rasakan ketika Kak Lolia terkapar bersimbah darah di hadapanku. Kau tidak tahu itu Vey, tidak tahu!"
Bugghhh
Bibi Yumna memekik kencang saat Eland memukul wajah Harvey. Tanpa merasa takut Bibi Yumna segera menghentikan perkelahian itu dengan cara memeluk kaki majikannya.
"Lepas!" teriak Eland emosi.
"Tuan, tolong jangan berkelahi dengan Tuan Harvey. Kalian berdua adalah teman, jangan sampai kalian menjadi musuh hanya gara-gara kesalahpahaman ini. Saya mohon Tuan, tolong hentikan perkelahian ini!" bujuk Bibi Yumna sambil meneteskan airmata. "Tuan Harvey, tolong berhentilah. Jangan ciptakan ruang di antara kalian berdua. Saya mohon!"
Harvey berdecih. Dia kemudian menyeka darah yang menetes di sudut bibirnya. Dengan marah Harvey menyambar tas kerjanya kemudian melangkah keluar dari sana.
"Dengar Eland. Selama kau masih memperlakukan Clara dengan cara yang buruk, maka kau akan terus berhadapan denganku. Jangan kau fikir aku tidak tahu kalau kau telah memp*rkosanya. Kau benar-benar sangat biadap El, otakmu sudah seperti binatang. Clara itu tidak salah, dia tidak tahu apa-apa tentang kematian Kak Lolia. Dan juga tolong berhenti menodainya. Rahim Clara sangat lemah, dia bisa mati kalau kau sampai membuatnya hamil. Ingat itu baik-baik El. Aku pergi!"
Tubuh Eland menegang setelah mendapat peringatan dari Harvey. Dia kemudian menunduk, menatap kosong ke arah Bibi Yumna yang masih memeluk kakinya.
Jadi dia bisa mati kalau aku membuatnya hamil? Aarrggghhh sial, selama ini aku selalu mengeluarkannya di dalam.
Kening Eland mengerut.
Ah, apa peduliku. Dia hidup atau mati tidak ada hubungannya denganku. Lagipula itu setimpal untuk membalas apa yang sudah di perbuat oleh kakaknya. Gadis yang malang, kakaknya yang berbuat, dia yang harus bertanggung jawab. Ckck, kasihan!.
Sebuah seringai jahat muncul di bibir Eland setelah berargumen dengan iblis yang bersemayam di dalam tubuhnya. Dia dengan kasar Eland mendepak Bibi Yumna hingga membuatnya jatuh terjerangkang ke belakang.
"Tuan Eland!" panggil Bibi Yumna cemas melihat sang majikan berjalan kearah ranjang.
Di saat bersamaan mata Clara perlahan-lahan terbuka. Wajahnya langsung memucat begitu dia melihat pria psikopat yang sedang berdiri diam sambil menatapnya tajam. Dengan tubuh yang masih sangat lemah, Clara mencoba beringsut menjauh. Dia takut pria psikopat ini akan kembali menyiksanya seperti tadi malam.
"T-T-Tuan," panggil Clara dengan bibir gemetar. "T-tolong jangan sakiti aku lagi, a-aku sudah tidak kuat. Aku mohon beri aku ampunan sekali ini saja, Tuan. Aku mohon!"
Tangan Eland terhenti di udara. Dia yang awalnya ingin menjambak rambut Clara tiba-tiba membeku saat tidak sengaja bertatapan mata dengannya. Mata bening yang tergenangi air mata itu mampu membuat jiwanya bergetar hebat. Eland kemudian menoleh ke arah lain saat merasa ada yang salah dengan dirinya.
Tak tahan dengan keanehan tersebut, Eland akhirnya memutuskan untuk keluar dari dalam sana. Sebelum pergi, dia sempat melirik ke arah Clara yang sedang menarik nafas panjang. Eland perpikir mungkin gadis itu merasa lega karena dia yang tak jadi menyiksanya.
"Clara, bagaimana keadaanmu?" tanya Bibi Yumna penuh kekhawatiran.
"Aku baik-baik saja, Bi. Akan tetapi tubuhku terasa sangat lemah," jawab Clara lirih sambil terus menarik nafas dalam-dalam.
Selama di sekap, hanya bibi pelayan inilah yang menjadi satu-satunya teman bicara Clara. Bahkan di saat Clara di hukum tak boleh makan, pelayan ini juga yang diam-diam mengantarkan makanan untuknya. Karena kepeduliannya yang begitu besar, Clara menganggap Bibi Yumna sudah seperti orangtuanya sendiri. Dia merasa aman jika sedang bersamanya.
"Nak, makanlah bubur ginseng ini. Tuan Eland meminta Bibi untuk menyiapkan makanan bergizi untukmu. Makanlah selagi hangat," ucap Bibi Yumna sembari menyodorkan semangkuk bubur yang masih mengeluarkan sedikit asap.
"Tuan yang menyuruh Bibi untuk membuatkan makanan ini untukku?" tanya Clara kaget.
Bibi Yumna mengangguk.
"Clara, Tuan Eland sebenarnya adalah pria yang sangat baik. Dia jadi seperti ini karena terguncang atas kematian Nona Lolia yang begitu tiba-tiba. Bibi tahu apa yang dilakukan Tuan Eland terhadapmu adalah sesuatu yang sangat salah. Tapi Bibi berharap kalau kau mau memaafkannya suatu saat nanti. Kasihan dia."
Clara diam menyimak sambil memakan buburnya. Jauh di lubuk hati Clara, tidak secuil pun dia pernah menyimpan benci terhadap Eland. Yang ada malah rasa kasihan. Clara iba dengan nasib tragis yang menimpa Nona Lolia dan juga perubahan yang terjadi di diri pria psikopat itu. Terkadang Clara berpikir kalau apa yang di alaminya sekarang sangatlah tidak sebanding dengan apa yang di rasakan oleh Eland. Dan semua rasa sakit itu di sebabkan oleh kakaknya yang entah dimana rimbanya.
"Bibi jangan khawatir, aku sudah lama memaafkan kesalahan Tuan Eland. Dia tidak salah, tapi kamilah yang salah. Gara-gara ulah kakakku, Tuan Eland dan Nona Lolia harus terpisah dengan cara seperti ini. Mungkin ini adalah balasan yang Tuhan berikan atas rasa sakit yang di alami oleh mereka berdua. Aku pantas menerimanya."
Tanpa di sadari, dari balik tembok ada seorang pria yang sedang berdiri tercengang sambil mendengarkan percakapan antara Clara dan Bibi Yumna. Eland, dia bagai mendapat tamparan keras saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut tawanannya.
Kenapa? Dia bahkan meminta maaf atas sesuatu yang tidak dia lakukan. Apa benar yang dikatakan oleh Harvey kalau akulah yang salah karena sudah menyekap dan menyiksa Clara? Tapi dia ....
*****
...💜 VOTE, LIKE, COMMENT, DAN RATE BINTANG LIMA YA GENGSS.....
...💜 IG: rifani_nini...
...💜 FB: Rifani...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Asih Ningsih
kasihan clara n semoga setelah dengar clara bicara eland jdi trsadar n bisa mengalahkan iblis yg mempengaruhi jiwanya.
2022-09-18
0
Ani Smc
rian itu siapa sih
2022-06-22
0
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔STEVIE𝒜⃟ᴺᴮ
eland mulai sadar tuh🤭
2022-06-16
0