Catatan Author :
Sebaiknya jangan dibaca pas malam. Author gak tanggung kalau habis baca ini gak bisa tidur 😬😱
Matahari sudah akan terbenam namun mata sayu He Hua belum juga terbuka. Jika dipikirkan memang aneh sudah 2 tahun ini racun hitam telah masuk ditubuhnya namun tubuhnya hanya kurus kering dan lumpuh. Jika itu orang lain pasti hanya 1 tahun saja tubuhnya akan kering, hitam dan jelas mati. Tubuh He Hua sungguh berbeda atau mungkin Tuhan belum berkehendak.
Kediaman He hua tampak sepi. Di sana hanya ada pelayan setianya dan pria paruh baya itu. Semenjak kejadian pagi itu sang tabib sibuk meramu obat, tangannya gemetaran, pikirannya melayang memikirkan dosa yang harus ia tanggung karena harus segera melenyapkan Permaisuri dan juga memikirkan persahabatannya dengan ibu kandung He Hua rasanya tak tega jika harus melenyapkan anak Sahabat baiknya itu tapi mau tidak mau ia harus patuh pilihannya cuman 2.. Melenyapkan atau Dilenyapkan.
Glek..
Susah payah ia menelan air ludahnya sendiri, tenggorokannya terasa tercekat. Keringat dingin membasahi keningnya bagaimanapun kini dia harus egois memikirkan nyawanya. Yang Mulia tidak akan mengampuninya jika dia menolak perintah Kaisar Agung itu.
Ramuan racun telah selesai ia buat, 1 botol berisi pil dan botol lainnya lagi berisi cairan.
Namun beberapa saat kemudian mata sang Tabib menggelap. Ia menyuruh pelayan He Hua untuk mengambil air.
Saat kondisi sudah aman ia menotok tubuh Permaisuri dan memasukkan pil obat ke dalam mulut He Hua.
Rencana berubah. bathin sang Tabib
Entah apa maksud Tabib itu. Saat Ling ling kembali, Tabib itu seolah-olah tidak melakukan apapun. Ling ling hanya melihat sekilas di meja ada 1 botol obat.
Lalu pelayan itu memberanikan diri bertanya
"Tuan Tabib obat apakah itu?"
"Itu bukan Obat melainkan racun." jawab Tabib dengan santai.
"Apa!!" mata Ling ling terbelalak ia tak berani mengatakan apapun lagi, tuannya sudah cukup menderita. Namun ini racun lagi. Tampaknya orang-orang Istana tidak mau waktu terbuang banyak hanya untuk memelihara sampah di halaman belakang.
Sambil berurai air mata Ling ling menangisi takdir tragis tuannya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan keras. Beberapa pengawal bertubuh besar mengangkat peti panjang dan memaksakan peti itu masuk.
Ling ling terbelalak, i..ni..ini peti jenazah. bathinnya.
Mei lan masuk mengibaskan tangannya menyuruh semua pengawal kelur dan menyuruh beberapa pelayan dibelakangnya masuk dan pintu kamar ditutup.
Suasana hening dan mencekam.
"Tabib, aku membantumu membawakan Peti ini. Apakah kau sudah membantuku membereskannya?" kata mei lan dan melirik tubuh permaisuri.
"Saya.." belum selesai tabib itu menjawab terdengar suara erangan permaisuri pertanda ia baru bangun dari pingsannya.
"ssst...". perlahan permaisuri membuka mata sayunya.
"Nyonya...anda bangun." senyuman ling ling mengembang.
"Apa yang kau lakukan dari tadi tabib bodoh, lihat dia masih bisa membuka matanya." geram Mei Lan.
"Saya sudah melakukan semampu saya, tampaknya Tuhan masih belum berkehendak untuk mengambil nyawa beliau. Namun saya tetap menyiapkan apa yang Nyonya minta." sambil menyodorkan sebotol racun yang di atas meja.
"Bagus, Pelayan pegang tangan permaisuri, jika Tuhan tidak berkehendak ya.." seringainya
"Aku sendirilah yang akan mencabut nyawanya." lanjutnya dengan tersenyum jahat dan membawa botol racun di tangannya.
"Tidak".
"Tolong jangan kejam Nyonya, Permaisuri sudah cukup menderita. Kasihanilah beliau Nyonya." Ling ling bersimpuh memegang kaki Mei Lan.
"Kejam?? He..pelayan rendahan bukankah kau sendiri yang setiap harinya menaruh racun dalam makanannya, lalu siapa yang kejam?"
"Cepat menyingkirlah!!" teriak Mei Lan sambil menendang kepala Ling ling
Ling ling hanya diam dan hanya menundukkan kepalanya. Ia hanya bisa menangis bagaimanapun perbuatan kejamnya itu, karena ia terpaksa.
Para pelayan mendudukkan paksa He Hua dan memegang pergelangan tangannya.
He Hua menatap kecewa pelayannya. Air matanya meluncur begitu saja, hatinya begitu sakit, perih. Justru orang-orang terdekatnya lah yang menginginkan kematiannya.
"Ampuni hamba Permaisuri."
Ling ling berlutut dan menghantukkan keningnya di lantai.
"Hamba terpaksa, Nyonya Mei Lan menyekap orang tua hamba dan mengancam akan membunuh mereka jika tidak mau melakukan perintahnya." "Saya sungguh terpaksa." Isak Ling ling.
Mei Lan tak menghiraukannya. Yang ingin dia lihat saat ini mayat He Hua.
"Ayo minum." Mei Lan menarik dagu He Hua dan menekan mulutnya memaksanya menegak habis racun itu.
Isi botol telah habis tak bersisa.
"Beres..kan. haha..ha mati kau." Mei Lan dan pelayannya pergi menjauh. Mereka terkejut dengan reaksi racun kuat itu.
"Akh.." Jerit He Hua
Tubuhnya kejang-kejang, matanya seakan-akan keluar. Kulitnya melepuh seperti terbakar, sangking sakit yang teramat sangat He Hua menjambak-jambak rambutnya sendiri.
Begitu kejam, biadab, sadis perbuatan mereka.
Para pelayan Mei Lan bergidik ngeri dan menutup mulutnya melihat kejadian yang mengerikan itu.
Disela-sela teregangnya nyawanya ia mengutuk semua orang di kamar itu.
"Ka..lian ti..dak a..kan hi..dup ten..ang."
Tubuhnya berhenti kejang-kejang sampai kulitnya yang melepuh berubah kering sangat kering. Mata sayunya tertutup, mulutnya menganga dan mengeluarkan asap hitam.
Hening suasana kala itu.
Sampai Mei Lan berkata "Segera kabarkan pada Yang Mulia dan anggota kerajaan lainnya, permaisuri telah mangkat."
...........................
He Hua sang Permaisuri telah tiada. Tidak ada keluarga. Dan lagi pemakamannya sangat sangat sederhana dan ya... tak layak disebut Makam Permaisuri.
Tampak seorang gadis mendekati makam itu dan menangis tersedu-sedu.
"Hiks.. hiks nyonya..."
"Ampuni hamba nyonya. Hamba berdosa."
Tiba-tiba ada tangan yang menepuk bahunya dan saat ia membalikkan tubuhnya ia begitu terkejut.
"Akh..."👻👻 jerit Ling ling
.....................
Sumber photo dari google. Cerita hanya untuk hiburan pembaca, mohon untuk bijak dalam membaca karena ini adalah murni berasal dari karangan, imajinasi dan pikiran author sendiri. Tindakan buruk tidak untuk dicontoh 😇. Mohon dukungannya ya dengan memberikan like dan votenya sebanyak - banyaknya ,🙏🙏 terima kasih banyak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sabar
2022-10-27
0
ᵇᵃˢᵉ™☕︎
🤔 apa yg terjadi dengan lingling
2022-05-27
0
Awwalun
sprti nya tabib itu melakukan rencana lain, bisakah obat itu menghidupkan kembali permaisuri. demi apapun kl permaisuri bs hidup lagi berharap tdk jatuh kembali ke pelukan raja biadab
2022-01-26
0