"Suamiku katakanlah apa layak dia orang yang pantas disebut saudara." tunjuk He Hua. "Bahkan dia adalah orang yang patut bertanggung jawab atas sakit yang hamba derita 2 tahun ini". teriak He Hua.
"Apa maksudmu Kakak"
Hiks..hiks..Mei Ling menangis dengan air mata palsunya.
Tentu ini yang di inginkan Mei Ling seolah-olah menjadi orang yang teraniaya. Padahal memang dialah yang menyuruh seseorang untuk meracuni Permaisuri He Hua sepupunya itu, namun tentu saja Permaisuri tidak memiliki bukti terlebih dia tidak tahu siapa dan kapan racun itu masuk ke tubuh He Hua.
"Beraninya kau menuduh Mei'er dengan mulutmu itu He Hua!!"
Kaisar yang langsung membentak dan menyebut nama He Hua tanpa embel-embel apapun seolah menegaskan sudah tidak ada cinta di hatinya untuk sang Permaisuri.
"Selama ini aku diam kau seolah-olah berkuasa mengaturku bahkan memerintah sekehendak hatimu menguasai Otoritas Pemerintahan melakukan serangkaian peleyapan kepada sejumlah pejabat akupun berusaha diam dan menutupi seolah tak melihat perilakumu dan sekarang sudah terbaring tak perdaya pun kamu masih saja berulah, menuduh saudaramu sendiri tanpa bukti!!". hardik Kaisar meluapkan semua emosinya yang selama ini terpendam.
Dengan mengeratkan kepalan tangannya dan hati yang penuh dengan emosi Kaisar mendekat dan mencekik perempuan pucat yang tak lain Permaisurinya sendiri.
Greb..
Tangan kanan Kaisar bergerak mencekik leher istrinya. Istri yang lemah yang seharusnya mendapatkan kasih dan cintanya kini dihadapkan pada murka suaminya yang ingin melenyapkannya.
Sambil memegang tangan suaminya untuk menghentikannya dia berkata "Akh..am..pun..sa..kit..sakit Yang Mulia" Permaisuri berderai air mata. Hancur sekali hatinya saat ini mendengar keluhan suaminya dan merasakan kekejaman orang yang amat dicintainya. Padahal semua yang dituduhkan tidak lain untuk menguatkan posisi suaminya sebagai Kaisar Matahari.
Mei Ling tertawa puas dalam hati melihat penderitaan sepupunya. Ia berharap Permaisuri segera mati sehingga tidak ada penghalang dirinya menjadi Pemaisuri berikutnya. Lagi pula siapa yang peduli pada Permaisuri, dia sudah tidak memiliki pendukung. Orang tua He Hua sudah meninggal saat usia pernikahan He Hua menginjak 3 tahun. Bahkan saudara kandungpun tidak ada karena permaisuri adalah anak tunggal lihatlah dia sangat menyedihkan bukan jika tidak orang-orang ini aku mungkin akan tertawa terbahak-bahak melihat kondisinya.
Tabib yang semula diam berdiri mematung hatinya tergerak ada rasa iba dan kasihan melihat penganiayaan Kaisar pada istrinya yang umurnya bahkan tinggal satu batang dupa. Ia memberanikan diri bergerak seraya berlutut dan berkata
"Ampuni hamba Yang Mulia, maafkan kelancangan hamba tolong hentikan Yang Mulia. Umur Permaisuri tinggal 1 batang dupa. kasihanilah ia biarlah Tuhan sendiri yang melakukan itu. Anda tak perlu mengotori tangan suci Anda, semua tuduhan Permaisuri karena ketakutannya menghadapi kematian".
Sesaat Kaisar tertegun ya bagaimanapun Permaisuri lah yang membuatku menjadi Kaisar di 3 benua sebentar lagi He Hua pun akan mati mengapa aku harus mengotori tanganku.bathin Taiyang
Kemudian Kaisar melepas cengkramannya. Dia tidak ingin ada yang curiga dan menyebarkan rumor buruk. Lagipula jika benar Mei Ling yang meracuninya apa salahnya dia memang harus lenyap. Aku sudah muak bersandiwara mencintai iblis kejam sepertinya. bathin Taiyang.
Masih begitu jelas di ingatannya bagaimana He Hua meracuni anak gadis Perdana Menteri Keuangan. Ia dulu tertarik pada kecantikan Ling'er. Yah gadis cantik putih dan lembut yang penuh pesona membangkitkan cinta yang begitu dalam. Namun ia mati di tangan istrinya sebelum lamarannya di terima. Mengingat itu hatinya sakit.
Uhuk..uhuk..uhuk
Nafas Permaisuri begitu memburu dadanya terasa sesak. Ini sakit lebih bahkan sangat sakit daripada penyakit yang dideritanya. Cekikan yang membekas di lehernya adalah bukti nyata bahwa dia sudah dibuang oleh suaminya.
Nafasnya kian memburu dia berusaha untuk tetap sadar dengan membuka mulutnya selebar-lebarnya memaksa untuk melahap udara sebanyak-banyaknya...namun sayang penglihatannya terlanjur memudar usahanya sia-sia belaka. Yang terakhir kalinya sebelum pandangannya meredup ia melihat wajah suami dan sepupunya lalu pingsan.
"Permaisuri... permaisuri hamba mohon bangunlah". hiks..hiks...hiks tangisan Pelayannya begitu dalam, seolah ada dosa besar dalam hatinya. Rasa bersalah yang teramat sangat melihat tuannya begitu menderita.
Kaisar menatap He Hua sebentar lalu memalingkan muka. Ia malah berjalan meninggalkan kediaman Permaisurinya lalu menatap Selirnya dengan sorot mata tajam ia berkata
"Kau tahu apa yang akan kau lakukan. Cepat bersihkan dan jangan ada kekacauan lagi. Dan satu lagi aku sudah muak menghadapi pemborosan." Taiyang lalu berjalan keluar dari kediaman Permaisurinya.
"Kau dengar perintah itu Tabib." mendekat dan berbisik dan suara yang ditekankan
"Segera LENYAPKAN!"
"Aku menunggu tapi jangan terlalu lama". Selir Agung beranjak pergi.
Tabib yang semula berlutut, bangkit dan menatap sendu ke arah Permaisuri lalu berkata
"Maafkan saya Permaisuri. ini adalah waktu terakhir anda. Semoga Permaisuri mengerti".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sejahteta
2022-10-27
0
Dewi Ansyari
Semua orang di Istanalah yg bersekongkol meracuni dan membunuh He Hua malang banget nasibnya😔😭😭😭😭
2022-07-15
0
ᵇᵃˢᵉ™☕︎
Di kemudian hari ku pastikan kau menyesal kaisar.. ish gemes
2022-05-27
0